Terimakasih Pak Awang.

Analogi kekar dari Pak Awang sangat mudah dicerna. Pencerahannya juga
sangat menjelaskan.

Cheers,
Natan


On Tue, 29 Mar 2005 17:56:36 -0800 (PST), Awang Satyana
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Pak Nataniel,
> 
> Sebenarnya ini belum ke analisis statistik yang melibatkan multivariate 
> statistics macam stokastik dll. Ini hanya sekumpulan data yang diamati tanpa 
> analisis, tidak ada sama sekali kuantifikasi (tentu kita bisa melakukan 
> analisis kuantifikasi kalau mau).
> 
> Kita punya data kejadian tsunami dan tsunamigenic earthquake di Indonesia 
> selama 200 tahun terakhir (1800-2001, koreksi sedikit dari yang saya posting 
> kemarin). Kita amati data dengan metode statistik sederhana. Dalam kurun 
> waktu itu tercatat 161 tsunami, 73 % terjadi di Indonesia Timur. Magnitudo 
> gempa pembangkit tsunami berkisar 5.0-8.6 dengan 86 % di antaranya punya 
> magnitodo > 6.0. Kemudian, 77 % dari tsunami itu dibangkitkan oleh gempa 
> dengan focal depth < 60 km. Nah selesai statistiknya, kini masuk ke geologi.
> 
> Geologi berusaha memikirkan pola-pola umum dari sebaran data statistik. Kita 
> biasa melakukannya sebagai langkah metodologi ilmiah. Ini mirip kita mengukur 
> kekar atau fracture atau trend struktur via statistik lalu kita bangun 
> geologinya dengan menafsirkan mana arah principal stress-nya. Dengan kata 
> lain, statistik membantu geologi. Kembali ke tsunami. Dari statistik kita 
> belajar dari pengalaman bahwa gempa di laut, kuat, dangkal berpotensi 
> membangkitkan tsunami. Berapa kuat dan berapa dangkal ? Statistik menunjukkan 
> > 6.0 SR, kedalaman < 60 km. Lalu, apakah kita bisa pakai itu sebagai cut-off 
> values ? Menurut saya tidak, gempa kemarin walaupun kuat (> 7.0 SR) dan 30 km 
> focal depth-nya toh tak terjadi tsunami besar (walaupun dilaporkan air laut 
> sempat naik 25 cm di berbagai tempat - ini juga tsunami loh..). Masih ada 
> hal2 geologi yang tak terukur dan muncul di statistik yang menyebabkan nilai 
> cut off tak tegas tapi range.
> 
> Ok, berapa kategori gempa dangkal itu ? Saya merujuk ke penelitian2 gempa 
> yang published (Koning, 1952; Ritsema, 1953, 1954; Soetadi, 1962; Katili dan 
> Soetadi, 1971; Puspito, 2002), referensi2 itu masih menggunakan 60 km sebagai 
> batas akhir gempa dangkal. Tapi saya setuju bahwa tsunamigenic earthquake 
> akan lebih banyak di < 30 km.
> 
> Berapa tebal segmen2 kerak di tepi barat Sumatra itu. Seismic tomography akan 
> menunjukkan dengan detail kalau punya transect memotong tegak lurus tepi ini. 
> Tapi dari publikasi Malod and Kemal (1996) saya ukur tebal prisma akresi 
> sekitar Mentawai 25 km, tebal forearc di Mentawai Sliver Plate 20 km dan 
> tebal kontinen di sekitar Sumatra Fault 40 km. Kalau fokus gempa kemarin 
> terjadi 30 km depth dan episentrumnya di Sesar Mentawai yang merupakan 
> junction prisma akresi dan Mentawai Sliver Plate, maka fokus gempa mestinya 
> sekitar 5-10 km masuk di slab oceanic crust yang subducted.
> 
> Salam,
> awang
> 
> Nataniel Mangiwa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Awang Satyana wrote: "dangkal < 60 km – ada
> juga yang bilang < 30 km; ini semua berdasarkan statistik kejadian
> tsunami di Jepang dan seputar Samudra Pasifik data tahun 1801-2000)"
> 
> Apa kita tidak bisa mendekati opini tersebut melalui jalur lain,
> sesuai jalur kita..geologist. Bisa kah dengan jalur geologist bukan
> statistik? Maksud saya, bisa kah kita mengeluarkan angka pasti (at
> least tidak terlalu 'Wide Range') dalam meng-klasifikasikan Gempa
> Dangkal Pulau Sumatera? Kita punya 2 data baru yang mempunyai
> Magnitude relatif sama:
> 1. Aceh-tanggal 26 Des 2004 (kedalaman 10km) -> diikuti Tsunami
> 2. Nias -tanggal 28 Mar 2005 (kedalaman 30km) -> tidak diikuti Tsunami
> 
> Apakah ini ada hubungannya dengan ketebalan Kerak Samudra dan Benua di
> Sumatera? Apa ada yang bisa sharing informasi berapa ketebalan Kerak
> Samudra dan Benua yang di Sumatera ini?
> 
> Iseng saja..saya 'tergoda' untuk menganalogikan gempa dengan analogi
> HPHT: pada well HPHT kita selalu dapat warning, bahwa sekitar depth xx
> dan marker yy kita akan masuk ke sistem HPHT. Nah, apa analogi seperti
> ini bisa diaplikasikan untuk menafsirkan gempa yg diikuti atau tidak
> diikuti tsunami? Jadi nanti warningnya seperti ini: hati-hati jika ada
> gempa dengan Magnitude xx dan mempunyai kedalaman yy, karena mempunyai
> potensi yang sangat besar untuk diikuti tsunami.
> 
> I just curious, apa ilmu geology memang tidak bisa se-precious
> statistik? Saya teringat ada geologist senior (iagi jabar) yang pernah
> bilang ke saya: "geology not only qualitative but also can
> quantitative".
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
> PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
> Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke