From: [EMAIL PROTECTED]
Kalau kerusakan delta Mahakam bisa dideteksi lewat citra satelit, tentunya
hal yang sama bisa dilakukan untuk melihat kondisi Teluk Jakarta dan
sekitarnya.  Ada yang tahu saya bisa memperolehnya di mana, karena ada yang
mengatakan sedimentasi di Utara Jakarta sampai ke Kepulauan Seribu (sampai
ke Pulau Kotok-Pulau Matahari-Pulau Papateo).  Lumayan jauh itu, sekitar 50
km-an.  Saya sendiri mengalami bahwa visibility di Pulau Seribu selama
bulan2 terakhir ini luarbiasa jeleknya, dan banyak koral2 yang tertutup
oleh silt.  Apa ada pulse yang extraordinary tahun ini, dan kalau itu
karena kegiatan manusia, misalnya ada proyek besar2an di Utara Jakarta,
mustinya bisa kelihatan ya.  Mungkin dari PPGL bisa bantu?


Parvita H. Siregar

Kalau untuk explorasi migas di laut dalam (exploration deepwater) tentunya sedimentasi sejauh 50 kilometer termasuk terlalu deket ... :p
Maksud saya itu proses alami juga bisa saja terjadi. Dan jangan diartikan bahwa saya menganggap itu "hanya proses alam saja".


Kalau utk pantai utara Jawa terutama teluk jakarta, menurut Pak Otto dr LON (yg kantornya di Ancol itu) sangat sulit penanganannya karena juga adanya kontradiksi kepentingan. Ada yg mengiginkan sedimentasi untuk menjaga kelangsungan/kelestarian pulau, sebab kalau tidak ada sedimentasi justru akan menghancurkan (menenggelamkan pulau) akibat gepuran ombak, yg walopun kecil, sudah cukup utk mengabrasi pinggiran pulau karang kecil ini ... bagaimanapun keseimbangan perlu dijaga, dimana hasil abrasi ini mengisi ruang kosong dibawah laut (accomodation space). Namun disisi lain pendangkalan ini menganggu aktivitas pelabuhan Tanjung Priok..... jadi yg satu mencegah yg lain mengakibatkan ... piye ?
Nah Vita menambah lagi konsen tentang penutupan silt di koral yang "sangat indah" sebagai potensi wisata. Yang tentunya "keindahan"ini penting buat hiburan penghuni Jakarta yg sumpek ini .... (makanya jangan cuman pindah dari GaSu ke Ratu Plaza ... pindah ke Bpn aja, Vit .... hik hik :)


Bahkan dahulu tumbuhan bakau di pantai utara Jawa pernah 'dianggap dirusak' oleh penghuni pantai, yg notabene kebanyakan nelayan miskin (kasihan, kan). Padahal wektu itu sedang ada pengisian waduk di Jawa yang menghambat pengaliran air (plus sedimennya tentunya) ke pantai utara. Saya ngga tahu apakah Amdal pembangunan sebuah waduk melihat sampai jauuh juga (lebih dari 100 Km) ?

Memang sepertinya hanya masalah menenukan prioritas saja. Saya sendiri ndak tau bagaimana memberikan "prioritas" dalam hal seperti ini, termasuk "kerusakan" (maunya sih nulis "perubahan" kalau boleh :) dari Delta Mahakam. Yang lebih penting menurutku ya bagaimana kita dapat lebih tepat dalam memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi akibat ulah manusia itu sendiri (Amdal). Selain kecanggihan amdal kita ya musti siap menghadapinya apapun perubahan itu. Jadi mnurut aku jangan trus menghapuskan sesuatu yg sudah menghasilkan ini .... "maju saja terus, jangan mundur" ... upst ... jahat ya gwe ?

OK aku kasi ilustrasi ttg "maju terus pantang mundur" itu seperti crita soal konsennya 'pola makan' dan kegemukan di Amerika (aku baca dari majalah Time beberapa bulan lalu).
Dahulu orang Amerika itu relatip ramping (bukan kurus :), karena banyak bergerak yang akhirnya ini banyak problem kegemukan plus kolesterol. Banyak yg menduga akibat makanan 'fast food', jenis makanan yg dimakan, juga kurang gerak dsb. Nah yg menduga akibat kurang gerak ini ternyata melihat adaya kemungkinan setelah diketemukan "refrigerator" atau "home storage" yg cukup murah menyebabkan mereka jarang sekali belanja ke toko ... lah iya lah karena kesiukan kerjaanya mendingan belanja buat sepekan-duapekan juga nda apa-apa kan ?, mosok tiap mau masak musti blanja ... itu mah koeno ... :) ..... Nah setelah tahu bahwa refrigerator menjadikan orang enggan berjalan serta kendaraan yg menjadikan malas keluar rumah .. mereka TIDAK menyarankan meninggalkan (mundur) menjual refrigerator (kulkas) .... tetapi memanfaatkan "treat mill" (lari-lari ditempat). ... untuk tetap bergerak.
Nah kenapa dipilih treat mil karena dengan membeli alat ini ini produksi massal masih bisa berjalan, serta tidak mematikan pabrik penghasil kulkas. Danmenggunakan treat mill bisa dimana saja bahkan sambil bekerja ....


Nah sekarang bagaimana caranya produksi udang, batubara, serta perminyakan tetep berjalan atau malah ditingkatkan, tetapi "kerusakan" delta tetap dijaga supaya minimal kalau emang ngga mungkin dihilangkan ?
Cara-caranya seringkali dengan enginering serta studi yg tidak sedrhana dan juga tidak bisa instant ... Yang mungkin sulit adalah pendanaannya yg bisa saja juga diambil dari yg bikin ulah ini, kalau lewat pajak ... wuah pasti bocor dijalan raya .... kalo langsung diminta dari petambak udang ... ntar dikira pungli ... susah kali ya .... pasti deh bikin mas dan MBAK jadi "PUSING" ... kayak mikirin negara ini ... upst!


lam,
hef e nais whik en

RDP

_________________________________________________________________
Add photos to your e-mail with MSN 8. Get 2 months FREE*. http://join.msn.com/?page=features/featuredemail



--------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke