Terlampir tanggapan dari salah satu praktisi industri services Dr.Ong HL
, mungkin dapat memberikan wacana bagi rekan rekan semua .

Si Abah   

Ong H. L. wrote:
> 
> P. Yanto,
> 
> 
> 
> Terima kasih atas Email perihal perusahaan dari Cina. Memang ini
> adalah kenjataan dan untuk ini perlu dipikirkan dengan kepala dingin.
> 
> 
> 
> Kita harus melihat secara keseluruhan dan tidak bisa secara
> individueel dengan memojokan mereka. Membuktikan bahwa mereka
> ?dumping?, umpamanja susah sekali kalau tidak dapat dikatakan tidak
> mungkin. Cina sekarang mempunjai pertumbuhan, dalam keadaan resesi
> dunia, sebesar 7 % per tahun dan ini sudah berjalan selama lebih dari
> 15 tahun berturut-turut (bahkan pernah sampai 11%). Semua Negara
> tetangga termasuk Singapore, Taiwan, Malysia, Tahiland, Korea, dan
> bahkan Jepang ketakutan (jadi bukan kita saja) dan mereka terpaksa
> memindahkan pabrik2nja ke Cina dangan harga buruh yang lebih ?murah?
> (productivity) dari Indonesia.
> 
> 
> 
> Jang sebetulnja fatal adalah kekalahan kita untuk memasok LNG dari
> BP-Wiryagar ke Cina,( billion dollar industry), Kita dikalahkan oleh
> Australia, padahal kita lebih dekat ke Cina; shipping mungkin 1-2 hari
> lebih cepat dari Irian Jaya,  Keadaan ini dapat dikatakan fatal karena
> dengan kemenangan ini Australia, yang mempunjai gas berlimpah-limpah,
> akan mempunjai pengalaman dan pabrik raksasa LNG hingga berpeluang
> besar untuk mengalahkan Indonesia sebagai supplier LNG  no.1 didunia.
> Indonesia hanja diberikan bagian yang kecil.
> 
> 
> 
> Jadi kita harus hati2 dengan raksasa Cina. Kita masih membutuhkan
> mereka untuk ekspor barang2 terutama bahan mentah. ?If you cannot beat
> them, join them?
> 
> 
> 
> Senjata ampuh apa yang kita bias pakai? Sebetulnja simple, yaitu yang
> juga telah anda sebutkan bahwa yang sudah diproduksi atau jasa yang
> sudah ada  di Indoneisa tidak bisa datang dari luar.  Disemua kontrak
> dengan perusahaan minjak ini selalu ada; tidak pernah saya melihat
> kontrak dimana hal ini tidak dicantumkan. Kenjataanja lain.  Sebagai
> contoh saya ingin mengambil hal2 yang kelihatan sepele tetapi efeknja
> besar.
> 
> 
> 
> Banjak kontrak, apalagi yang besar2 seperti seismic, drilling,
> penjualan minjak, dsb. invoice dikeluarkan dan dibajar di luar Negeri
> tanpa lewat Indonesia. Di Indonesia semua ada, bank2 asing dimana-mana
> dan servis juga tidak kalah.  Jadi jasa perbankan Indonesia harus
> digunalkan. Jika semua pekerjaan yang dilakukan di Indonesia
> pembajarannja harus lewat bank di Indonesia, maka bank2 di Indonesia
> kebagian kerjaan semuanja.  Meskipoun besoknja ditransfer keluar lagi
> tidak jadi soal, mengendap semalam ataupun kalau  weekend 3 malam dan
> kalau kelupaan bisa beberapa hari akan menjebabkan bunga yang lumayan
> juga bagi bank2 di Indonesia.  Ingat bahwa perputaran uang dari minjak
> omzetnja besar dan  mencapai lebih dari $600juta per bulan. Bandingkan
> kita minta pinjaman dari IMF sebesar $350 juta harus memenuhi sarat2
> berat dan mengemis.  Selain pengendapan uang selama beberapa hari,
> bank di Indonesia akan dapat ongkos transfer (proviso bank 1/8%) dan
> admisnistrasi. Untuk administrasi perputaran uang sebesar ini, mungkin
> 300 pegawai dapat pekerjaan. Selain itu  perpajakan seperti PPN dan
> PPH 25  lebih terkontrol.
> 
> 
> 
> Tenaga asing yang qualified. Tidak jadi soal mereka kerja disini
> karena mereka akan sewa rumah, anak sekolah, sewa mobil, dsb. Yang
> penting adalah bahwa mereka kesini dengan izin kerja higga pajak
> jelas. Semua peraturannja  sudah ada. Sebaiknja mereka yang mau
> tinggal di Indonesia diberikan prioritas. Kenjataan  sekarang banjak
> yang kerja tranpa permits, bahkan buka kantor dsecara ilegal, tidak
> terdaftar.dan keluar masuk Indonesia semaunja tanpa exit tax pun. Ini
> tidak fair terhadap konsultan Indonesia ataupun orang asing yang
> mempunjai izin tinggal resmi..
> 
> 
> 
> Farm out atau penjualan Devon, dsb.  Menurut kontrak harus disetujui
> oleh Pertamina.  Sampai sekarang semua penjualan  disetujui  secara
> otomatis. Kita harus meniru luar Negeri, penjualan asset Arco oleh BP
> di North Slope, Alaska dan juga gas station di California, tidak
> disetujui oleh Gubernur langsung, tetapi mereka dimintai sesuatu.
> Jadi kita harus bertanja apa keuntungan Indonesia jika dibeli
> perusaahn lain? Ini adalah grey area dan kita harus memanfaatkan
> mumpung pembeli/penjual dalam keadaan senang. Kita  bisa meminta dari
> pembeli ataupun penjual, untuk menambah , umpama program eksplorasi
> dengan tambahan  seismic atau pemboran wildcat,
> 
> 
> 
> Peraturan kita sudah cukup banjak.  Jika semuanja bisa ditaati dan
> di-implementasikan saya kira sudah lebih dari cukup.  Cuma kita harus
> jeli melihat daerah ?grey area? mana yang bisa kita manfaatkan. Bahkan
> sebaiknja assosiasi (HAGI, IAGI, IATMI,desb) bisa menjadi biro
> sertifikasi yang sekarang dikerjakan oleh IKINDO yang tiap bulan harus
> diperpanjang.dan mereka tidak menguasai bidang oil and gas. Atau kita
> minta supaja semua perizinan tenaga asing dilewatkan assosiasi sebelum
> disetujui oleh immigrasi.
> 
> 
> 
> Sekali lagi, saya bisa mengerti perasaan Anda karena  kita sama2
> sudah  berumur. Nasehat saya: ?Don?t get mad, get even?
> 
> 
> 
> Mungkin suatu seminar dengan mereka2 yang perduli dengan perkembangan
> perminjakan Indonesia sudah saatnja diselengarakan.  Tiap tahun kita
> menghasilkan 600-700 sarjana eksplorasi dan mungkin 100 pensiunan yang
> berpengalaman. Tidak cukup kita ngomel dan minta peraturan baru.
> Semua peraturan sudah ada.  Kita harus pro-active dan berpikir
> ?outside the box?.termasuk daerah tidak bertuan (grey areas).
> 
> 
> 
> 
> 
> H.L.Ong
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Y area)

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
=====================================================================
Indonesian Association of Geologists [IAGI] - 31st Annual Convention
September 30 - October2, 2002 - Shangri La Hotel, SURABAYA

Kirim email ke