Ikut nimbrung soal candi...

Candi di Jawa Barat sepengetahuan saya sedikitnya ada tiga, yaitu
candi-candi batubata di Karawang yang diperkirakan peninggalan
Tarumanegara (mungkin bukan tempat pemujaan, tetapi lebih bersifat
fungsional; pengairan?), Candi Cangkuang di Leles Garut, dan yang baru
tergali pada tahun 2000 Candi Bojongmenje di Rancaekek, Bandung sebelah
timur.

Candi Cangkuang dan Candi Bojongmenje aslinya hanya ditemukan dasarnya
saja (fondasi + sebagian lantai candi), ke atasnya sisa-sisa candi sedikit
sekali ditemukan. Maka Candi Cangkuang yang telah direkonstruksi sekarang
ini hanya tafsiran saja meniru candi-candi Hindu di Jateng berdasarkan
kepada bentuk fondasinya. Ini lah yang membuat Candi Cangkuang tidak
otentik karena dibangun dengan batu-batu baru (bahkan blok-blok beton)
oleh para seniman Yogyakarta dipimpin seorang Arkeolog kelahiran Jawa
Barat.

Candi Bojongmenje menarik karena jelas tadinya terkubur endapan aluvial di
Rancaekek yang sampai sekarang pun masih rawan banjir. Bagian atasnya pun
tidak lengkap. Padahal untuk rekonstruksi candi, saya pernah dengar
minimal harus ada 70 - 80% sisa batu candi asli. Di bawah itu kalau
direkonstruksi, boleh dikatakan candi baru!

Lalu ada pendapat bahwa kepercayaan masyarakat Sunda berbeda dengan Jawa.
Menurut seorang budayawan, Prof. Jakob Sumarjo, masyarakat Sunda adalah
masyarakat peladang. Mereka mengapresiasi kebesaran Tuhan melalui bentukan
alam (pohon besar, batu, gunung, dsb) dan disebut kabuyutan. Jadi candi
tidak terlalu perlu. Masyarakat Jawa adalah masyarakt petani, yang lebih
terorganisir, berpemerintahan, beda antara penguasa dan rakyat sangat
jelas, sehingga katanya candi dibangun sebagai kebutuhan untuk menjadi
simbol kekuasaan para pemimpinnya.

demikian sedikit info,
BB







> Pak Awang ysh.,
>
> Saya tertarik dengan hal2 yg Bapak ceritakan.  Kalau boleh ada lagi
> pertanyaan saya, yaitu, mengapa di Jawa Barat nggak ada
> peninggalan2-nya?  Padahal kalau dari sejarahnya, kerajaan tertua di
> Jawa ditemukan di Jawa Barat, Tarumanagara, di tahun 450-an.  Apakah
> sesudah itu, krn Jawa Barat relatif lebih bergunung-gunung,
> masyarakatnya lebih terisolasi sehingga tidak ada komunitas besar lagi
> yg menghasilkan sesuatu, ataukah keadaan alam di Jawa Barat yg lebih
> destructive (krn gempa, gunung api, dsb., di daerah bergunung2), ataukah
> hal lain?   Terimakasih.
>
> Wassalam
> HK
>




---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke