Mang Okim, Terima kasih atas jawaban pertanyaan2 saya; yang pertanyaan ketiga tentang genesa batumulia itu kelihatannya agak random ya tak spesifik ke lingkungan geotektonik/metalogen tertentu (maksudnya sih kalau kejadian batumulia bisa spesifik di lingkungan geologi tertentu barangkali kita bisa memprediksi ke mana mencarinya dalam jumlah besar - karena mungkin "mulia", maka sulit juga mungkin membuat spesifikasinya. Kalau Vietnam, di timurlaut HCMC itu kan sangat berlimpah singkapan batuan benua berumur Pra-Kambrium sampai Paleozoikum; itu kan salah satu inti benua SE Asia (Indosinia craton). Mungkin mineralisasi batumulia di Vietnam yang menakjubkan terkait ke sini, siapa tahu. Barangkali rekan Dedi di tempat yang tepat kalau mau jalan-jalan ke situ (antara Phanrang dan Dalat, timurlaut HCMC) dan mengambil sampel batuan inti benua SE Asia yang minimal >2000 juta tahun umurnya. salam, awang
sujatmiko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Rekan Dedi Juandi di Ho Chi Minh City, Terima kasih atas e-mail Anda. Mang Okim senang sekali bisa berkomunikasi dengan rekan IAGI yang kebetulan sedang bekerja di negeri yang masih menyimpan banyak misteri di bitang batu mulia. Saya sebut misteri karena surprise yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Seorang rekan IAGI membawa oleh-oleh beberapa jenis batumulia dari HCMC. Satu berupa rock sample marmer putih mengandung kristal tunggal berwarna hijau yang tertanam di marmer tersebut , katanya zamrud alias emerald. Satu lagi pebble gem berwarna jernih, katanya kalsedon atau chalcedony. Yang terakhir, pebble gem juga berwarna hitam, katanya meteor. Tentu saja saya senang menerima oleh-oleh tersebut. Hasil testing sederhana terhadap batuan tersebut memberikan hasil berikut : Yang hijau ternyata bukan zamrud melainkan amazonite, varietas dari mikroklin ( testing kekerasan ), yang bening bukan kalsedon melainkan topaz ( testing kekerasan dan berat jenis ) dan yang hitam benar-benar meteorite / tektite yang bentuknya cukup langka, seperti guling yang mengecil di tengah ( dumbbell shape ). Konon batuan tersebut dibeli masing-masing dengan harga sekitar 20 sampai 50 ribuan rupiah yang tentunya sangat murah . Selain jenis-jenis tersebut yang di kalangan pedagang batumulia di Indonesia/ Jawa disebut sebagai batu akik ( segala jenis batumulia non precious stones ), masih ada yang lainnya seperti ruby atau mirah delima yang merupakan temuan terbaru di Vietnam Utara ( NW Hanoi, lihat email mang Okim sebelumnya ). Mengenai rekan Anda expatriate yang membeli ruby US$ 250, hal ini cukup sulit untuk menilainya karena harga tersebut sangat tergantung kepada colour, clarity dan caratnya ( 1 gram = 5 karat ). Agar supaya Anda tidak kecolongan, cobalah kalau mungkin memotretnya dan mengirimkannya ke e-mail mang Okim. Masih ada waktu beberapa hari, siapa tahu Anda mendapat rezeki bagus ( hati-hati membeli ruby, jangan-jangan hanya mirah Siam jenangan yang di Indonesia harganya sangat murah ). Sekian dulu ya, salam hangat, mang Okim. ----- Original Message ----- From: "Dedi Juandi" To: "sujatmiko" Sent: Monday, July 25, 2005 8:19 AM Subject: Gemstone di HCMC > Yth. Mang Okim, > > Perkenalkan saya Dedi Juandi. Saya bekerja di Schlumberger Data & > Consulting Services-Jakarta sebagai borehole geologist, yg pekerjaan > utamanya memproses dan menginterpretasikan dipmeter/borehole image log data > dari wireline logging. > Saat ini saya sedang menjalani temporary assignment di Ho Chi Minh City > (Dulu Saigon) selama 2 bulan. Minggu ini adalah minggu terakhir. > > Dari pertama saya datang, saya melihat di sepanjang jalan antara hotel ke > ktr (berada di distrik ke-1, Dong Khoi str) banyak sekali dijumpai batu > akik (gemstone). > Apakah Vietnam memang terkenal sbg penghasil batu akik yg berkualitas baik? > atau sama saja dgn di Jkt. Sebenarnya saya awam tentang perakikan ini. > Bagaimana memilih batu akik yg baik utk oleh2? > Jenis batu akik apa yg terkenal dari HCMC ini? Ruby, Saphire atau yg lain? > Menurut salah seorang expatriate di sini, Vietnam adalah salah satu sumber > akik yg paling murah harganya? apakah benar? > Salah satu expat baru saja memberli Ruby seharga US$250, saya tidak tahu > persis berapa beratnya? Apakah itu termasuk mahal atau murah? bagaimana > menakar suatu batu akik, apakah dari karat atau beratnya? > > Wassalam, > Dedi Juandi > > > > >Rekan-rekan IAGI yang budiman, > >Sehubungan dengan tulisan tentang Kisah Sepotong Batu Mirah Delima, Pak > >Slamet Riyadi dan Pak Awang menanyakan beberapa hal yang mang Okim coba > >untuk menjawabnya secara sederhana ( yang ilmiahnya mohon dapat dilengkapi > >oleh Pak Awang dan rekan-rekan gemstone lovers yang lain ) : > > > >PAK SLAMET RIYADI > >1. Testing batumulia dengan meneteskan air di permukaannya bukan metode > >yang baku. Tetesan air tersebut tidak akan pecah, baik di Mirah Siam > > sintetis / jenangan ) ataupun di Mirah Sri Langka ( asli ). Faktor yang > >mempengaruhi di antaranya kekerasan batuan ( kaitan dengan porositas dan > >permeabilitas ), bentuk permukaan ( cabochon cembung atau rata ) dan > >kualitas pemolesan ( beragam jenis quartz family minerals dan glassy basalt > >dapat menahan tetesan air seperti halnya mirah delima ). > >2. Testing berlian bisa dilakukan dengan Diamond Tester tetapi tidak 100 > >persen benar. Saya pernah menerima limpahan kerjaan dari salah satu Divisi > >di BUMN terkemuka di Jakarta yang mengetes contoh "intan segede kentang". > >Konon contoh tersebut memberikan nada positip ketika ditekan dengan diamond > >tester. Hasil testing ternyata sekedar kristal kuarsa yang terperangkap > >dalam kalsedon/akik.Testing dengan menggesek di alas berwarna belum pernah > >saya lakukan. Warna-warna yang muncul mungkin warna spektrum yang merupakan > >ciri khas dari gelas atau American diamonds / cubic zirconia (sintetis). > >Testing diamond biasanya dengan metode kekerasan ( hati-hati, jangan > >merusak ), indeks refraksi ( refractometer ), fluoresen, berat jenis, kilap, > >inklusi mineral, dan lain-lain. > >3. Apakah masih ada sisa-sisa koleksi batumulia di Jl.Pasundan ? Kalau ke > >Bandung singgah ya, nanti kita sama-sama ke Jl.Pasundan. Saya ingin > >berkenalan dengan para perintis batumulia. > > > >PAK AWANG > >1. Harga batumulia kecuali berlian/intan sampai saat ini belum ada > >standardnya. Kantor Pegadaian sudah mulai menerapkannya sejak beberapa tahun > >yang lalu, khusus untuk berlian dan menyusul kemudian untuk beberapa jenis > >batu permata mulia ( mirah delima dan sejenisnya ).Oleh karena itu, harga > >bisa seenaknya saja, tergantung kelangkaan dan siapa calon pembelinya. Harga > >yang normal untuk Ruby in Zoisite misalnya, menurut katalog hanya sekitar > >US$ 150 perkilo. Lho kok ditawarkan sampai 100 juta bahkan 1 milyar rupiah > >untuk 3 kiloan ? Ya inilah yang namanya seni bisnis. Saya yakin bahwa baik > >penjual pertama, Pak Gunawan ataupun Pak Kasigawa sama-sama tidak tahu > >harga sebenarnya dari Ruby in Zoisite tersebut. Sayapun tahunya setelah > >proses selesai dan sesuai dengan kode etik bisnis, tak pantas kiranya untuk > >ikut campur di dalamnya ( ada beberapa cerita menarik lainnya untuk harga > >batumulia ini, nanti insyaallah menyusul ). > >2. Testing dengan metode kekerasan ( skala Mohs ) masih terus dipakai > >sampai saat ini. Kami telah memasarkan yang skala 7 dan sedang mencoba > >memroduksi yang skala 5-6-8-9. Metode ini sangat ampuh dalam membedakan > >batumulia asli dan sintetis / imitasi seperti giok, opal/kalimaya, pirus, > >dll. > >3. Anda benar, warna ruby atau mirah delima dipengaruhi oleh unsur besi dan > >chromium ( Cr2 O3 ). Temuan-temuan ruby primer di luar negeri berasosiasi > >dengan beragam jenis batuan seperti marmer dan dolomit, batuan metamorf > > chlorite-mica schists ), gneiss, zoisite-amphibolite, granite, basalts, > >nepheline syenite, dan tentu saja endapan alluvial ( kualitas > >terbaik ).Waktu saya dan rombongan Suiseki Lovers meninjau Hanoi beberapa > >tahun yang lalu, di Luk Yen, sekitar 100 km ke arah barat laut kota ini, > >baru saja ditemukan deposit ruby dalam marmer putih. Temuan ini langsung > >menjadikan Vietnam terkenal di seantero dunia. Ruby Luk Yen saat itu sudah > >dipasarkan di toko-toko permata di Hanoi dan anggota rombongan banyak yang > >membelinya ( saya dapat hadiah rough stone dari pemilik toko karena > >meng-appraise beberapa transaksi ). Di Indonesia, saya pernah menerima > >contoh ruby placer dari Kalteng, bercampur dengan sapphire. Butirannya > >sub-anggular sehingga sumber primernya mungkin tidak jauh. Sayang sekali hal > >ini tidak ditindak lanjuti oleh DSDM. Di komplek glaucophane schist Sulteng, > >yang ketemu baru garnet, demikian juga di Kepulauan Banggai- Peleng. > > > >Rekan-rekan IAGI dan Gemstone Lovers, > >Semoga jawaban di atas sesuai dengan harapan Pak Slamet Riyadi dan Pak Awang > >( saya kagum sekali atas posting Anda yang mencakup segala macam topics, ya > >struktur, evolusi binatang, geokimia, sampai sosekbud).. Rekan-rekan lain > >kiranya bisa menambahkan, agar rubrik baru ini bisa lebih hidup. Salam > >hangat , Mang Okim > --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) --------------------------------------------------------------------- __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com