Bukankah pemakaian energi harusnya seimbang dengan produktivitas....?
boleh saja energi terpakai besar tapi produktivitas harus tinggi---> bisa
dengan parameter export / pendapatan non migas..
sedang kalau pemakaian energi tinggi dan produktivitas enggak ada (cuma
dipakai hura- hura dan pesta - pesta ) ya itu yang namanya pemborosan...

Masalah enggak ada uang untuk beli BBM...? nah itu saya enggak percaya...
Orang gaji DPR aja udah mau naik 300 % , belum dana untuk tiap kursi di DPR
dsb...
sapa bilang Indonesia miskin....Indonesia kan kaya untuk orang tertentu
saja....

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|---------+---------------------------->
|         |           "R.P.            |
|         |           Koesoemadinata"  |
|         |           <[EMAIL PROTECTED]|
|         |           et.id>           |
|         |                            |
|         |           21/07/2005 08:46 |
|         |           PM               |
|         |           Please respond to|
|         |           iagi-net         |
|         |                            |
|---------+---------------------------->
  
>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|
  |                                                                             
                                                |
  |       To:       <iagi-net@iagi.or.id>                                       
                                                |
  |       cc:                                                                   
                                                |
  |       Subject:  Re: [iagi-net-l] Fwd: Hemat Listrik Siapa targetnya ?       
                                                |
  
>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|




Saya heran kalau Indonesia itu oleh SBY dianggap negara yang paling boros
energy (mungkin yang dimaksud paling murah, jadi paling boros)
Ini dibawah ini data yang saya dapatkan mengenai per capita energy
consumption per year:

E.1c  World Per Capita Total Primary Energy Consumption,1980-2003
         (Million Btu)

Region/Country      Fipscd 1980     1990     2000 2003

Cambodia                  CB     0.2     0.8     0.6         0.6
Ethiopia                      ET     0.8     1.1     1.0        1.1
Bangladesh                 BG     1.4     2.3     3.6       4.2
Papua New Guinea     PP      9.7     10.3     8.5      8.2
Vietnam                   VM      3.6     4.2       9.0     12.1
India                          IN      6.2     9.6     13.3     13.2
Philippines                 RP   11.9   11.9    16.5       15.7
Indonesia                  ID      7.5     12.3    19.4      21.5
China                       CH     17.5    23.4    30.4     34.9
Cuba                       CU     47.2    46.8    41.1      41.8
Thailand                  TH     10.9     23.0   42.3      49.7
Suriname                  NS   115.9   86.2    85.5       89.3
Malaysia                  MY     30.5    54.0     81.2    94.8
Hong Kong              HK     53.8    88.7    107.1  123.8
Kazakhstan              KZ     NA     NA     123.0   135.4
United Kingdom      UK   156.9   161.2   164.9   166.0
Japan                       JA   130.3    149.0  175.7    175.6
Saudi Arabia            SA  177.5   224.7  218.7     235.0
Australia                  AS 187.7    217.9   254.1    260.4
United States           US  345.7    339.3   350.7    339.9
Singapore                SN  183.3    265.1    377.5   413.4
Qatar                      QA  931.8    677.2  1,055.6   812.9

Indonesia masih jauh dibawah 100 million BTU di tahun 2003, kelihatannya
negara2 maju semua di atas 100 million BTU
Malaysia sudah mendekati dengan 94.8 million BTU, dan kita masih di bawah
China (34.9), sedangkan Cuba yang tidak memiliki energy resources saja di
atas Indonesia. India dan Filipina masih dibawah kita.
Apakah bisa dikatakan Indonesia itu boros energi? Kalau Singapore (413.4)
tanpa energy resources, dapat dikatakan ya boros, apalagi Qatar (812.9)
yang
paling boros energi di dunia
Indonesia masih miskin dengan pemakaian energi, masih harus ditingkatkan
untuk bisa dianggap negara maju. Perlu diketahui bahwa konsumsi energi per
capita itu sering dipakai sebagai index peradaban, makin tinggi konsumsi
energi per kapita, makin dianggap modern peradabannya. Tentu saja angka2
ini
pukul rata, tentu banyak orang2 kaya di Jakarta yang konsumsi energinya
mungkin di atas 1000 juta BTU, dan lebih banyak lagi di kampung2 di daerah
mungkin kurang dari 1 juta BTU
Wassalam
RPK

----- Original Message -----
From: "ismail" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Thursday, July 21, 2005 4:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Hemat Listrik Siapa targetnya ?


> Bisa ya kalau dipahami PLN sebagai pabrik ( listrik) kemudian produksinya

> ( listrik) tidak ada yang beli / berkurang pembelinya /
dihemat.(ibaratnya
> produsen mobil dimana mobilnya tidak laku/ pembelinya dikit )
> Namun yang terjadi pabrik tsb mendapatkan bahan bakunya ( BBM ) mahal ,
> padahal harga jual produk olahannya ( listrik) tidak bisa dinaikan. Oleh
> karena itu dianjurkan untuk Jangan membeli berlebihan, biar tekor nya
> tidak besar.
> Apakah listrik ini murah atau mahal ?  itung itungan sederhannya : lampu
> neon dirumah kita 20 W untuk menerangi halaman dan kita hidupkan dari jam

> 6 sore sampai jam 6 pagi,, maka kita akan bayar ke PLN kira kira sbb :
> 20 W x 12 jam x 0.001  = 0.24 KWh dg harga jual PLN 1 KWh = Rp.600,-,
maka
> yang harus kita keluarkan = Rp.144,-
> Nah hanya dengan uang tidak lebih dari 150 Rp, halaman rumah kita terang
> benderang semalam suntuk.Mungkin bagi yang tidak ada listrik suruh bayar
3
> kali lipatnya pun mau.Apa masih kurang murah, padahal untuk membangkitkan

> 1 KWH listrik diperlukan kira kira 0.25 liter BBM.
>
> Ism
>
>
> ISM
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Thursday, July 21, 2005 8:19 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Hemat Listrik Siapa targetnya ?
>
>
>> Kalau penghematan BBM itu diterjemahkan penghematan listrik, apakah PLN
>> tidak akan mengalami kerugian lebih besar lagi?
>> Sehingga BMUN ini harus disubsidi lagi?
>> RPK
>> ----- Original Message -----
>> From: <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <iagi-net@iagi.or.id>
>> Cc: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
>> <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
>> Sent: Thursday, July 21, 2005 7:48 AM
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Hemat Listrik Siapa targetnya ?
>>
>>
>>> Salut Mas Vicky, sudah ahli Geolistrik
>>> sekedar tambahan, di kita ini serba kebalik, dimana beban
>>> puncak pemakaian listrik justru di malam hari dimana listrik
>>> besar tsb hanya untuk kegiatan komsumtif sambil nunggu tidur,
>>> bahkan untuk begadangan. Berbeda di LN , di Jepang misalanya ,
>>> data dari TEPCO ( PLN nya Tokyo) menunjukan bahwa beban puncak
>>> pemakaian listrik terbesar ada pada jam 8 pagi sampai jam 6
>>> sore, yang hebatnya ternyata pada jam istirahat ( jam 12 an )
>>> kondisi listriknya langsung drop dimana semua pemakaian listrik
>>> dihentikan karena semua istirahat.Kemudian tambahan lagi. listrik dari
>>> IPP itu bukan dari BBM ,
>>> dari data ada 27 an IPP saat ini ( baik yg sudah jalan,ditunda,
>>> dll ) dimana 11 dari PLTP/Geothermal , 14 dari PLTU (
>>> gas/batubara) dan hanya 1 dari PLTD (BBM) yaitu di pare pare ,
>>> itupun hanya 6x10 MW, dan hanya 1 dari PLTA yaitu Asahan 180
>>> MW.Seperti dikatakan tadi kalau BBM yang dipakai listrik Hanya 10
>>> an % saja ( Solar/HSD, MFO), atau setara dengan 11 jutaan kilo
>>> liter ( data 2004 ini), sebetulnya tidak perlu dikawatirkan,
>>> karena penggantinya sudah siap, yaitu Gas, Batubara, maupun
>>> Geothermal, bahkan Nuklirpun sudah siap. sekarang ini kelihatannya
>>> bukannya krisis energi tapi lebih
>>> tepatnya krisis BBM,
>>> ISM
>>>
>>>> Hemat Listrik Siapa targetnya ?
>>>>
>>>> By : rdp
>>>>
>>>> Inpres no 10 tahun 2005 baru saja di luncurkan dua pekan
>>>> lalu.
>>>> Penerjemahan inpres inipun menjadi sesuatu kegiatan yg
>>>> populis
>>>> dikalangan pejabat pemerintah serta pengusaha swasta. Hampir
>>>> semua merasa telah melakukan "penghematan", namun seandainya
>>>> langkah yang diambil tidak tepat sasaran sangat mungkin yang
>>>> akan terjadi adalah mengurangi kenikmatan atau bahkan secara
>>>> tak sengaja menurunkan
>>>> produktifitas. Tulisan sederhana ini akan mencoba melihat
>>>> seberapa potensial yang efektif dari gembar-gembor hemat
>>>> energi ini akan
>>>> berdampak pada beban penyediaan listrik. Benarkah kebijakan
>>>> tak berjas ke kantor akan berdampak optimum, benarkah
>>>> menghilangkan siaran malam hari akan menurunkan beban
>>>> listrik ?
>>>> Ataukah semua itu hanya mencerminkan kepanikan rakyat dan
>>>> pemerintah ketika sedikit gejolak dunia dengan meningkatnya
>>>> harga minyak. Lantas apa yg bisa kita pelajari ?
>>>>
>>>> Untuk melihat hal ini, penulis mengamati pemakaian listrik
>>>> pada`jaringan transmisi Jawa-Bali dipergunakan sebagai basis
>>>> acuan. Gambar 1 memperlihatkan bahwa Jawa-Bali yg memiliki
>>>> kapasitas
>>>> terpasang sekita 19 ribu MW ini merupakan sumbangan 70 %
>>>> dari daya listrik yg dihasilkan PLN sekitar 25 ribu MW. PLN
>>>> sendiri menghasilkan dari daya 16ribu MW. Dari daya sekitar
>>>> 16ribu MW ini yang akan kita lihat bagaimana perilaku
>>>> pengguna listrik secara umum di Jawa.
>>>>
>>>>
>>>> Menurut data dari Depertemen ESDM dalam hitungan setara
>>>> dengan barel minyak sekitar 60rb SBM, maka energi listrik
>>>> ini hanya kurang dari 10% dari kebutuhan energi total di
>>>> Indonesia. Kebutuhan energi terbanyak tetap ada pada porsi
>>>> BBM sebesar 60%. Namun energi listrik yang hanya 10% ini
>>>> akan sangat mungkin berdampak pada perilaku masyarakat
>>>> karena hampir semua masyarakat akan berinteraksi dengan
>>>> listrik dalam
>>>> kehidupan sehari-harinya. Pendidikan masyarakat tentang
>>>> hemat energi dengan menggunakan media tentang listrik sangat
>>>> mungkin memberikan dampak yg lebih efektif dibandingkan
>>>> dengan metode sosialisasi hemat energi dengan BBM yang hanya
>>>> menyangkut masyarakat pengguna
>>>> transportasi. Memang penulis kali ini hanya mengamati kira2
>>>> 70% saja tentang energi listrik Indonesia. Dengan demikian
>>>> sangat disadari
>>>> bahwa pengamatan ini sama sekali bukan ditargetkan pada
>>>> sebuah hal yg sangat berdampak besar. Namun diharapkan lebih
>>>> pada ketepatan sasaran.
>>>>
>>>> Gambar ada di : http://putrohari.tripod.com/Putrohari/
>>>> Gambar. 1. Jenis sumber daya alam pembangkit listrik oleh
>>>> PLN.
>>>>
>>>> Sumber listrik yang diperoleh dari pembangkit di Pulau jawa
>>>> diperoleh dari berbagai sumber daya alam. Namun terlihat
>>>> hampir 40% berasal dari minyak bumi. Dan  seandainya IPP
>>>> (Independent Power Producer) juga diasumsikan dengan diesel
>>>> maka hampir 25% memperoleh listrik dari BBM.
>>>>
>>>> Data-data ini diambil dari database PLN yang tersedia di
>>>> www.pln.co.id. Data pengamatan penggunaan (beban) listrik
>>>> diambil
>>>> selama sepekan mulai tanggal 3 July hingga 10 July 2005.
>>>> Diharapkan data yang terakhir ini cukup mewakili, dimana
>>>> pada saat pekan ini
>>>> tidak ada gejolak pemakaian khusus. Tidak ada hari-hari
>>>> khusus dalam penggunaan serta kebutuhan listrik dalam waktu
>>>> pengambilan data ini.
>>>>
>>>> Ada beberapa istilah penting dalam kajian ini yg  dibagi
>>>> sebagai berikut: - Beban minimum rumah tangga. Adalah beban
>>>> minimum pada saat tidak ada aktifitas bisnis/industri (hari
>>>> Minggu di siang hari)
>>>> - Beban perkantoran dan bisnis.
>>>> - Beban peralatan pabrik. Adalah selisih kegiatan ketika
>>>> istirahat siang - Beban penerangan malam hari (lampu
>>>> pertokoan)
>>>> Tentusaja pembagian ini berdasarkan segmen yg sederhana ini
>>>> hanya
>>>> didasarkan untuk kemudahan dimengerti sehingga memudahkan
>>>> penentuan target-tagret penghematan listrik. Sangat disadari
>>>> bahwa penerangan lampu dimalam hari ini tentunya juga untuk
>>>> kebutuhan rumah tangga dan bisnis.
>>>>
>>>> Penggunaan listrik dalam sehari.
>>>>
>>>> Grafik penggunaan listrik dalam sehari (gambar.2)
>>>> memperlihatkan
>>>> tipikal aktifitas sehari-hari. Terlihat jelas pada waktu jam
>>>> 00:00 kebutuhan beban cukup rendah. Tentu saja ini bukan
>>>> hanya menunjukkan lampu lampu penerangan saja, namun juga
>>>> kebutuhan rutin lainnya.
>>>>
>>>> Gambar 2. Peggunaan listrik pada hari kerja
>>>>
>>>> Kebutuhan beban terendah pada pukul 7 pagi hari diperkirakan
>>>> karena aktifitas hanyalah melakukan perjalanan menuju tempat
>>>> bekerja.
>>>> Kegiatan pagi hari dimulai pada pukul 8 dengan peningkatan
>>>> hingga
>>>> pukul 11:00. Kegiatan istirahat siang mengurangi beban
>>>> sebesar
>>>> 700-1000MW. Beban puncak di Jawa ini mulai menanjak pada
>>>> pukul 17:00 dan menurun pada pukul 22:00. Beban puncak ini
>>>> merupakan beban PLN untuk meyediakan sebesar 14 - 15 ribu
>>>> MW.
>>>>
>>>> Penentuan target-target penghematan akan sangat jitu
>>>> seandainya
>>>> didasari oleh pengamatan perilaku harian ini. Sehingga
>>>> penerjemahan Inpres no. 10/tahun 2005 ini dapat
>>>> diterjemahkan dengan tepat sasaran.
>>>>
>>>> Penggunaan listrik dalam sepekan.
>>>>
>>>> Dalam periode satu pekan terlihat pemakaian atau beban
>>>> terbesar
>>>> sekitar 14-15 rb MW terjadi pada waktu malam hari di hari
>>>> kerja.
>>>> Sedangkan beban terkecil pada siang hari di hari Minggu
>>>> sebesar
>>>> kira-kira 8.5 ribu MW. Beban ini lebih kurang merupakan
>>>> pencerimanan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Daya
>>>> sebesar ini masuk dalam
>>>> kategori "harus" tersedia, dan dapat dianggap merupakan
>>>> kebutuhan
>>>> primer saat ini. 8.5 ribu MW ini merupakan 60% dari beban
>>>> puncak.
>>>> Penghematan di segmen dasar ini tentunya akan berdampak
>>>> sangat
>>>> signifikan sesuai dengan besarnya angka. Namun tidak mudah
>>>> menurunkan konsumsi ini. Karena rakyat sudah terbiasa
>>>> berhemat dengan tarif yg dirasakannya cukup mahal ini.
>>>>
>>>> Beban rata-rata harian di hari kerja minimal 10 ribu MW,
>>>> atau naik 1.5 ribu MW dari kebutuhan rumah tangga yg
>>>> tercermin pada hari minggu
>>>> siang. Ini diperkirakan merupakan beban minimal utk
>>>> kebutuhan rutin ditambah perkantoran dan bisnis, termasuk
>>>> AC, lift, lampu eskalator dll. Beban puncak siang hari
>>>> dicapai pada jam-jam kerja dengan beban total sekitar 12rb
>>>> MW. Atau bisa dianggap bahwa kebutuhan perkantoran dan
>>>> bisnis menelan sekitar 3.5rb MW atau sekitar 25% dari beban
>>>> puncak. Pada tengah hari ketika istirahat siang pukul 12-13
>>>> terjadi penurunan beban sebesar 700-1000 MW. Ini merupakan
>>>> pencerminan
>>>> berkurangnya penggunaan energi listrik di pabrik atau
>>>> industri
>>>> berbasis mesin dengan tenaga listrik. Beban sebesar ini
>>>> jelas jangan sampai dikurangi terlalu banyak, karena beban
>>>> energi ini merupakan energi produktif. Penghematan
>>>> pemanfaatan listrik semestinya bukan pada segmen produktif
>>>> ini.
>>>>
>>>> Gambar 3. Fluktuasi beban listrik dalam sepekan di Pulau
>>>> Jawa.
>>>>
>>>> Pengurangan yang dimungkinkan hanya pada sisi bisnis dan
>>>> perkantoran ini berpotensi dalam penghematan yang besarnya
>>>> 2500 MW. Di segmen ini mungkin saja akan berdampak mungkin
>>>> cukup signifikan dalam penghematan beban energi listrik
>>>> walopun hanya merupakan 18% dari beban maksimum. Beban ini
>>>> cukup kecil namun karena dalam jangka operasinya 6-7 jam
>>>> sehari, jumlah potensi energi yang dihemat perlu dihitung
>>>> dengan lebih detil disesuaikan dengan MWH (Megawat jam).
>>>> Pemanfaatan AC diduga
>>>> menelan daya paling besar yg sangat mudah untuk dikurangi.
>>>> Namun
>>>> menurut penulis akan ada berdampak negatif disisi
>>>> produktifitas,
>>>> karena mengurangi kenyamanan dalam bekerja yg mungkin saja
>>>> mengurangi semangat bekerja. Salah satu langkah pengehematan
>>>> segmen ini adalah dengan kecermatan pemilihan alat-alat
>>>> listrik yg memiliki efisiensi tinggi. Penulis tidak begitu
>>>> yakin apakah memungkinkan dengan membuat sebuah regulasi
>>>> pemanfaatan alat hemat energi akan berdampak
>>>> signifikan.
>>>>
>>>> Pertanyaan lain adalah apakah kalau langkah penghematan di
>>>> tempat
>>>> kerja ini berhasil maka mental hemat energi mungkin akan
>>>> terbawa
>>>> kerumah masing2 dengan berdampak pada penghematan beban
>>>> dasar minimal yg cukup besar?. Kalau yg menjadi sasaran itu
>>>> rakyat kecil,
>>>> kemungkinan tidak akan berdampak banyak karena tanpa inipun
>>>> rakyat sudah terbebani dengan tarif yang mahal. Maka
>>>> berhemat memang sudah tugasnya sehari-hari sejak dulu
>>>> sebelum adanya isu krisis energi kali ini. Sehingga
>>>> kemungkinan adanya tambahan dari segmen rakyat bawah
>>>> kemungkinan kecil, Selain itu juga karena data-data ini
>>>> diambil
>>>> sesudah ada himbauan PLN mengurangi lampu 50 wat per rumah
>>>> akibat
>>>> krisis pasokan gas pada pembangkit listrik bulan lalu.
>>>>
>>>> Beban listrik lampu malam hari dari pertokoan dan mall.
>>>>
>>>> Kalau dilihat beban penerangan malam terlihat bahwa
>>>> peningkatan
>>>> listrik yg merupakan beban puncak ini dimulai pukul 17:00
>>>> hingga pukul 22:00, dan terjadi pada setiap hari. Kegiatan
>>>> yg merupakan kegiatan rutin selama tujuh hari pada jam ini
>>>> hanyalah pertokoan serta mall, dan mungkin juga papan
>>>> reklame. Dengan demikian pembatasan pada segmen ini akan
>>>> berdampak pada tingginya atau besarnya beban puncak yg
>>>> tentusaja merupakan beban berat buat PLN. Karena kemampuan
>>>> penyediaan yg akhirnya sangat tinggi ini akan dinilai
>>>> sebagai tolok ukur kinerja serta kemampuan PLN.
>>>>
>>>> Ketika malam hari listrik jatuh ('trip') tentunya beban PLN
>>>> bertambah dengan menerima keluhan pelanggan. Dan sudah dapat
>>>> dipastikan PLN akan ngotot untuk menyediakan/ membangun
>>>> pusat-pusat pembangkit untuk
>>>> mencegah rapor merahnya. Nah, tentusaja penyediaan mesin
>>>> pembangkit ini termasuk dalam biaya kapital /modal yg
>>>> biasanya diperoleh PLN dari hutang. Tentusaja hutang ini
>>>> akan membebani biaya produksi listrik yang akan dapat
>>>> dipastikan dibebankan kepada konsumen.
>>>>
>>>> Salah satu cara pengurangan beban puncak diwaktu malam ini
>>>> adalah
>>>> pembatasan pada papan reklame. Papan reklame di Jakarta dan
>>>> Pulau Jawa pada umumnya masih banyak yg menggunakan lampu
>>>> penerangan yg sangat mahal, dan biaya lampu reklame ini
>>>> tentusaja nantinya menjadi biaya produksi yg akan ditanggung
>>>> oleh pemakai produk. Sistem pentarifan listrik untuk
>>>> kebutuhan ini walaupun menambah penghasilan PLN akan
>>>> berdampak tidak langsung pada harga produk yg akhirnya
>>>> ditanggung oleh konsumen. Sehingga target pembatasan
>>>> penggunaan lampu utk reklame ini harus dilakukan dengan
>>>> sangat selektif.
>>>>
>>>> Pembatasan lampu penerangan umum bukan merupakan bagian dari
>>>> pembatasan segmen beban puncak dari pukul 17 hingga 22 ini,
>>>> karena setelah pukul 22 malam lampu penerangan jalan masih
>>>> menyala terang. Namun perlu dilihat bahwa pengurangan lampu
>>>> penerangan jalan tentusaja berkait dengan keamanan atau
>>>> perasaan aman dari masyarakat. Dengan demikian harus ada
>>>> usaha tambahan dalam pengamanan yg tentu saja bukan hanya
>>>> masalah penyedia listrik (PLN) saja.
>>>>
>>>> Penutup
>>>>
>>>> Dengan demikian terlihat bahwa pentargetan penghematan serta
>>>> langkah penerjemahan Inpres 10 tahun 2005 ini seharusnya
>>>> tidak diterjemahkan secara buru-buru yang terkesan panik.
>>>> Karena kepanikan mengambil
>>>> langkah  reaktif ini akan berdampak langsung pada kepanikan
>>>> publik.
>>>>
>>>> Perlu diketahui juga bahawa pengamatan perilaku yg ditulisan
>>>> ini hanya berlaku di Pulau Jawa-Bali. Tiap-tiap daerah akan
>>>> memiliki
>>>> karakteristik pengguna yang sangat mungkin berbeda-beda,
>>>> sehingga
>>>> perlu diteliti lebih detil lagi untuk mempertajam target
>>>> sehingga
>>>> tepat sasaran.
>>>>
>>>> Pengurangan penggunaan listrik misal penyejuk ruangan (AC)
>>>> yg secara langsung mengurangi kenikmatan ketika sedang
>>>> bekerja justru akan
>>>> sangat mungkin mengurangi produktifitas walaupun dipastikan
>>>> mengurangi penggunaan energi.
>>>>
>>>> Sistem pentarifan harus dilakukan dengan sangat selektif
>>>> dibarengi pembatasan, cara ini masih mungkin dapat
>>>> mengurangi beban puncak,
>>>> namun karena penggunaan listrik merupakan salah satu bagian
>>>> dari biaya produksi akhirnya akan dibebankan kepada
>>>> konsumen. Untuk mengetahui hasil usaha penghematan serta
>>>> melihat efektifitas dari target-target penghematan ini perlu
>>>> pengamatan lanjutan dalam bulan-bulan mendatang untuk
>>>> melihat sejauh mana dampak inpres 10 tahun 2005 ini terhadap
>>>> penghematan penggunaan listrik. Serta dampaknya pada
>>>> produktifitas.
>>>>
>>>> )* Penulis  [EMAIL PROTECTED]
>>>>
>>>> Gambar bisa dilihat juga di blog saya :
>>>> http://putrohari.tripod.com/Putrohari/
>>>>
>>>> <artikel bebas dikopi dan diterbitkan>
>>>>
>>>>
>>>> --
>>>> Education can't stop natural disasters from occurring,
>>>> but it can help people prepare for the possibilities ---
>>>
>>>
>>>
>>> ___________________________________________________________
>>> indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id
>>>
>>>
>>>
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
>>> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
>>> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
>>> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
>>> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
>>> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
>>> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
>>> Komisi Database Geologi : Aria A.
Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>
>>
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
>> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
>> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
>> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
>> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
>> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
>> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
>> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
> ---------------------------------------------------------------------
>


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------






This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke