Ternyata  Kebringasan  sudah meluas , bahkan dilakukan oleh
orang orang yang menamakan dirinya mewakili gol agama, contoh
Kasus penyerangan terhadap suatu kelompok keagamaan di Parung
minggu lalu.Apakah bangsa Indos sekarang ini masih dapat dikatakan bangsa
yang ramah.......
ISM



> Semua orang sekarang gampang beringas dan lupa diri. Yang
> menyiksa copet dengan copetnya sendiri sama-sama bersalah.
> Kalau yang disiksa itu bukan copet, bagaimana urusannya,
> tentu di Atas yang akan membalas orang-orang yang menyiksa
> itu.
>
> Penegak hukum pun menyiksa dulu sebelum menanyai si
> tersangka. Dibawa ke pos polisi, PM, AURI memang aman dari
> amukan masyarakat tetapi belum tentu aman dari siksaan
> aparat keamanan.
>
> Orang-orang terpelajar pun sudah biasa tawuran, dari anak
> SD-mahasiswa tawuran, beringas dan lupa diri.
>
> Penonton bola Persita vs Persija tawuran karena kesebelasan
> pujaannya dihina supporter lawan. Beringas dan lupa diri,
> stadion dibakar, diawut-awut, lupa bahwa lalu tak bisa
> dipakai lagi untuk pertandingan sepak bola.
>
> Orang-orang terhormat yang duduk di lembaga pemerintah pun
> beringas dan lupa diri, sudah berapa kali kejadian kan
> sidang-sidang mereka lebih mirip adu debat kusir dan adu
> otot.
>
> Ah, susah sekali memperbaikinya. Moralitas, ramah tamah,
> sopan santun, jujur adalah barang2 langka di Indonesia. Atas
> nama agama pun mereka menyiksa dan membakar..., apalagi
> kalau bukan atas nama itu ...?!
>
> salam prihatin,
> awang
>
>
>
>
>
> sujatmiko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> MASYARAKAT YANG BERINGAS DAN LUPA DIRI
>
>
>
>
> Rekan-rekan Ahli Geologi yang budiman,
>
> Beberapa hari yang lalu, sesaat setelah adzan magrib,
> terdengar suara ribut di depan rumah di Jl.Pajajaran
> Bandung.
>
> Seorang gadis pelajar SLTA tampak menangis histeris :
> "Handphone saya dicopet!". Serombongan orang berlari ke arah
> timur sambil berteriak : "Kejar, kejar!". Suasana kemudian
> hening dan saya pikir pasti si pencopet sudah berhasil
> kabur. Tetapi, tak sampai sepuluh menit kemudian, suara
> ribut kembali memecah keheningan : "Copetnya tertangkap,
> temannya yang dua kabur!" Seorang remaja umur dua puluh
> tahunan tampak digiring beramai-ramai ke arah barat. Saya
> mengajak Marwan, staff saya untuk mengikuti rombongan
> tersebut. Sekitar dua puluh meteran dari rumah, beberapa
> orang mulai unjuk kekuatan. Mereka bergantian menghantam
> rusuk si pencopet, meninju mukanya dan menendang dadanya.
>
>
>
> Darah mulai menetes dari mulut dan pipi si pencopet. Tak
> berapa lama, tubuhnya rubuh di aspal. Beberapa orang masih
> tega menendang kepala dan bagian tubuh lainnya. Saya tak
> tahan melihat pemandangan yang mengerikan itu. Dengan
> setelan jas yang masih saya pakai (baru pulang pertemuan
> Rotary) dan bekal Basmallah, saya berkeyakinan insyaallah
> dapat menjinakkan orang-orang yang sudah kemasukan setan
> tersebut. Saya langsung maju dan memegang serta mengangkat
> leher baju si pencopet. Satu dua tendangan dan pukulan masih
> mendarat.
>
>
>
> Saya berteriak mengingatkan mereka untuk tidak lagi menyiksa
> orang yang sudah tidak berdaya. Mereka mulai gentar dan saya
> memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membawa si pencopet
> ke pos AURI yang letaknya tidak berapa jauh. Satu dua orang
> masih berani memukul. Sekitar dua puluh meteran sebelum pos
> AURI, si pencopet memeluk saya : "Terima kasih Pak, saya
> diselamatkan, tolong saya Pak, saya tidak mencopet !"
>
> Mendekati pos AURI, saya menjadi ragu karena tidak satupun
> dari orang-orang yang beringas tadi yang mengikuti saya.
> Saya mencoba meyakinkan hati saya bahwa dengan jas yang saya
> pakai insyaallah petugas provost tak akan bertingkah
> sembarangan. Allah Maha Besar, salah seorang dari dua
> petugas provost mendekat : "Ada apa Pak ?" Saya jawab :
> "Saya serahkan orang ini Pak, katanya nyopet handphone, tapi
> saya tak punya bukti. Saya hanya mencoba menolong dia karena
> kalau tidak, mungkin bisa mati dipukuli massa !" Seseorang
> datang ke pos AURI dan memberikan penjelasan : "Ya Pak,
> kalau tidak ada Bapak ini, pasti sudah mati !"
>
> Si pencopet kemudian dibawa masuk, dan langsung diperiksa.
> Ternyata dia tak membawa surat keterangan atau KTP. Petugas
> bilang : "Biar kau tidak mencopet, tetapi harus ditahan
> karena tidak bawa KTP !"
>
>
>
> Ketika saya siap-siap pergi, terlihat ada mobil angkutan
> kota yang berhenti. Seorang gadis berseragam SLTA yang
> ternyata pemilik handphone yang dicopet tampak meloncat
> keluar dari pintu mobil. Ketika melihat si pencopet, dia
> langsung menangis dan berteriak histeris : "Betul Pak, dia
> pencopetnya. Ayo kembalikan handphone saya !" Kedua petugas
> provost yang badannya besar-besar dan ukuran tangannya
> hampir sebesar betis saya, langsung memukul bergantian muka
> si pencopet yang masih meneteskan darah segar. Saya merasa
> tak berdaya untuk menghentikan amukan kedua petugas provost
> tersebut dan saya segera bergegas meninggalkan pos AURI
> karena tidak tega menyaksikan pemandangan yang begitu
> menyesakkan dada.
>
>
>
> Rekan-rekan Ahli Geologi yang budiman,
>
> Saya tidak tahu lagi, bagaimana nasib selanjutnya dari si
> pencopet, masih hidupkah atau sudah matikah akibat gegar
> otak atau luka dalam. Saya hanya bisa merenung, mengapa
> masyarakat kita termasuk mahasiswanya (sampai tega menyiksa
> secara fisik salah satu Pembantu Rektor di Surabaya) menjadi
> sedemikian lupa diri? Siapakah yang salah dan berapa
> generasikah diperlukan untuk menyembuhkannya? Bukankah kata
> Aa Gym : hati adalah lentera dan sekaligus cahaya Ilahi?
>
>
>
> Semoga pengalaman pribadi di atas ada manfaatnya untuk
> direnungkan agar kita tidak termasuk kedalam golongan
> orang-orang yang lupa diri. Semoga !
>
>
>
> Hormat, Sujatmiko
>
>
>
> ---------------------------------
> Start your day with Yahoo! - make it your home page



___________________________________________________________
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke