Waduh Pak Aris, Iya tentunya kita semua tahu globalisasi itu fenomena alam, tapi apa iya sebagai manusia menyerahkan ke fenomena alam untuk terjadi pada diri kita ? Kita semua juga tahu bahwa gempa, tsunami, hujan, banjir juga fenomena alam. Kita tidak melawannya, tetapi bagaiamana usaha manusia yg diberi "sedikiit kebebasan" untuk memilih jalan hidupnya ... apa iya hanya menyerahkan segalanya ke "mother nature" ?
Bukan hanya mengontrol GGE renumerasinya, naik ... itu hanya keciiil diantara kepentingan besar bangsa (itu kalau kita berpikir sebagai bangsa, kalao berpikir individu ya sekedar golek pangan :). Survival sebagai individu tentunya tidak salah kalau case semacam ini dianggap oportunity, tapi kalau survival dari sebuah bangsa, what will you do, Pak Aris ? RDP On 5/12/05, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > pak rovicky dan rekan-rekan - > > mohon maaf, saya kok masih agak kurang setuju dengan kita terus > mengungkit-ungkit perihal brain drain ini. seperti email saya dulu, santai > sajalah, bukannya pesimis lho pak andang. saya setuju dengan pak koesoema, > kalau brain drain ini fenomena natural saja karena globalisasi, dan bukan > terus disetop hanya karena hitungan "current economy" yang kurang jelas. > hitung2an ekonomi seperti ini kadang2 malah salah kaprah, ingat saja > perhitungan "ekonomi" untuk menghalalkan sby menaikkan harga bbm. > > mungkin sih maksudnya supaya gimana caranya renumerasi gge di indonesia > juga terkatrol naik, tapi kemungkinan malah dapet celakanya. saya percaya > dengan adam smith, bahwa sesuatu yang dikontrol naturally oleh market force > akan lebih baik untuk semua pihak. nah, fenomena brain drain ini jelas > tidak dikontrol siapa2, tapi hanya karena kekuatan tangan pasar saja. ini > justru bagus, karena kalau sudah diatur-atur, apalagi diatur oleh yang > namanya pemerintah indonesia, kita semua akan celaka tiga belas juta. > > sikap bp migas dan pak awang pun saya sangat salut, membiarkan fenomena ini > sebagai fenomena natural dan tidak ikut cawe-cawe atau campur tangan. coba > saja kalau bp migas kegerahan karena dikomporin "perhitungan ekonomi brain > drain" yang menyimpulkan bahwa brain drain merugikan negara, terus dengan > kekuatan politik-nya membuat hukum atau aturan baru untuk melarang semua > kemungkinan brain drain (misalkan dengan kontrol imigrasi atau tidak boleh > keluar kerja dari psc kalau ke luar negeri, atau disuruh bayar fiskal > usd1000 untuk professional tki setiap pergi) dengan alasan merugikan > negara..... gimana coba? apalagi pak ketum iagi kita sudah mulai berkenan > turun gunung memberi petunjuk ttg soal ini, dan sudah mau ketemu dpr > lagi..... ini worst case scenario lho...... mengingat kelakuan dpr dan > pemerintah yang diuraikan pak edison. ngeri ah mbayanginnya. > > jadi, gimana kalau kita "case closed", boleh kan pak syafri? > > salam - --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------