Terima kasih Kang Danny masukannya, dan selamat bergabung kembali di iagi-net, 
semoga tulisan2nya dapat mencerdaskan kita semua.
 
Beberapa komentar untuk Kang Rovicky dan Kang Danny :
 
Escarpment atau topografi bawahlaut lainnya yang dilihat UKNavy itu mungkin 
harus diklarifikasi dulu, itu sisa2 mega-slump (mega-submarine slides ?) 
ataukah jejak2 luka2 dasar laut saat massa air tsunami bergerak melewatinya, 
sebab gelombang tsunami memutar massa air di seluruh kolomnya bukan hanya di 
permukaan saja seperti wind wave. Saya yakin bahwa mega-submarine slides bisa 
terjadi oleh gempa bawahlaut yang kuat yang lalu menimbulkan tsunami akibat 
terjadi perubahan topografi dasarlaut secara tiba2. Apalagi kalau episentrum 
gempa terjadi di topografi lereng benua yang secara stabilitas lemah 
dibandingkan paparan benua. Goyangan 8.9 SR di gempa Aceh dan hiposentrum yang 
dangkal tentu sama2 menyebabkan mega-thrust yang menjadikan pergerakan block di 
dasarlaut dan juga menyebkan mega-submarine slides. Resultannya : sama-sama 
menimbulkan mega-tsunami. 
 
Gempa Mentawai (katakanlah benar2 terjadi) kelihatannya sektor topografi dasar 
lautnya sudah lumayan jauh dari gempa Aceh. Dan secara batimetri ia juga lereng 
benua. Dengan sektor gempa Aceh, ia dipisahkan oleh dua buah paparan benua yang 
menjorok jauh ke laut yaitu sektor paparan benua Kep. Banyak di utara Nias dan 
sektor paparan benua Kep. Batu (Pini, Tanahmasa, Tanahbala) di utara Siberut. 
Dua buffer zone batimetrik ini artinya menghalangi apapun yang telah terjadi di 
gempa Aceh di utara Simeulue. Gempa masih bisa disipasi ke tenggara sehingga 
gempa Nias bisa terhubung ke Aceh karena semuanya dihubungkan oleh Sesar 
Mentawai. Tetapi, stabilitas lereng di Aceh pasca tsunami kelihatannya tak akan 
punya peran apa2 ke sektor lereng di Mentawai. Maka kalau nanti gempa Mentawai 
besar dan dangkal, mega-thrust, lerengpun akan kembali digoyang dan kembali 
terjadi mega-submarine slides, walaupun lereng di Aceh sudah landai karena 
runtuh. Isolasi oleh dua buffer zone tadi yang menyeba
 bkan
 kemungkinan sub-marine slides masih bisa terjadi di sektor Mentawai.
 
Aseismic Zone ? Bagaimana membedakannya dengan seismic-gap zone. Sebab justru 
seismic-gap zone seperti Kep Batu (?) katanya bisa menjadi lahan akumulasi gaya 
gempa untuk beberapa ratus tahun lalu akan tiba2 mengalami gempa hebat bila 
ductility batuan sudah terlewati. Jadi mungkin buffer zone Kep Batu sedikit 
menunda gempa disipasi ke Mentawai dalam waktu dekat ini, hanya, ini pun akan 
otomatis membuat buffer zone itu menjadi daerah yang stressed untuk sekian 
lama. Bagaimana halnya kalau ia sudah tak tahan, tentu akan terjadi rupture 
yang sangat hebat...
 
Plotting episentrum waktu gempa Aceh itu ada di horsetail splay Sesar Mentawai 
di utara Simeulue. Plotting episentrum gempa Nias bahkan ada di main trace 
Sesar Mentawai di sekitar Kep. Banyak. Ini menjadi pertanyaan, benarkah kedua 
gempa besar itu bermekanisme mega-thrust dan tak ada hubungan sama sekali 
dengan reaktivasi Sesar Mentawai yang berumur Neogen ? Sebab kerusakan Nias 
kelihatannya karena telah terjadi disipasi energi gempa sepanjang Sesar 
Mentawai menuju ke tenggara dan merusak Nias sebab Sesar Mentawai itu membelah 
Pulau Nias. Sesar akibat gempa Nias kemarin itu mungkin dies-out ke atas 
sehingga tidak menimbulkan rupture yang signifikan di seabed, tetapi 
kelihatannya lebih memilih disipasi ke tenggara menuju Nias via Sesar Mentawai. 
Hal yang sama tak terjadi saat gempa Aceh, sehingga Simeulue tidak rusak, sebab 
mungkin gayanya sudah habis dilepas ke atas dan menyebabkan rupture hebat di 
seabed.
 
Anyway, kita pasti belajar banyak dari dua kejadian gempa besar yang berturut2 
selang 3 bulan ini.
 
salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan
akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi
sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat
Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula
oleh longsoran bawah laut..

Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya
karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi
atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi
penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa.

Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman
30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg
hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan
yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat
thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya
"new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di
websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian
juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka
lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bisa ikut-ikutan
longsor pada tanggal 26 Desember 04 kemarin. Artinya pasca gempa Aceh,
kondisi ekuilibrium di pinggiran ini menjadi "relatip" stabil,
dibandingkan sebelum gempa Aceh. Kondisi yg "relatip" stabil inilah yg
saat digetarkan dengan kekuatan 8 SR (30Km) kemarin oleh gempa Nias
tidak mampu menyebabkan tsunami sebesar sebelumnya.

Apakah yg nanti juga tidak akan longsor lagi ?

Prediksi saya, seandainya getarannya lebih kecil dari getaran
sebelumnya, maka tidak akan muncul tsunami pada saat Segmen Mentawai
yg diramalkan Danny ini bergetar. Kecuali getaran gempanya memiliki
kekuatan sama atau lebih dari 9 SR.

Penjelasan atau simulasi mudahnya :
Cobalam ambil beras dan buatlah gunung2-an dari beras diatas sebuah
karton. Caranya dengan menabur kan beras dipuncaknya hingga
ketinggiannya maksimum. Kondisi ini merupakan refleksi dari kondisi
kritis.
Getarkan atau goyangkan beras itu dengan kekuatan tertentu, katakanlah
getarkan dengan amplitudo 2 cm, selama beberapa detik. Akan terlihat
ketinggian gunung berkurang, beberapa butiran akan longsor kebawah.
Kejadian ini mensimulasikan longsoran penyebab tsunami pana tanggal 26
Des 05.

Nah kemudian getarkan dengan goyangan lebih kecil, misalnya amplitudo
1 cm saja. Maka tidak akan banyak longsoran butiran beras yg terlihat.
Ini menunjukkan bahwa kondisi kekritisan lereng berubah akibat getaran
besar.

Simulasi mudah ini dapat dipakai untuk menjelaskan dengan mudah kenapa
Gempa Nias tidak menyebabkan tsunami.

Nah pertanyan selanjutnya, apakah nantinya sudah tidak akan ada tsunami lagi ?
Seperti yg ditulis di atas, bahwa tsunami tidak akan terjadi
seandainya lokasi getarannya sama dan juga kekuatan gempanya kurang
dari getaran sebelumnya. Sehingga kalau getaran selanjutnya di
Mentawai melebihi 9 SR atau kedalamannya lebih dangkal, maka tsunami
masih sangat mungkin terbentuk. Perkiraan besarnya utk segmen mentawai
yg diperkirakan Pak Danny ini menjadi sangat krusial dengan hipotesa
ini.

RDP
"Rovicky Dukun Pergempaan"
On Thu, 31 Mar 2005 12:35:37 +0700, D.H. Natawidjaja
wrote:
> Mohon maaf,
> Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
> Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
> mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung
> Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.
> 
> Menurut saya begini,
> Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
> gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
> patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
> rupture zone dari Gempa Aceh.
> 
> Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
> sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
> matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
> itu.
> Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam
> kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
> tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
> pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
> - 1965.
> 
> Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
> dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
> Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
> karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
> energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
> bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
> bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.
> 
> Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
> Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
> ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
> "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam
> terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah
> benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
> Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
> Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada
> Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
> megathrust - pure dip-slip.
> 
> Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
> 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
> Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
> mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
> Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat
> bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
> bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
> mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
> baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa
> ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
> Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa
> tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
> memastikan hal ini.
> 
> Sekian dulu.
> 
> Wassalam,
> 
> Danny
> 
> 

                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Small Business - Try our new resources site! 

Reply via email to