Kondidsi delta mahakam sekarang sangat dipengaruhi oleh 2 faktor, manusia dan alam. kegiatan penambak udang di muara bisa sja jadi indikator rusaknya lingkungan dalam mengantisipasi pasang-surut mukal laut, namun kegiatan di hulu mahakam juga turut serta mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan secara keseluruhan. Saat musim kemarau, permukaan air sungai drop secara drastis, beberapa sungai dan danau kecilnya malah bisa jadi arena bermain, karena keringnya. Lantas air asin, masuk sangat jauh ke dalam..hampir keTenggarong, bencana kesulitan air tawar sangat acap dialami di musim kemarau. Andaikan data pasang surut konstan, artinya tak terjadi perubahan yg sangat ekstreem ketinggian muka air laut disaat pasang, kenapa intrusi air laut sangat jauh ke dalam?, asumsinya debit air S.Mahakam sangat berkurang drastis dari waktu ke waktu. Kaltimpost juga pernah memuat citralandsat beberapa periodik (tahun lalu), kelihatan perubahan yg significant akibat erosianal laut pada beberapa tempat.
OK TAUFIK, DKS/OPG/WSG PHONE: 3327 EMAIL: [EMAIL PROTECTED] off.room: OFF 116 "ERY ARIFULLAH " <[EMAIL PROTECTED]> 09/24/03 03:19 PM Please respond to iagi-net To: <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: [iagi-net-l] 85% Delta Mahakam Rusak (Cuplikan Kaltim Post/ 19 Sept. 2003): ”1000 km2 luasan daratan Delta Mahakam (Delta Plain) ternyata 85 % diantaranya telah rusak yang telah beralih fungsi menjadi tambak. Kepala Departemen Lingkungan Total EP Indonesie Suripno kepada Kaltim Post tanggal 18 September 2003 mengemukakan bahwa alih fungsi menjadi tambak akan mengancam keseimbangan ekosistem yang ada di Delta Mahakam. Pada tahun 1986 kondisi Delta Mahakam masih bagus. Pada tahun 1992 sudah mulai ada pembangunan tambak dan mulai ada kerusakan-kerusakan dan pada tahun 1999, 85 % Delta Mahakam sudah menjadi tambak. Dengan demikian perbandingan laju sedimentasi dan erosi telah menjadi 1:2 selama tahun 1946-1996. Sementara perbandingan laju sedimentasi dan erosi tahun 1996-2001 sudah mencapai 1:50. Artinya kehilangan luas daratan yang terjadi selama 50 tahun (1946-1996) seluas 635 ha. Sedangkan selama lima tahun (1996-2001) telah kehilangan daratan seluas 697 ha” . Pertumbuhan tambak yang tidak terkontrol menyebabkan degradasi mangrove. Kegagalan produksi seperti terjadi di Jawa, pantai timur Lampung dan Sulawesi mengakibatkan penambahan areal tambak semakin meningkat tajam, apalagi keuntungan ekonomis sangat menjanjikan dalam menyumbang PAD. Sejak tahun 1970-an sampai sekarang riset geologi telah dilakukan secara antusias di Delta Mahakam. Delta Mahakam modern adalah laboratorium alam geologi ”recent analogues” yang khas di Indonesia yang punya kaitan erat dengan sedimen-sedimen di Kutai Basin. Dari studi geologi di Delta Mahakam selama tiga dasawarsa telah memberikan pemahaman yang bagus kepada kita dalam dileneasi lingkungan pengendapan di Kutai Basin untuk eksplorasi. Jadi bisa dibayangkan seberapa besar jasa Delta Mahakam bagi pengetahuan geologi?? Kelestarian Delta Mahakam bukan hanya tanggung jawab environmentalist, tapi juga tanggung jawab kita sebagai ahli geologi (?). Salam, Ery Arifullah Mhs. Prog. Master Geologi ITB. =========================================================================================== TELKOMNet INSTAN : mudah pemakaiannya, luas jangkauannya dan sekarang ......... ada hadiahnya pula ! =========================================================================================== --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------