Not too fast. Is it the system or the people? Or is it both? -----Original Message----- From: Koesoema [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Saturday, February 15, 2003 5:33 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] sistem psc di indonesia
Makanya hilangkan saja apa yang namanya cost recovery itu!, biar splitnya naik. Usul saja IAGI ke Pemerintah supaya cost recovery di hapuskan, kalau perlu dengan demo ----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, February 13, 2003 7:06 PM Subject: RE: [iagi-net-l] sistem psc di indonesia > Pak Witan, > > Kalau... geram... terus kita diam-diam saja khan? > Mau lapor ke Pertamina / Migas ngak ada gunanya khan? > Di atas langit ada langit juga khan, meskipun langit dari antara kita > sendiri? > > Herman > > -----Original Message----- > From: Witan OA [mailto:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: 14 February 2003 09:34 > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: [iagi-net-l] sistem psc di indonesia > > > Jitu sekali pak Koesoema (pengalaman pribadi waktu di Humpuss pak?). > Hal lain yang harus diwaspadai adalah proyek TSA (Technical Service from > Abroad). Biayanya biasanya besar sekali, sangat kolusif nuansanya, data kita > dikerjakan di pusat riset mereka, atau mereka datangkan konsultan seabreg ke > Indonesia.Seakan-akan di Indonesia tak ada ahlinya atau fasilitas utk > mengerjakan proyek tsb.Bayangkan berapa banyak devisa negara kita yg pindah > ke negara mereka. > Belum lagi kalau perusahaan tsb punya PSC area yg sudah produksi dan yang > masih eksporasi, biasanya beban biaya di PSC eksplorasi secara terselubung > dimasukan ke biaya PSC yg sudah tahap produksi karena adanya mekanisme cost > recovery tadi. Sehingga kalau eksplorasinya gagal sebagian cost nya masih > bisa diselamatkan. > Masalah pekerja expat /RPTKmemang kadang2 bikin geram, diawal tahun 80an > sering sekali pekerja Indonesia di hire hanya untuk mengimbangi jumlah expat > yg didatangkan. Setelah itu jenjang karir diperpanjang,misalnya tadinya dari > Jr. Geologist - Geologist-Sr Geologist dirubah jadi Geologist IV,Geologists > III,II,I, baru ke level Sr Geologist, dengan memasukan 2 level tambahan tsb > jelas memperlambat orang Indonesia menggantikan expat. Di level yg lebih > atas sama saja, anda naik jadi chief geologist diatas anda ada expat manager > geology, anda diangkat jadi exploration manager diatas ada expat sbg VP > exploration. pokoknya diatas langit ada langit. > Dengan dibentuknya BP Migas saya mempunyai optimisme yg besar terhadap > teman2 kita disana utk lebih ketat lagi mengadakan pengawasan dan menelaah > kembali peraturan2 yg akan merugikan negara kita. > > wass > Witan > ----- Original Message ----- > From: "Koesoema" <[EMAIL PROTECTED]> > To: "iagi-net" <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Friday, February 14, 2003 7:57 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] sistem psc di indonesia > > > > Menurut hemat saya kelemahan dari sistim PSC ini adalah adanya "cost > > recovery", karena ini adalah sumber korupsi, dan menjadikan perusahaan > > cenderung tidak efficient. Perusahaan PSC akan berusaha membebankan segala > > cost (bahkan mungkin cost yang pegawai mereka yang tidak secara langsung > > bekerja untuk contract area) pada cost recovery, walaupun ada kontrol > dari > > Badan Migas (tapi kan bisa diajak jalan-jalan ke luar negeri). termasuk > > sumbangan, misalnya ke Perguruan Tinggi . Sehingga pada akhirnya sumbangan > > itu seolah-olah diberikan si oil company (dengan upacara dsb) tetapi > > sebetulnya pemerintah yang memberikan. Setiap kali diminta sumbangan untuk > > aktivitas ilmiah /research mereka bilang sih setuju saja kalau BPPK > > Pertamina (dulu Badan Pelaksana Migas, sekarang) setuju. Kalau tidak > > disetujui > > seolah-olah BPPK yang menghalang-halangi, kalau disetujui si PSC itu yang > > dapat nama menyumbang. > > Kalau saya boleh sedikit suudzon soal expat saja. Kalau tidak ada cost > > recovery mungkin PSC akan mengurangi mereka, karena tentu geologist lokal > > dengan kwalifikasi yang sama akan jauh lebih murah. Tetapi dengan adanya > > cost recovery mereka akan memasukkan konco-konco karena tokh akan > dibebankan > > pada cost recovery, walaupun soal ini diatur oleh BP Migas, tapi kan bisa > > diatur. Ini suudzon saja. Suudzon lain adalah bahwa adanya sistim cost > > recovery akan mendorong pula sedikit mungkin dilakukannya investasi, > segala > > sesuatu seperti mobil, peralatan, bahkan storage tank, lebih baik menyewa > > daripada membeli. Ini juga sumber KKN. > > Saya kira sebaiknya cost recovery itu dihilangkan saja seperti dulu zaman > > Ibnu Sutowo, tetapi splitnya dinaikkan seperti dulu 40-60, tetapi semua > cost > > ditanggung oleh PSC, dan pemerintah terima 60% clean. Memang sebaiknya > split > > ini dikaitkan dengan harga minyak international, sehingga mereka tidak > > mendapatkan wind-fall profit terlalu besar. Jadi misalnya kalau harga > minyak > > naik sampai 30 USD/barrel, splitnya diturunkan menjadi 20-80. > > Adanya cost recovery itu dalihnya adalah supaya Pemerintah (dulu cq > > Pertamina) ikut dalam management, tetapi sebenarnya akibat adanya kenaikan > > minyak yang tiba-tiba pada tahun 1973, sehingga PSC mendapatkan windfall > > profit yang menurut Pemerintah (menteri pertambangan Sadli pada waktu) > > terlalu besar, sehingga kemudian Pemerintah secara sepihak merubah split > > menjadi 15-85. PSC kemudian protest semua karena merubah kontrak secara > > sepihak; dan pemerintah mundur dengan menawarkan adanya cost recovery ini > > yang diterima dengan baik oleh para PSC. Tetapi kemudian cost recovery ini > > dimanfaatkan betul oleh PSC, sehingga adakalanya cost recovery ini begitu > > besar menggerogoti bagian pemerintah yang 60%, bahkan pemeritah tidak > dapat > > apa-apa. Makanya kemudian diakali dengan adanya FTP (First Trench > > Petroleum), sehingga pemerintah tidak kosong sama sekali. > > Saya kira split 15-85 ini sangat menyesatkan untuk orang di luar industri > > perminyakan. Misalnya Amien Rais pernah membandingkan split 15-85 sistim > PSC > > dengan royalty yang diterima pemerintah dari Kontrak Karya dibidang > > pertambangan yang saya kira hanya sekitar 5%, tanpa menyadari adanya cost > > recovery yang selain bisa besar sekali juga menjadi sumber KKN. > > Saya kira sistim PSC itu dapat diperbaiki dengan menghilangkan adanya cost > > recovery, dan split-nya disesuaikan dengan harga minyak di pasaran. > > Akibatnya tentu BP Migas tidak akan terlalu memerlukan terlalu banyak > > kontrol. > > Tolong pendapat saya ini dikritik, karena kebanyakan pendapat ini bersifat > > suudzon saja, wallahu alam kebenarannya bagaimana. > > Wassalam > > RPK > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan > Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), > Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > > --------------------------------------------------------------------- > > > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > --------------------------------------------------------------------- > --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------