Pekerjaan dan Misi -- Edisi 10/Oktober/2016
|
DARI REDAKSI: PEKERJAAN DAN MISI
|
Shalom,
Ketika hadir dalam ibadah di gereja, kita sering mendengar perbincangan entah itu dalam sesi khotbah atau sekadar obrolan biasa bila "pekerjaan sekuler berbeda dengan pekerjaan/pelayanan". Ada gap besar di antara keduanya, seakan pelayanan rohani lebih baik daripada pekerjaan orang biasa. Dua hal tersebut memiliki arah yang berbeda, satu untuk pelayanan yang bersifat rohani dan satu hanya hal biasa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sama sekali tidak terkait dengan kehidupan rohani. Namun, benarkah demikian? Dalam sudut pandang Alkitab, jelas tidak! Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk melakukan hal yang sama, memuliakan Kristus dan mewartakan kabar baik. Panggilan ini memiliki nilai dalam kekekalan. Pekerjaan yang dianggap sekuler adalah pelayanan yang bisa seseorang kerjakan di dunia sekuler, dunia yang langsung bertemu dengan banyak jiwa terhilang.
Dalam bulan ini, redaksi e-JEMMi akan menyajikan satu artikel dan satu renungan yang bertemakan pekerjaan dan Injil Kristus. Kita akan bersama belajar dan mengerti bila kabar baik seharusnya dikerjakan oleh setiap orang percaya melalui tiap hal yang bisa dilakukan -- menyatakan Kristus dalam segala aspek hidup. Bukankah hal ini adalah misi Allah yang harus dikerjakan bersama oleh orang percaya? Lupakan apakah saya seorang pelayan rohani atau hanya seorang pekerja sekuler biasa, semua memiliki nilai sama dan kesempatan yang sama untuk memberitakan kabar baik bagi orang lain. Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
|
ARTIKEL: INJIL DALAM PEKERJAANKU
|
Ditulis oleh: Ayub T.
"Apa saja yang kamu lakukan, lakukanlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, ...." (Kolose 3:23)
Orang percaya yang dipanggil Tuhan untuk bekerja dalam bidang apa pun juga dipanggil untuk memberitakan Injil! Apakah bisa kedua hal ini berjalan seiring dan berbanding lurus tanpa memandang yang satu lebih penting dari yang lain? Untuk mengerti bagaimana 2 hal ini bisa berjalan seiring, maka kita perlu terlebih dahulu mengenal panggilan khusus mengapa diri kita ada di dalam dunia ini. Tuhan memanggil gereja-gereja-Nya untuk membawa kabar baik masuk ke dalam setiap bidang pekerjaan legal yang ada dalam dunia ini, menerangi setiap bagian yang gelap yang masih dikerjakan oleh banyak orang yang terhilang, mulai dari bidang sosial, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Injil Kristus harus segera dinyatakan dalam banyak bidang tersebut. Setiap orang percaya memiliki beban yang sama dalam pemberitaan Injil. Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 bukan hanya diberikan untuk mereka yang berkecimpung di dunia pelayanan rohani dan gereja saja, melainkan untuk setiap orang percaya, setiap murid Kristus yang saat ini mengerjakan banyak jenis pekerjaan. Tidak peduli apakah saya seorang tukang sapu jalanan? Apakah saya seorang pemulung sampah? Apakah saya seorang manajer di satu perusahaan? Apakah saya seorang politikus? Apakah saya seorang ahli hukum? Ataukah, saya hanya seorang penjual makanan? Apakah Anda seniman? Selama pekerjaan Saudara bukanlah pekerjaan yang salah, maka Tuhan akan memakai Saudara untuk bersaksi dan memberitakan Injil bagi-Nya. Ketika Injil dinyatakan dalam diri seseorang dan dia percaya, maka Injil akan dinyatakan melalui kehidupannya, termasuk dalam pekerjaannya.
Bila kita telah menemukan dasar kebenaran ini, maka pekerjaan-pekerjaan yang kita kerjakan bukan lagi berpusat pada kebutuhan dan keuntungan diri, melainkan berpusat pada panggilan Kristus untuk menyatakan Injil dan Pribadi-Nya melalui apa yang kita lakukan. Saya bekerja supaya saya bisa memenuhi kebutuhan hidup, apakah salah? Tentu tidak, tetapi ketika saya bekerja dan saya melakukannya untuk Tuhan, saya sedang membawa diri saya pada tujuan yang benar dan semestinya, yaitu "memuliakan Kristus". Seorang yang mengenal Tuhan dan memiliki iman akan memercayai "providensia Allah", Dialah Tuhan yang memelihara umat-Nya. Jadi, jelas tujuan kita ketika kita bekerja sebagai murid Kristus bukan untuk mendapat dan menimbun uang sebanyak mungkin untuk mengusahakan kebahagiaan, tetapi untuk menyatakan Kristus dalam pekerjaan kita bagi jiwa terhilang. Inilah nilai kekal yang bisa kita kerjakan selama kita hidup dalam dunia yang fana ini. Hasil yang akan kita dapatkan pun akan berbeda, kualitas yang akan kita berikan dan capai pun akan berbeda karena Tuhan sendirilah yang bekerja sama dengan kita dan standar Tuhanlah yang kita usahakan.
Apakah ini sesuatu yang mudah? Tentu dalam pelaksanaannya akan sulit sekali, banyak ilah lain yang akan kita jumpai dalam pekerjaan. Mereka siap menggoda dan membawa kita menjauh dari panggilan utama kita. Jika kita melakukan pekerjaan bagi Tuhan, tentu dunia dan banyak orang di sekitar akan menjadi musuh. Percayalah, dunia tidak menerima standar Allah. Janganlah takut, jangan undur, jangan menjadi serupa dengan dunia ini. Dalam Amanat Agung, dalam Matius 28:19-20, Ia berjanji untuk menyertai kita sampai kesudahannya. Berkat ini jauh lebih berharga daripada semua jumlah uang yang kita miliki selama bekerja di dunia ini.
Panggilan utama orang percaya adalah membawa kabar baik di mana pun ditempatkan dan di dalam segala pekerjaan baik yang dipercayakan. Saat ini, kembali kita akan bergumul bersama jika Tuhan tidak memanggil saya menjadi seorang utusan misi atau penginjil, apakah saya masih harus memberitakan Injil? Iya! Jangan tawarkan diri kita untuk tidak memberitakan Injil, Paulus berkata, "Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil." Lalu, bagaimana cara saya memberitakan Injil sedangkan separuh hari saya lebih saya pakai untuk bekerja dan mencari uang? 1 X 24 jam Tuhan memberikan kita waktu untuk mengenal Injil itu sendiri dan memberitakannya, tentu kita harus mengawalinya dengan bergumul, "apakah pekerjaan yang saya lakukan tidak bertentangan dengan prinsip Alkitab?" Jika tidak, pergumulan selanjutnya "bagaimana saya menyaksikan kasih Kristus dalam pekerjaan saya sehingga ada harapan untuk banyak orang mendengar Injil Kristus melalui apa yang saya lakukan dan saya boleh menjadi saksi bagi mereka?"
Ketika saya melakukan prinsip ini, maka saya sebenarnya sedang melakukan misi Kerajaan Allah. Saya sedang menjadi seorang utusan yang diutus di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana langkah nyata untuk memulai membawa Injil dalam pekerjaan saya?
Injil adalah kabar sukacita, Tuhan mengampuni kesalahan manusia dan membawa manusia kembali pada tujuan yang sebenarnya, yaitu tujuan mulia yang Tuhan berikan. Manusia bisa berdamai kembali dengan Sang Pencipta jagad raya, manusia bisa berdamai kembali dengan diri sendiri, manusia bisa berdamai kembali dengan orang lain, dan manusia bisa berdamai kembali dengan alam. Bekerja dan mengusahakan segala potensi diri adalah mandat yang Tuhan berikan, manusia harus mengelola sumber daya yang ada di luar dirinya dan manusia juga harus mengelola potensi yang ada di dalam dirinya. Lalu, bagaimana langkah praktis kita untuk memberitakan Injil secara pribadi melalui pekerjaan kita? Kita harus memulainya dengan firman Allah dan doa, firman Tuhan akan menyatakan kebenaran yang akan mengubah 180 derajat sudut pandang kita, hidupku bagi Kristus bukan untuk pribadiku lagi (Galatia 2:19-20). "Misi adalah kerinduan hati Allah yang kita mengerti melalui firman Tuhan". Berdoalah, bertanyalah pada Sang Pengutus yang menyusun rencana hidup Anda. Saya ingat jelas ketika pertama kali saya membaca panggilan seorang nabi Yesaya untuk bangsa Israel dalam Yesaya 6, Tuhan bertanya, "Siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Yesaya dengan sigap menjawab, "Ini Aku utuslah aku!" Tuhan memerlukan kesiapan Anda untuk pergi mewartakan kabar baik, jangan pedulikan apakah di awal Anda sanggup atau tidak, itu pertanyaan yang sama yang diajukan banyak orang ketika diperhadapkan dengan pemberitaan Injil. Tuhan akan menambah-nambah hikmat dan karunia rohani, menyalakan kembali api penginjilan yang mungkin hampir padam, Tuhan akan melakukan perkara-Nya yang ajaib melalui kita. Bergumullah untuk pekerjaan saudara! Pekerjaan yang membuat kita bahagia menjalaninya bukanlah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita atau hobi kita, pekerjaan yang akan membuat kita bersukacita menjalaninya adalah pekerjaan yang kita lakukan karena Tuhan ingin kita mengerjakannya. Berdoalah dengan sungguh-sungguh, mohon hikmat dan penyertaan Tuhan. Bagi Anda yang sudah berkeluarga tentu memiliki pergumulan yang jauh lebih berat daripada mereka yang masih lajang. Kita akan dibawa pada pemikiran realistis dan kehidupan beriman, antara logika dan iman kepada Allah. Bekerjalah untuk mewartakan kabar baik, Tuhan yang mengutus adalah Tuhan yang bertanggung jawab memelihara kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati.
|
TOKOH MISI: KESAKSIAN HIDUP MISIONARIS CHARLOTTE (LOTTIE) MOON
|
Lottie Moon melayani sebagai misionaris selama 39 tahun di provinsi Shantung, China, tepatnya di Tungchow dan Pingtu. Sulit untuk menggambarkan keadaan di kota kecil di China pada tahun 1873 saat Lottie pertama kali menginjakkan kaki di kota itu. Lottie sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba mewah karena dilahirkan di dalam keluarga pemilik tanah yang kaya raya di bagian Selatan Amerika Serikat. Namun, sekarang, ia harus beradaptasi dengan lingkungan yang sama sekali baru dan asing. Baik dari segi bahasa, budaya, makanan ataupun cara pemikiran, semuanya terasa sangat asing baginya. Adiknya, Edmonia Moon, tiba di China satu tahun sebelumnya dan ia mengalami 'culture shock' atau kekagetan terhadap kebudayaan yang begitu luar biasa sehingga mengalami 'emotional breakdown' atau gangguan secara emosi dan histeris. Adiknya akhirnya harus dipulangkan. Tidak semua orang, misionaris sekalipun, yang dapat bertahan di China pada tahun 1800-an.
Bagi Lottie, semuanya itu tidak menjadi masalah. Dengan penuh semangat, Lottie memulai studi bahasa serta mendalami sejarah dan budaya China. Dari segi pakaian dan tutur kata, ia berusaha untuk menjadi sama seperti orang-orang yang ingin dijangkaunya. Dalam waktu yang singkat, ia telah dapat menguasai bahasa China secara lisan dan beberapa minggu setelah tiba di Tungchow, ia telah melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk membagikan buku kecil berisi Injil kepada para wanita. Pada waktu itu, badan misi yang mengutusnya tidak mengizinkan wanita untuk mengajar kaum pria.
Dalam bahasa China, orang asing terutamanya orang kulit putih, disebut dengan sebutan "setan asing", tetapi Lottie berhasil membuat anak-anak di kotanya memanggilnya "wanita kue" (cookie lady) dengan selalu menyediakan kue-kue manis yang dibagikan kepada anak-anak. Setelah memakannya kuenya, anak-anak sering kali akan mengajaknya ke rumah mereka dan dari situ Lottie memiliki kesempatan untuk membagikan Injil dengan ibu dari anak-anak tersebut. Selain dari penginjilan, Lottie memulai sebuah sekolah di rumahnya khusus untuk anak-anak perempuan. Dari Tungchow, Lottie mulai melakukan perjalanan misi ke pendalaman dan dalam waktu yang singkat berhasil membawa banyak orang untuk mengenal Tuhan.
Banyak dari antara orang yang diinjilinya adalah buta huruf. Di suatu kota bernama Huanghsien, Lottie meminta bantuan seorang sarjana Konfusius, Li Show Ting, untuk membacakan Alkitab kepada orang Kristen yang baru bertobat. Walaupun pada awalnya Li tidak percaya, tetapi karena hari demi hari ditugaskan membaca Alkitab, ia akhirnya mengakui kebenaran Injil. Sewaktu ia mengaku percaya, saudara-saudara kandungnya menganiayanya dengan memukul dan mencabik-cabik rambutnya, tetapi ia tetap teguh dengan imannya. Pada kemudian hari, saudara Li menjadi seorang penginjil yang terkenal dan dikabarkan telah membaptis lebih dari 10.000 orang selama pelayanannya.
Lottie Moon bekerja siang dan malam demi pengabaran Injil. Dalam waktu 6 bulan, ia telah berhasil mengunjungi sekitar 139 desa. Selama 14 tahun, ia tidak pernah pulang ke Amerika untuk cuti. Walaupun berat, tetapi ia tahu itulah harga yang harus dibayarnya karena ketika itu misionaris yang berangkat ke ladang misi tidak pernah berpikir untuk pulang. Banyak yang disebabkan oleh penyakit dan kekurangan gizi meninggal di tempat pelayanan.
Namun, bagi Lottie, hal yang paling berat baginya adalah masalah kesepian. Dalam suratnya, ia pernah menulis, "Biarlah tidak ada misionaris yang akan mengalami kesepian seperti yang aku alami." Selama bertahun-tahun, Lottie harus melayani sendirian tanpa teman kerja. Namun demikian, Lottie sempat menjalin kembali hubungannya dengan seorang profesor di sekolah teologia di Amerika yang pernah melamarnya sebelum ia memutuskan untuk ke ladang misi. Akan tetapi, pada waktu itu, Lottie menolak lamarannya. Pada tahun 1882, setelah berada di China selama 9 tahun, ia menulis surat kepada keluarganya bahwa ia telah bertunangan dan akan menikah pada tahun itu. Tetapi akhirnya, entah apa alasannya, pertunangannya dengan profesor Crawford Toy dibatalkan. Beberapa tahun kemudian, keponakan dari Lottie pernah bertanya apakah ia pernah jatuh cinta. Lottie menjawab, "Ya, tetapi Tuhan memiliki prioritas yang terutama atas hidupku, dan karena keduanya berkonflik, sangatlah jelas mana yang harus diutamakan." Walaupun ia mengaku tidaklah mudah hidup sendiri, tetapi Lottie tidak pernah mau mundur dari jalan yang sudah dipilihnya. Tahun-tahun setelah itu diwarnai penganiayaan yang dahsyat, perang, dan bencana kelaparan.
Pada tahun 1890, sewaktu jemaat di Shaling dianiaya, Lottie langsung menuju ke tempat itu dan berkata kepada kepala penganiaya di situ, "Jika Anda mencoba untuk memusnahkan gereja ini, Anda harus membunuh saya terlebih dahulu. Yesus memberikan Diri-Nya bagi kami orang percaya. Sekarang, saya siap untuk mati bagi Dia." Dapat dibayangkan betapa anehnya situasi pada saat itu, seorang wanita bertubuh kecil dengan tinggi badan di bawah 130 cm mencoba menghadang massa yang sedang mengamuk. Ada yang berusaha untuk membunuhnya tetapi dapat dihalang oleh yang lain. Lottie tidak pernah meninggalkan jemaat yang sedang dianiaya, ia berada bersama mereka sampai penganiayaan itu berhenti. Salah seorang jemaat, Dan Ho-Bang, diikat ke batang kayu dan dipukul oleh kerabatnya setelah ia menolak untuk menyembah leluhurnya. Meskipun ia menerima pukulan yang tidak terkira kerasnya, ia tetap menolak untuk menyembah leluhurnya. Seperti yang selalu terjadi setelah penganiayaan, banyak orang yang bertobat termasuk orang yang menganiaya karena mereka melihat ketabahan dan kesetiaan orang-orang percaya. Dan, jemaat di Shaling menjadi yang gereja yang kuat dan melakukan banyak penginjilan ke daerah sekitarnya.
Revolusi China bermula saat musim gugur tahun 1911. Lottie yang sudah berusia 71 tahun pada waktu itu menolak untuk mengevakuasi diri, tetapi malah berangkat menuju zona perang. Ia ingin memulai pelayanan medis untuk menangani korban perang di kota Huanghsien. Periode itu merupakan permulaan dari kelaparan yang berkepanjangan, diiringi oleh tersebarnya berbagai wabah penyakit. Pada waktu itu, dana misi sudah tidak lagi tersedia dan Lottie harus menggunakan uangnya sendiri untuk menopang pelayanan. Lottie telah melihat dirinya sebagai orang China, tidak ada lagi tembok yang memisahkan dia dari orang yang dilayaninya. Melihat orang yang kelaparan dan tidak memiliki cukup dana untuk membantu, Lottie sendiri sering kali mengalami kelaparan bersama-sama dengan orang-orang Kristen yang ada di sekitarnya. Pada musim panas tahun 1912, fisiknya mulai melemah. Saat dibawa ke rumah sakit Baptis yang baru dibangun di China, dokter yang merawatnya menyimpulkan bahwa Lottie yang berat badannya hanya 24 kg mengalami kelaparan yang sungguh parah. Diputuskan bahwa Lottie harus segera dibawa pulang ke Amerika. Pada tanggal 12 Desember 1912, ditemani oleh seorang perawat, Lottie meninggalkan China dari pelabuhan di Shanghai. Akan tetapi, dua belas hari kemudian, saat kapal sedang berlabuh di Kobe, Jepang, Lottie mengembuskan napasnya yang terakhir, satu hari sebelum Natal 1912.
Semangat dan pengorbanan Lottie Moon tetap dikenang sampai hari ini lewat Lottie Moon Christmas Offering yang diselenggarakan setiap tahun oleh gereja-gereja Southern Baptist di Amerika Serikat. Dana yang terkumpul sejak pertama kali diselenggarakan telah mencapai miliaran rupiah yang semuanya dipakai untuk mendanai misi pelayanan. Sembilan puluh lima tahun setelah Lottie meninggalkan dunia ini, setiap tahun menjelang Natal namanya tetap dapat membangkitkan semangat umat Kristen untuk turut mengambil bagian dalam pengabaran Injil di seluruh dunia.
|
|
Dapatkan Bahan-Bahan Seputar Konseling Kristen!
|
Aneka permasalahan hidup senantiasa menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan orang percaya. Tidak hanya membutuhkan jalan keluar serta solusi yang tepat, bimbingan serta hikmat yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan menjadi kebutuhan yang diperlukan oleh setiap orang Kristen yang bergumul. Dalam menjawab kebutuhan para pelayan kristiani yang bergerak dalam bidang konseling Kristen dan bimbingan alkitabiah, Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan publikasi e-Konsel. Dengan berbagai artikel, bimbingan alkitabiah, tanya-jawab, komunitas konselor, tip, serta renungan yang bermutu, publikasi ini akan mendukung pelayanan Anda untuk melayani sesama serta orang-orang percaya yang membutuhkan.
Untuk mendapatkan bahan-bahan e-Konsel secara gratis, Anda cukup mengirimkan alamat email ke email e-Konsel. Setelah menjadi pelanggan, publikasi e-Konsel akan dikirimkan ke email Anda, setiap hari Selasa minggu kedua.
Tunggu apa lagi, daftarkan diri Anda dan jadilah pelayan bagi sesama bersama publikasi e-Konsel!
Facebook
Twitter
Kami tunggu!
|
|
|