Ka very pokoknya sdh tau mana wartawan tampel mana tdk yg jelas kalo ka very 
pasti netral
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Icky Polapa" <icky...@yahoo.com>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Fri, 27 Aug 2010 19:40:27 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (buat Iqbal)

Mungkin kalo pak very dari wartawan pindah ke KPU propinsi belum mendapatr 
kesejateraan, berbeda dengan wartawan pindah menjadi legislatif nah itu baru 
sejahteeraa apalagi full fasilitas dan beruntung jika mash ttp komit 
memperjuangkan aspirasi rakyat sewaktu kampanye.... Hehehehe jadi skg slogan 
kampanye harus di perhatikannn....



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "v_madjowa" <v_madj...@yahoo.com>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Fri, 27 Aug 2010 19:34:42 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan (buat Iqbal)

Iqbal, 

apakah dari buruh media menjadi buruh pemilu bisa sejahtera???

salam

verri 

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, iqbal makmur <kaizen...@...> wrote:
>
> Kalau wartawan bisa sejahtera pasti tidak ada yang 'loncat' jadi anggota DPD, 
> KPU, legislatif dll..:)
> 
> Iqbal
> Bulum ngantuk olo..
> 
> 
> 
>________________________________
> From: "funcotan...@..." <funcotan...@...>
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Sent: Sat, August 28, 2010 1:06:49 AM
> Subject: Re: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
> 
>   
> 
> Ikut nimbrung ya.. Soalnya belum ngantuk.
> 
> Menurut saya, ada hal yang luput dari pembicaraan teman-teman wartawan yang 
> "kebetulan" dan "tumben" kompak ngobrol dalam satu thread.
> 
> Persoalan yang luput adalah bagaimana wartawan sejahtera, tetapi independensi 
> tetap berdiri tegak. 
> 
> 
> Dua hal ini yang kadang dipikirkan oleh perusahaan media. Perusahaan lebih 
> memilih mengeksplorasi keuntungan untuk perusahaan/pemilik saham dibanding 
> utk 
> pekerja. Padahal, semestinya kesejahteraan pekerja media juga mesti 
> diutamakan. 
> Sebab, ini yang akan menentukan cita rasa news yang akan dihadirkan di publik 
> setiap hari.
> 
> Kesejahteraan ini yang akan menjadi benteng ideologis pekerja media/wartwan. 
> 
> Kita tidak bisa tutup mata bahwa banyak wartawan yang mesti menggadaikan 
> berita 
> dengan recehan rupiah. Kita juga agak miris dengan aktifitas recehan itu. 
> Yang 
> akhirnya kita tidak bisa menemukan karakter berita yang benar-benar "bersih".
> 
> Larangan terhadap pemberian THR, uang dsb sebenarnya adalah bagian dari usaha 
> untuk "membersihkan" wartawan dari jeratan sistematis. Tetapi, akar 
> problemnya 
> bukan ia melanggar atau tidak, tetapi peluang yang senantiasa hadir setiap 
> saat.
> 
> Saya sepakat dengan kekuatan ideologi dalam membentengi "dada" wartawan, 
> tetapi 
> sindikat kejahatan yang ada disekeliling kita terlampau kuat dan bahkan 
> melampaui kekuatan ideologi yang dikembangbiakkan.
> 
> Mungkin yang bisa dipikirkan kedepan bagaimana struktur kepemilikan 
> perusahaan 
> media, yang kini lebih banyak dimiliki taipan segala-galanya. Kita akui bahwa 
> TV 
> ONE akan beritakan hal-hal yang baik ttg Bakrie. Begitu juga dengan Metro 
> yang 
> senantiasa memberi space besar bagi kampanye Nasdem. Struktur kepemilikan ini 
> yang mestinya dikritisi secara serius.
> 
> Mungkin (bo cita-cita tiyali) ada dana publik yang dikumpulkan baik melalui 
> zakat atau dengan cara apa, untuk membiayai usaha media yang dikelola secara 
> serius oleh wartawan, yang itu dijauhkan dari struktur kepemilikan saham yang 
> mayoritas. Tidak ada yang mayoritas, semua sama.
> 
> Kepemilikan bersama ini yang menjadi pengatur kesejahteraan bersama pula. 
> Dengan 
> ini, pekerja media bukan saja pekerja, tetapi pengelola kesejahteraannya 
> sendiri.
> 
> Daripada kita misalnya saling menyalahkan antar sesama pekerja media, kenapa 
> tidak mencoba jalur alternatif yang memang terkesan agak diawang-awang.
> 
> 
> Terima kasih.
> 
> 
> 
> 
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>________________________________
> 
> From:  Syam Sdp <syam...@...> 
> Sender:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
> Date: Sat, 28 Aug 2010 01:36:30 +0800 (SGT)
> To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
> ReplyTo:  gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
> Subject: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
>   
> hahahahahaha, berita lucu ini, hele dorang yang pos di istana wapres debo 
> bagitu, apalagi...., tapi kalo wartawan daerah so barani babilang no untuk 
> THR 
> pemerintah apalagi amplop dari narasumber  , meski dengan   koadaan yang 
> sorba 
> momprihatinkan ini, maka sudah saatnya torang bisa berdiri dan berjalan tegak 
> di 
> atas bumi ini (meminjam istilah le fadli)
> 
> kapan e, torang bisa  sombong dan bangga berjamaah seperti itu?
> 
> 
> terrajana
> 
> --- Pada Jum, 27/8/10, rully lamusu <rullylam...@...> menulis:
> 
> 
> >Dari: rully lamusu <rullylam...@...>
> >Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
> >Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> >Tanggal: Jumat, 27 Agustus, 2010, 5:18 PM
> >
> >
> >  
> >Wapres Mendadak Datangi Ruang Wartawan
> >Antara - Sabtu, 28 Agustus
> >
> >
> >Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Boediono mendadak mendatangi ruang 
> >wartawan 
> >yang berada di lingkungan Istana Wapres usai buka puasa bersama jajaran 
> >pejabat 
> >dan staf Sekretariat Wapres, Jumat.
> >"Apa keluhannya di sini," kata Wapres Boediono saat tiba di ruangan sambil 
> >menanyakan kepada belasan wartawan yang berada di dalam ruang pers, di 
> >Istana 
> >Wapres Jakarta, Jumat.
> >Ditanya oleh Wapres seperti itu, para wartawan pun sontak berkata "Kami 
> >perlu 
> >Wi-Fi, pak". Boediono pun tersenyum dan mengatakan akan mengupayakan 
> >keinginan 
> >para wartawan itu.
> >Di ruangan wartawan Istana Wapres saat ini memang belum ada jaringan "Wi-Fi" 
> >sehingga wartawan tidak bisa leluasa menggunakan internet untuk membuat 
> >berita.
> >Hanya ada dua komputer yang memiliki jaringan komputer di ruangan itu dan 
> >apabila ada liputan, tak jarang wartawan terpaksa harus rebutan dan 
> >mengantri.
> >"Nanti biar Yopie (Juru bicara Wapres.Red) yang atur ya," kata Wapres sambil 
> >melirik kearah juru bicaranya yang berdiri di belakang.
> >Wapres Bodiono sebelumnya sempat menyalami seluruh wartawan yang kebetulan 
> >masih 
> >berada di ruangannya, sementara beberapa wartawan yang ikut buka puasa 
> >bersama 
> >sudah pulang.
> >Kunjungan Wapres tersebut boleh jadi merupakan yang pertama kali semenjak 
> >Boediono menjabat sebagai Wapres pada Oktober 2009.
> >Dalam kunjungan sekitar dua menit tersebut, Wapres sempat pula menanyakan 
> >apakah 
> >para wartawan sudah makan. Para wartawan pun tanpa sungkan berteriak "Sudah 
> >Pak, 
> >terima kasih," kata sejumlah wartawan.
> >Sebelum meninggalkan ruangan wartawan, Wapres yang dikawal oleh sejumlah 
> >anggota 
> >Paspampres sempat menanyakan lagi kepada wartawan apalagi yang masih perlu 
> >dibantu.
> >Seorang wartawati sempat mengatakan "THR Pak". Wakil Presiden mendengar itu 
> >hanya tersenyum dan selanjutnya meninggalkan ruangan wartawan dan kemudian 
> >menuju mobil RI 2 untuk meninggalkan Istana Wapres.
> >
> >
> >sumber : 
> >http://id.news.yahoo.com/antr/20100827/tpl-wapres-mendadak-datangi-ruang-wartaw-cc08abe.html
> >
> >
> >
> >Debo THR ini yang doraNG bataria akan biar dimuka Wapres....Hehehehe
> >
> >________________________________
> 
> >
> >RULLY LAMUSU
> >GORONTALO
> >
> >
> >--- Pada Jum, 27/8/10, Syam Sdp <syam...@...> menulis:
> >
> >
> >>Dari: Syam Sdp <syam...@...>
> >>Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
> >>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> >>Tanggal: Jumat, 27 Agustus, 2010, 10:14 AM
> >>
> >>
> >>  
> >>semoga seminar nanti bisa menghasilkan solusi, kontri outsourcing memang 
> >>harus 
> >>diperjuangkan kesejahteraannya, biar tidak ada lagi penafsiran liar tentang 
> >>mana 
> >>amplop yang boleh diterima dan mana yang tidak.
> >>
> >>berjayalah jurnalis indonesia!!
> >>
> >>
> >>terrajana 
> >>
> >>--- Pada Jum, 27/8/10, v_madjowa <v_madj...@...> menulis:
> >>
> >>
> >>>Dari: v_madjowa <v_madj...@...>
> >>>Judul: Bls: [GM2020] Re: Jangan Beri THR kepada Wartawan
> >>>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> >>>Tanggal: Jumat, 27 Agustus, 2010, 4:57 PM
> >>>
> >>>
> >>>  
> >>>Menerima bingkisan dan THR bertentangan dengan kode etik jurnalistik. 
> >>>
> >>>Pemberian THR telah diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 
> >>>Tahun 
> >>>1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan untuk Pekerja di Perusahaan. 
> >>>Peraturan ini berlaku untuk semua perusahaan, termasuk perusahaan media 
> >>>atau 
> >>>pers. Jadi, THR menjadi tanggungjawab media tempat wartawan ini bekerja. 
> >>>
> >>>
> >>>Apakah peraturan ini berlaku untuk kontributor di perusahaan pers? 
> >>>Bagaimana 
> >>>hubungan kerja kontributor menurut UU Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2003? 
> >>>Kontributor media adalah sebuah jenis pekerjaan yang khas di media massa. 
> >>>Mereka 
> >>>direkruit sebagai penyedia informasi dalam bentuk tulisan, audio maupun 
> >>>visual, 
> >>>tanpa ikatan kontrak maupun hubungan kerja yang tegas dengan perusahaan 
> >>>pers. 
> >>>
> >>>
> >>>Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 
> >>>menyelenggarakan seminar dengan tema Tunjangan Hari Raya (THR) untuk 
> >>>Kontributor 
> >>>Media, Tanggung Jawab Siapa? 
> >>>
> >>>
> >>>masalah ini akan dibahas dalam seminar pada: 
> >>>
> >>>Hari/Tanggal : Rabu, 1 September 2010 
> >>>Tempat : Sekretariat Federasi SP Media Independen d/a AJI Indonesia, Jl. 
> >>>Kembang 
> >>>Raya No.6, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10420
> >>>Waktu : Pukul 15.00-18.00 (diakhiri dengan Buka Puasa) 
> >>>
> >>>Pembicara dalam seminar ini
> >>>
> >>>PEMBICARA
> >>>1. Abdul Manan, Ketua Federasi Serikat Pekerja Media Independen
> >>>
> >>>Akan berbicara dari perspektif buruh media, mengapa THR penting diberikan 
> >>>untuk 
> >>>kontributor, dan pengalaman selama ini. Manan juga akan menyampaikan 
> >>>kondisi 
> >>>riil para kontributor di lapangan, apa kesulitan mereka karena 
> >>>ketidakjelasan 
> >>>status dan jebakan pelanggaran kode etik yang jadi akibatnya.
> >>>
> >>>2. Winuranto Adhi, Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia
> >>>
> >>>Akan berbicara dari perspektif advokasi pekerja dan menguraikan alasan 
> >>>mengapa 
> >>>kontributor media harus dinilai sebagai pekerja dengan perjanjian kerja 
> >>>waktu 
> >>>tidak tertentu. 
> >>>
> >>>
> >>>3. Afni Jayaputra, Pemimpin Redaksi SUN TV 
> >>>
> >>>Akan berbicara mengenai alasan media untuk menerapkan sistem kontributor, 
> >>>serta 
> >>>mencarikan solusi agar kontributor tidak menjadi pekerja liar yang 
> >>>merugikan 
> >>>medianya sendiri serta jurnalisme secara umum. 
> >>>
> >>>
> >>>4. Myra Hanartani, Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Kementerian Tenaga 
> >>>Kerja. 
> >>>
> >>>
> >>>Akan berbicara mengenai perspektif pemerintah dalam menyikapi masalah ini, 
> >>>alternatif solusi dan landasan hukum perburuhan yang melandasinya. 
> >>>
> >>>
> >>>salam,
> >>>
> >>>verri
> >>>
> >>> 
> >> 
> >
>



Kirim email ke