Seperti pada soal tsunami & langkah-langkah early warning system yg kita 
bicarakan beberapa bulan lalu, soal PN - EM ini pun sekali lagi menunjukan 
bahwa ada saat masalah yang berawal dari soal yang hampir murni teknis lalu 
bergerak masuk ke ruang pengambilan keputusan publik. Soal teknis (bagaimana 
karakter reservoir Cepu, berapa besar, dst) tidak dibicarakan demi pemahaman 
teknis lebih lanjut semata, tetapi selalu pada akhirnya kait berkait dengan 
fungsinya bagi orang banyak. Sekali lagi terlihat bahwa IAGI, atau lembaga 
profesi lain, tidak bisa inert terhadap persoalan publik; dan itu berarti 
lembaga ini mesti siap juga masuk ke perbincangan politis (bukan politik 
soal dukung mendukung dalam pilkada, tapi politik kebijakan). Maksudnya, 
argumentasi yang diajukan KKG jelaslah soal motive / tujuan / niat dalam 
mengelola sda, soal keberpihakan kepada bangsa. Beliau menjadi sedemikian 
extreem sampai berkata tak peduli untung atau rugi, yang utama adalah para 
insinyur bangsanya menguasai tetek bengek pengelolaan migas, tentu supaya 
pada ujungnya kita tidak didikte orang lain dalam mengelola sda sendiri 
menurut garis kebijakan kita sendiri. Sekali lagi, IAGI tidak ber hak untuk 
membatasi diri pada soal teknis atau ilmu geologi semata, kita mesti masuk 
ke dunia orang nya, dunia manusia nya, dunia insinyurnya, dunia publiknya, 
dunia kebijakannya.

bat

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: [EMAIL PROTECTED], iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 25 May 2005 08:02:22 +0000
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [HAGI-Network] [iagi-net-l] Blok Cepu, 
ExxonMobile & strategi besar Pertamina

> 
> Angka-angka itu, menurut yang saya tangkap sih baru rumours.  Sebelum
> ada
> certification, rasanya angka2 itu tidak bisa dipertanggung jawabkan.
> 
> Saya agak gemas membaca soal meragukan kemampuan bangsa Indonesia.
> Kemampuan bangsa Indonesia menggarap ladang sendiri kok masih
> diragukan.
> Lihat Medco, isinya orang Indonesia semua, maju2 aja tuh.  Dan kalau
> sudah
> lebih dari 100 tahun kita berkecimpung di oil and gas business, kalau
> kemampuan teknologi orang awak masih diragukan, rasanya perlu
> dipertanyakan
> peranan BPMIGAS/Pertamina BPKKA (waktu jaman dulu) dalam memajukan
> human
> resources di oil-oil companies.  Seharusnya jumlah expat makin
> berkurang
> karena ada transfer teknologi, sehingga perlahan-lahan anak bangsa
> sendiri
> yang mengolah kekayaan alamnya.  Tapi yang terjadi di beberapa oil
> company
> besar malah expatnya datang ke sini dengan posisi yang dibuat-buat dan
> diapprove pula oleh BP Migas.  Sebenarnya sungguh-sungguh ngga seh
> BPMigas
> dalam hal empowering nationals?
> 
> Gemeeeeees....
> 
> Parvita H. Siregar
> Geologist-ENI Indonesia
> Kuningan Plaza, South Tower 9th Floor
> Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C 11-14
> Jakarta 12940 Indonesia
> Tel: (62-21) 3000-3200 ext. 2916
> Fax: (62-21) 3000-3230
> mailto:[EMAIL PROTECTED]
> 
> 
> 
> 
> 
>                                                                        
>                                            
>                     "Franciscus                                        
>                                            
>                     Sinartio"            To:    
> [EMAIL PROTECTED], iagi-net@iagi.or.id                  
>                     <[EMAIL PROTECTED]       cc:                           
>                                            
>                     tmail.com>           Subject:     [iagi-net-l] Re:
> [HAGI-Network] [iagi-net-l] Blok Cepu,      
>                                           ExxonMobile & strategi besar
> Pertamina                                   
>                     05/25/2005                                         
>                                            
>                     07:40 AM                                           
>                                            
>                     Please respond                                     
>                                            
>                     to iagi-net                                        
>                                            
>                                                                        
>                                            
>                                                                        
>                                            
> 
> 
> 
> 
> Kalau misalnya pada diskusi HAGI/IAGI dengan pemerintah ditambahin
> argumen
> bahwa yang akan menguasai sumber energy adalah yang akan menguasai
> dunia.
> gimana ya???
> atau tidak usah dibilang menguasai, dibilang saja yang survive adalah
> yang
> mempunyai energy dunia.
> Kan kalau di kelola perusahaan asing maka bukan negara yang menguasai.
> 
> hal lain, apa betul reserve nya sebesar 1200 MMBO ?  yang mereka sudah
> drill
> dan test(?) adalah yang carbonates kan? gimana distribusi porosity dan
> permeability nya,
> dilain pihak yang clastics nya gimana?
> 
> fbs
> 
> 
> 
> 
> >From: mohamad untung <[EMAIL PROTECTED]>
> >Reply-To: "Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)"
> ><[EMAIL PROTECTED]>
> >To: [EMAIL PROTECTED]
> >Subject: Re: [HAGI-Network] [iagi-net-l] Blok Cepu, ExxonMobile &
> strategi
> 
> >besar Pertamina
> >Date: Tue, 24 May 2005 11:58:02 +0700
> >
> >Menarik sekali uraian Kwik ini. Bagaimana geologi perlu menanggapi?.
> Apa
> >betul cadangan hanya 600 juta atau sampai 2 milyar barrel. Hal-hal ini
> >sangat mutlak perlu diantisipasi oleh IAGI dan HAGI sebagai asosiasi
> >profesi.
> >M. Untung
> >----- Original Message -----
> >From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
> >To: <iagi-net@iagi.or.id>
> >Sent: Monday, May 23, 2005 9:57 PM
> >Subject: [iagi-net-l] Blok Cepu, ExxonMobile & strategi besar
> Pertamina
> >
> >
> > > Halaman Depan
> > > Senin, 23/05/2005
> > >
> > > Blok Cepu, ExxonMobile & strategi besar Pertamina
> > >
> > > Keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap sumur minyak di
> > > Blok Cepu yang sekarang digarap ExxonMobile (EM) antara sukar dan
> > > mudah. Orang Jawa mengatakan gampang-gampang angel. Gampang kalau
> > > bangsa ini berpijak pada landasan falsafah dan prinsip. Angel kalau
> > > bangsa ini menjerumuskan diri pada teknokrasi semata.
> > >
> > > Asal mulanya Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), pemegang izin
> > > eksploitasi minyak di sumur "kecil" di Cepu, menjual lisensinya
> kepada
> > > EM. Lisensi itu sebenarnya baru berakhir pada 2010.
> > >
> > > EM lalu mengeluarkan uang sebesar US$370 juta untuk mengeksplorasi
> > > sumur tersebut. Dari hasil eksplorasi itu, EM menemukan cadangan
> > > minyak sekitar 600 juta barel.
> > >
> > > Karena cadangan itu besar, EM mengajukan usul agar kontraknya
> de-ngan
> > > Indonesia diperpanjang sampai 2030. Usul ini tentu disertai dengan
> > > deal bisnis yang rinci.
> > >
> > > Ketika itu, status hukum Pertamina masih berupa Perum. Menurut
> > > undang-undang yang berlaku, yang berhak mengambil keputusan adalah
> > > Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina (DKPP) yang terdiri dari
> > > lima orang menteri.
> > >
> > > Tiga dari lima anggota DKPP setuju, sedangkan dua lainnya tidak
> setuju
> > > memperpanjang kontrak dengan EM. Karena tidak dicapai keputusan
> yang
> > > bulat, berdasarkan undang-undang, keputusan harus diambil oleh
> > > Presiden. Maka "bola panas" pindah ke tangan Presiden Megawati
> > > Soekarnoputri.
> > >
> > > EM tidak tinggal diam. Perusahaan AS itu mengerahkan semua
> kekuatan,
> > > termasuk pemerintahnya untuk melobi keras kepada pemerintah
> Indonesia.
> > > Namun bagi penulis, upaya EM sudah merupakan "tekanan" agar
> Indonesia
> > > mau memperpanjang kontrak tersebut.
> > >
> > > Di tengah lobi dan perundingan berjalan, tersiar kabar, entah kabar
> > > burung atau tidak, bahwa cadangan minyak yang sebenarnya di Blok
> Cepu
> > > adalah 1,2 miliar barel, bukan 600 juta barel.
> > >
> > > Belakangan beredar lagi kabar bahwa cadangan minyak di blok itu
> bahkan
> > > bisa mencapai 2 miliar barel.
> > >
> > > Seperti dikatakan sebelumnya, ada dua anggota DKPP yang tidak
> setuju.
> > > Yang satu atas dasar alasan yuridis bahwa bentuk kerja sama adalah
> > > Technical Assistance Contract (TAC), sehingga tidak bisa lantas
> diubah
> > > menjadi kontrak bagi hasil.
> > >
> > > Anggota lain, yang tidak setuju, adalah penulis dengan alasan yang
> > > sama sekali berbeda.
> > >
> > > Alasan sangat prinsipil
> > >
> > > Alasan penulis saat itu sangat prinsipil, yaitu bahwa sumur di Blok
> > > Cepu memiliki cadangan minyak yang besar dengan letak yang
> strategis,
> > > sehingga eksploitasi selanjutnya relatif mudah.
> > >
> > > Maka penulis mati-matian mempertahankan agar blok itu sepenuhnya
> > > dieksploitasi oleh Pertamina.
> > >
> > > Berbagai alasan dikemukakan untuk meyakinkan penulis agar ikut
> > > menyetujui perpanjangan kontrak dengan EM. Upaya tersebut datang
> dari
> > > berbagai pihak, baik Pertamina dan Lemigas maupun EM dan Duta Besar
> AS
> > > untuk Indonesia Ralph Boyce.
> > >
> > > Semua alasan penulis tolak. Ini karena titik tolak penulis sangat
> > > prinsipil bahwa Pertamina harus menggunakan sumur Cepu sebagai
> titik
> > > tolak untuk belajar mengeksploitasi minyak sendiri sepenuhnya.
> > >
> > > Kata "belajar" ditekankan karena penulis dihujani berbgai
> perhitungan
> > > rugi laba, penuh dengan angka-angka yang njlimet. Namun penulis
> sama
> > > sekali tidak mau melihat angka-angka tersebut.
> > >
> > > Berapa pun untung ruginya, penulis terima. Ini karena bagi penulis
> > > sudah sangat memalukan setelah 60 tahun merdeka, 92% dari minyak
> > > nasional dieksploitasi oleh kontraktor asing.
> > >
> > > Dikemukakan bahwa Pertamina tidak mungkin membiayai eksploitasi
> > > sendiri. Penulis yakinkan bahwa kalau ada cadangan minyak 600 juta
> > > barel saja, bank di seluruh dunia akan antre memberikan kredit yang
> > > khusus dipakai untuk mengeksploitasi sumur tersebut. Apalagi kalau
> > > cadangannya ternyata lebih besar lagi.
> > >
> > > Penulis lalu diyakinkan lagi dengan alasan bahwa kalau Pertamina
> yang
> > > mengeksploitasi sendiri, akan merugi karena belum berpengalaman dan
> > > korup.
> > >
> > > Upaya ini pun penulis tolak dengan alasan bahwa penulis sama sekali
> > > tidak berpikir tentang untung rugi.
> > >
> > > Sumur Cepu harus dijadikan modal untuk belajar mengeksploitasi
> > > sendiri. Landasan argumentasi adalah paparan direksi baru,
> dipimpinan
> > > Baihaki Hakim, kepada penulis selaku Menko Ekuin dalam kabinet
> > > Presiden Abdurrahman Wahid. Pendirian yang penulis pertahankan
> sampai
> > > sekarang merupakan pengarahan dari Presiden Wahid.
> > >
> > > Ketika itu Baihaki Hakim mengemukakan bahwa visi dan misinya adalah
> > > menjadikan Pertamina sebuah world class company yang harus mampu
> > > mengembangkan diri menjadi perusahaan multinasional seperti halnya
> BP,
> > > Shell, EM, dan sebagainya. Tekad Baihaki itu bukan untuk
> gagah-gagahan
> > > tetapi karena alasan survival.
> > >
> > > Pertamina sudah telanjur menjadi organisasi besar, sedangkan
> cadangan
> > > minyak terus menyusut, selain minyak adalah sumber daya alam yang
> > > tidak dapat diperbarui (non renewable resource). Maka kalau
> cadangan
> > > sudah menyusut menjadi demikian kecil, Pertamina sudah harus
> menjadi
> > > perusahaan multinasional yang besar sehingga sumber minyak
> mentahnya
> > > diperoleh dari mana saja.
> > >
> > > Kalau tidak, mau diapakan organisasi Pertamina dengan cadangan
> minyak
> > > yang sudah habis atau sudah demikian kecil itu? Itulah sebabnya
> > > Presiden Wahid memerintahkan penulis mengambil risiko agar
> Pertamina
> > > menanamkan modalnya untuk eksplorasi di mana saja.
> > >
> > > Penulis berpesan wanti-wanti agar perhitungannya sangat matang
> > > sehingga risiko yang diambil betul-betul adalah well calculated
> risk.
> > >
> > > Penulis percaya betul bahwa Baihaki dapat melakukannya mengingat
> > > pengalamannya sebagai Dirut yang begitu lama di Caltex, kontraktor
> > > terbesar di Indonesia.
> > >
> > > Kecuali itu, diam-diam penulis minta nasehat dari Julius Tahija,
> yang
> > > dengan susah payah melayani penulis meski kesehatannya sebenarnya
> > > sudah tidak memungkinkan lagi.
> > >
> > > Bukan Inlander
> > >
> > > Penulis kemudian didatangi oleh Executive Vice President EM yang
> > > khusus terbang dari Houston, AS. Dia mencoba meyakinkan penulis.
> > >
> > > Penulis hanya menjawab: "Please, bolehkah saya belajar menjadi
> > > perusahaan seperti Anda di tanah air saya sendiri, menggunakan
> sumber
> > > daya alam saya sendiri? Apakah ExxonMobile, ketika mulai dari nol,
> > > tidak mengambil risiko besar yang sekarang Anda gambarkan kepada
> saya
> > > sebagai sesuatu yang menakutkan? Saya bukan Inlander seperti
> > > rekan-rekan saya yang Anda temui sebelumnya."
> > >
> > > Penulis mengatakan kalimat terakhir itu karena dia mengatakan
> > > sebenarnya sudah sangat lama dia ingin bertemu saya. Tetapi hampir
> > > semua menteri yang ditemuinya menganjurkan agar jangan sekali-kali
> > > menemui penulis.
> > >
> > > Ketika itu penulis memang sangat emosional, marah, sehingga
> bersikap
> > > semakin keras. Siapa yang tidak marah ketika mengetahui bahwa dia
> > > ternyata dikhianati oleh sesama abdi negara untuk kepentingan
> asing?
> > >
> > > Maka ketika itu penulis ceriterakan panjang lebar tentang sikap
> Bung
> > > Karno yang sengaja sangat-sangat membatasi eksploitasi sumber daya
> > > alam oleh asing yang memang secara mutlak diperlukan. Yang lainnya,
> > > "kita simpan di bawah tanah sampai para insinyur kita mampu
> > > menggarapnya sendiri." Demikian yang dikatakan Bung Karno kepada
> > > putrinya, Megawati Soekarnoputri, yang masih berusia sekitar 16
> tahun.
> > >
> > > Kepada penulis juga dikatakan bahwa mereka tidak bisa mengerti
> > > bagaimana mungkin penulis begitu tidak rasional, sementara
> > > berpendidikan di Barat. Dengan sabar penulis jelaskan bahwa justru
> > > karena sekian lama berada di Eropa, justru demikian banyak kawan
> yang
> > > menjadi pemimpin di Eropa, maka penulis dapat bercerita panjang
> lebar
> > > mengenai banyak orang Eropa, seperti manusia unggul lainnya, tidak
> > > hanya hidup dari rasio.
> > >
> > > Terlampau panjang kalau diuraikan di sini. Cukup penulis kemukakan
> > > bahwa tidak sembarangan berkembangnya apa yang dinamakan Emotional
> > > Intelligence, bukan hanya IQ. Bung Karno yang sangat menyerap
> budaya
> > > Barat juga mengatakan bahwa man does not live by bread alone.
> > >
> > > Juga dikemukakan bahwa elit bangsa Indonesia korup, demikian juga
> > > Pertamina, sehingga akan rugi besar bila sumur Cepu dieksploitasi
> > > Pertamina.
> > >
> > > Penulis kemukakan bahwa taruhan bagi bangsa Indonesia bukan karena
> > > korupsi kemudian menyerahkan segalanya kepada asing. Tetapi pilihan
> > > yang dihadapi bangsa ini adalah dapat mengatasi semua kesulitan,
> > > termasuk masalah korupsi atau mati.
> > >
> > > Pendirian Bung Karno
> > >
> > > Penulis lalu kemukakan sebagai referensi pendirian Bung Karno yang
> > > juga ditawari Belanda menunda kemerdekaan Indonesia agar penjajah
> bisa
> > > mengajari bagaimana mengurus negara bangsa sambil memberikan
> bantuan
> > > uang.
> > >
> > > Kalau ingin mengetahui jawaban Bung Karno, mohon baca pidatonya
> pada 1
> > > Juni 1945 yang terkenal dengan "Lahirnya Pancasila," mumpung bangsa
> > > ini akan memperingati tanggal tersebut.
> > >
> > > Referensi lainnya adalah bagian dari pleidooi Bung Hatta di depan
> > > pengadilan Den Haag, Belanda, pada 1932.
> > >
> > > Dalam perdebatan sidang pengadilan itu, majelis hakim antara lain
> > > mempertanyakan apakah bangsa Indonesia mampu mengurus diri sendiri
> > > dalam alam kemerdekaan yang dikehendaki Bung Hatta bersama para
> > > mahasiswa Indonesia yang bergabung dalam Perhimpunan Indonesia di
> > > Negeri Belanda?
> > >
> > > Bung Hatta mengatakan: "Saya lebih suka melihat seluruh kepulauan
> > > Nusantara lenyap tenggelam di bawah laut daripada dijajah oleh
> > > Tuan-Tuan sekalian."
> > >
> > > Kebetulan bagian dari pleidooi ini diucapkan pada akhir
> pembelaannya.
> > > Majelis hakim lalu memvonnis Bung Hatta bebas murni.
> > >
> > > Di Nederland, Bung Hatta divonis bebas murni tetapi di Nederlands
> > > Indie (Hindia Belanda), dengan alasan yang sama, tiga tahun
> sebelumnya
> > > Bung Karno divonis dibuang dan dipenjara.
> > >
> > > Haruskah bangsa Indonesia sampai sekarang masih berjiwa terjajah
> > > setelah 60 tahun merdeka? Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang
> > > terhormat, please, penulis memohon agar jangan sampai dituruti apa
> > > yang dilakukan oleh Rizal Malarangeng selaku chief negotiator
> dengan
> > > ExxonMobile yang didampingi oleh Lin Che Wei.
> > >
> > > Sekitar tanggal 20 atau 21 Mei malam penulis menyaksikan kedua
> pejabat
> > > itu memberi keterangan di MetroTV bahwa Indonesia akan
> memperpanjang
> > > kontrak dengan ExxonMobile sampai tahun 2030 sebagai hasil
> negosiasi
> > > dengan Indonesia yang diwakili mereka.
> > >
> > > Oleh Kwik Kian Gie
> > > Mantan Menneg PPN/ Kepala Bappenas
> > > --
> > > Education can't stop natural disasters from occurring,
> > > but it can help people prepare for the possibilities ---
> > >
> > >
> ---------------------------------------------------------------------
> > > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> > > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > > IAGI-net Archive 1:
> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> > > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> >Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> > > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> >[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> > > Komisi Database Geologi : Aria A.
> Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> > >
> ---------------------------------------------------------------------
> > >
> >
> >------ https://www.lists.uni-karlsruhe.de/warc/hagi.html ------
> 
> _________________________________________________________________
> Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's
> FREE!
> http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/
> 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]),
> Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
> 



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke