Pertemuan
[11]
Sulitnya mencari Guru
Ruhani
Seperti sudah
pernah saya ceritakan di dalam Risalah Perjalanan, Beberapa kali saya
mesti keluar masuk tempat belajar, hanya untuk mencari
guru yang cocok dan mumpuni dari sisi ruhaniyahnya. Kadang saya mundur
karena guru ruhani tersebut berbeda agama dengan saya, Kadang saya mundur
karena apa yang saya peroleh dari guru ruhani tersebut tidak sesuai dengan
ajaran Qur'an dan hadits, Kadang saya mundur,
karena saya tahu, bahwa ajaran yang
disampaikan masih dibawah dari apa yang sudah pernah saya peroleh dari sisi
ruhaniyah. Begitu sulitnya
mencari guru ruhani yang sesuai dan cocok. Saya jadi teringat
kisah Syech Abdul Qodir Jailani. Ada banyak versi
tentang ini, Salah satu versi
berkisah, menceritakan seperti ini, bahwa satu malam,
Abdul Qodir yang waktu itu sudah menjadi guru besar di dalam ilmu-ilmu
syariat, mendengar di atas
gentengnya ada orang sedang berjalan gedebak
gedebuk............................. Abdul Qodir
nanya,"Wahai saudara, siapakah engkau dan apa yang kamu lakukan di atas
gentengku ??" "Aku sedang mencari
untaku yang hilang ", jawab orang tersebut. Abdul Qodir
berpikir,"Apakah orang ini majnun ? mencari unta hilang khok di atas atap
gentengku ??", bathinnya dalam hati. Tiba-tiba dia
tersentak kaget ketika si orang di atas genteng itu menjawab apa yang ada di
dalam dihatinya,"Apa engkau berpikir dapat bertemu Alloh dengan jubah
kebesaranmu itu Abdul Qodir ??" Kagetlah ia khok
orang itu tahu namanya pula. Bergegas Abdul
Qodir naik ke atap ingin menemui si orang tersebut. Herannya bertambah,
si orang tidak ada, tidak ada jejak sama sekali. Dan dari bawah tadi
memang dia tidak tahu bagaimana wajahnya pula. Tiga hari tiga
malam, Abdul Qodir gelisah mengingat pertanyaan si orang
tersebut. "Apa engkau
berpikir dapat bertemu Alloh dengan jubah kebesaranmu itu ???", terngiang-ngiang
pertanyaan itu di hati dan pikirannya. Kemudian diputuskan
olehnya, seluruh kebesarannya sebagai ulama syariat
ditinggalkan, murid-murid
universitasnya ditinggal, dan dia berjalan dari satu kota ke kota lain untuk
sekedar bertanya dimana aku bisa mendapatkan guru masalah
ruhani. Sudah cukup banyak
yang menawari dirinya, tetapi mayoritas adalah guru-guru lahiriyah atau syariat
yang dia dibidang itu tentu saja lebih ahli. Dan sedikit guru
ruhani yang ditemui, tetapi tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Hal itu berlangsung
hampir 14 tahun, sampai satu ketika, dengan pakaiannya
yang sudah compang camping, lusuh, dan robek di sana sininya, Abdul Qodir
kepayahan dan tertidur di sebuah mesjid. Di dalam tidurnya
dia mendengar sebuah suara,"Abdul Qodir, bangunlah !!, berjalanlah menempuh
padang pasir, akan kau temui guru di sana." Mendadak sontak,
dia bangun dan segera berangkat menempuh padang pasir tanpa bekal
sesuatupun. Sampai berjalan
tidak mampu, dia merangkak, merangkak tidak mampu dia menggerakkan tubuhnya maju
ke depan, sampai hampir pingsan, tiba-tiba didengarnya suara lagi,"Apa yang
engkau cari Abdul Qodir ??", dia bangun dan dilihatnya ada seorang kurus kering
hanya memakai penutup aurat ke bawah bertelanjang dada tertunduk menutup
mukanya. "Apakah engkau yang
berbicara wahai saudara ?", tanya Abdul Qodir, Si orang menegadah
memandang Abdul Qodir dan berkata," Apa yang engkau cari di sini Abdul
Qodir". Meski dalam hati
heran khok orang itu bisa tahu namanya, Abdul Qodir kemudian menceritakan
perjalanannya dia mulai 14 tahun yang lalu sampai di padang pasir
itu. "Apa engkau pikir
tanpa pertolongan Alloh engkau akan sampai ke sini ??", tanya orang misterius
itu lagi. Singkat cerita
Abdul Qodir belajar ke orang tersebut, dan 10 tahun
berselang, barulah Syech Abdul Qodir sampai pada taqwa yang sebenar-benarnya
taqwa, haqotuqotih. Begitu sulitnya
mencari guru ruhani. !!! Saya teringat
proses Imam Ghozali pula dalam
mencari guru ruhani. Salah satu versi
menceritakan begini, Imam Ghozali
memiliki adik yang sudah ngaji tasawuf yang bernama Ahmad, sementara Imam
Ghozali adalah Lektor, guru besar ilmu-ilmu syariat di sebuah
university. Satu waktu si adik
ikut menjadi makmumnya di satu sholat. Tiba-tiba si adik keluar mesjid, padahal
Imam Ghozali baru membaca fatehah. Kemudian si adik di
tanya selesai sholat, "Mengapakah engkau
membuat malu aku ??, beratus-ratus orang ingin menjadi makmumku dan beribu-ribu
orang ingin menjadi muridku, tetapi engkau ditengah-tengah sholat malah pergi
menghindar dariku ??"tanya Imam Ghozali, Si Adik
menjawab,"Aku melihat darah kotor di dadamu", kagetlah Imam
Ghozali mendengar jawaban itu, karena pada saat
dia membaca fatehah awal, memang pikirannya terpusat pada masalah HAID. Dia mau
menulis buku tentang HAID, tapi malahan darah kotor itu terbaca oleh
adiknya. "Siapa gurumu,
ijinkan aku mengikutinya", kata Imam Ghozali pada adiknya. Singkat cerita,
diajaklah Imam Ghozali pada guru si Ahmad ini. Seorang tua yang
tidak terkenal bernama HUTTAK, kerjanya
memperbaiki sepatu yang rusak untuk kemudian di jual lagi. Heranlah Imam
Ghozali melihat itu, tapi keinginannya
masih besar untuk mendalami ilmu. Katanya,"Guru, aku
ingin belajar ilmu darimu..", Syeh al-huttak
tidak menjawab..diam...kemudian berkata,"Bersihkan kotoran di dalam ruangan
itu", Dengan memakai
jubah kebesaran seorang Lektor, Imam Ghozali menyapu ruangan yang ditunjuk oleh
Syech al-Huttak. Satu sisi disapu
bersih, ketika akan menyapu sisi lain, tiba-tiba saja tempat yang sudah
disapunya menjadi kotor lagi, heran bercampur perasaan macam-macam di dalam hati
Imam Ghozali. Demikianlah, satu
sisi di sapu, sisi lain kotor lagi. Di dalam keheranan
itu, Syech al- huttak berkata,"begitulah hati manusia, kotor dibersihkan
kemudian dikotori lagi". "Aku hanya dapat
mengantarkanmu untuk membersihkan hati" Sejak saat itulah
Imam Ghozali belajar ke Syech al-huttak, sampai satu waktu beliau meninggalkan
kebesarannya, meninggalkan murid-muridnya untuk berkholwat di atas menara
disebuah mesjid di Damaskus selama 10 tahun, barulah setelah itu, Imam Ghozali
mencapai takwa yang sebenar-benarnya takwa. Muncullah karya
beliau seperti "Ihya' Ulumuddin", "Minhajul abidin", dll. Begitu sulitnya
mencari guru. Setelah menemukan
guru, begitu banyak dari kita yang mensia-siakan beliau, tidak mendalami
dengan tekun, tidak mendengarkan
dengan tekun, tidak melaksanakan
ajaran-ajaran beliau dengan tekun, semoga menjadi
tanbih bagi diriku, yang sudah
menemukan guru, tapi masih sering mensia-siakan ajarannya.
bersambung.. -------------------------------------------------------------------------- All views expressed herein belong to the individuals concerned and do not in any way reflect the official views of Hidayahnet unless sanctioned or approved otherwise. If your mailbox clogged with mails from Hidayahnet, you may wish to get a daily digest of emails by logging-on to http://www.yahoogroups.com to change your mail delivery settings or email the moderators at [EMAIL PROTECTED] with the title "change to daily digest".
Yahoo! Groups Links
|