Pak Awang,

Masalahnya pekerja nasional di KPS asing (misalnya) apa mempunyai payung
hukum untuk menjadi double face buat company tempat dia bekerja?, ini
yang sulit, bagaimanapun karyawan tersebut memiliki gentlement agreement
dengan coy-nya sesuai kesepakatan yg ke-2 belah pihak akui, satu hal
juga peluang conflict interest untuk memanfaatkan kondisi tersebut besar
sekali. Melaporkan, menjatuhkan dll demi kepentingan diri sendiri pasti
ada.

Kenapa pihak BPMIGAS tidak terus terang saja menempatkan oknumnya di
setiap coy, sama hal yg sekarang BUMN lakukan dengan pasukan "lendonya",
menempatkan oknumnya di setiap BUMN untuk menangkal korupsi?..tak jelas
memang efektif atau tidak.

regards

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, August 15, 2005 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina diBlok
Cepu

Shofi,
 
BPMIGAS tak punya waktu yang cukup untuk tahu dapur KPS/JOB sampai ke
pojok2nya, apalagi yang tak tersirat macam itu. Terus terang, proposal
yang diajukan sekian banyaknya sementara personal BPMIGAS sedikit saja.
Ada yang seharinya mesti hadir di lima atau enam rapat. Ditinggal rapat
sejenak pun, meja sudah penuh dengan surat-surat dan proposal yang harus
ditindaklanjuti. Suatu kelalaian dalam pengawasan, misal membiarkan
proposal studi yang tak perlu lolos, atau anggaran tetap tinggi, adalah
wajar terjadi dalam arus pekerjaan yang begitu deras mengalir. 
 
Kami di BPMIGAS juga tahu dari sekian studi yang diusulkan KPS/JOB itu
berapa sih yang benar2 perlu dan mendesak untuk dilakukan ? Sebagian TSA
yang dilakukan adalah juga untuk menghidupi research center mereka di
LN. Untuk itulah, maka kita selalu memodifikasi TSA, menurunkan
anggarannya, menyalurkan sebagian ke DN, dll cara pengawasan.
 
Sangat membantu kalau tenaga nasional di KPS (yang jelas tahu dapurnya
sendiri), memberitahu BPMIGAS soal-soal yang diragukannya tetapi tetap
dipaksakan. Apakah BPMIGAS akan membocorkan identitasnya, tentu saja
tidak. 
 
Seorang tenaga nasional di sebuah KPS asing pernah memberitahu kami
tentang seorang ex-pat yang kelakuannya tak disukai, tak kooperatif,
merendahkan tenaga nasional, dll. Nah, berbekal pemberitahuan ini, kami
melakukan investigasi dengan cara kami. Lalu, saat si ex-pat ini
diajukan kembali untuk diperpanjang (dengan berbagai alasan teknis yang
bagus2 dll. dll.), kami memutuskan untuk menghentikan usulan
perpanjangannya. 
 
Sebuah KPS  punya sister company sebuah perusahaan drilling service.
Banyak sumur dibornya, berturut-turut kering. Sumur kering tinggal
kering, sementara sister company telah dapat project. Di blok lain,
pemboran mengalami hambatan serius karena ketidakseriusan sister company
yang punya rig ini, sementara biaya rig jalan terus. Macet tinggal
macet, uang terus mengalir ke sister company. Blok sudah produksi, cost
recovery berlaku. Dicurigai, pemboran bukan concept-driven, tetapi
project driven (!). Kalau kecurigaan benar, maka, memberi project kepada
sister company dengan uang yang harusnya memperbesar pendapatan Negara
(untuk kemakmuran rakyat)  adalah kejahatan besar. Secara kasar :
merampok kemakmuran rakyat.
 
Tunggu dulu, tak semudah itu menagih cost recovery bila kecurigaan ini
benar. Menyertakan sister company dalam tender adalah menyalahi aturan,
macet operasi di sumur karena kelangkaan alat yang harusnya ada adalah
kelalaian bahkan penipuan atas kontrak. 
 
Tetapi, harus diakui bahwa tak mungkin semua tindakan yang merugikan
Negara tertangkap, maka tetap jiwa-jiwa nasionalis dibutuhkan untuk
memberitahu bahwa ada suatu proyek yang dipaksakan dll. "Kalau mau
ditimpakan ke Indonesia, timpakan saja ke Indonesia", adalah bukan hanya
terjadi di KPS asing, tetapi juga di KPS nasional. 
 
salam,
awang

Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Awang, sekedar sharing.
Saya punya pengalaman dengan situasi seperti ini, ini dulu ya. Saat itu
saya 
diminta untuk presentasi TSA di BP Migas untuk beberapa study. Seperti 
biasa, saya selalu mencari alasan teknis di belakang itu. Saya menemukan
ada 
satu TSA yang sama sekali kurang didukung alasan teknis. Saya mencoba 
diskusi dengan manajer dan chief geologist. Sang manajer bahkan
cenderung 
menolak memberikan jawaban sementara sang chief memberikan alasan yang
dapat 
dipatahkan dengan mudah. Keduanya akhirnya mengakui (jelas sekali
jawabannya 
karena terdesak) bahwa proyek harus jalan, perlu atau gak perlu karena
coy 
mau makes money. Cuma repotnya saat itu yang harus kasih presentasi ya
saya 
sendiri.
Jeleknya lagi TSA itu secara teknikal bisa diterima BP Migas, sesuatu
yang 
tidak saya harapkan. Kalo saya ngasih tahu kunci kelemahannya ... he he
... 
saya bisa malu sendiri gak bisa ngejawab pertanyaan. Lha harus gimana
nih 
pak?
Tapi next time kayaknya saran pak Awang bisa diperhatikan dan dilakukan
atas 
nama bendera merah putih. 
Salam
Shofi
"kapan ya bisa presentasi di BP Migas lagi?"

On 8/12/05, Awang Satyana wrote: 
> 
> Di wilayah Jawa Timur onshore, dengan play yang sama,
(Kujung/Prupuh/Mudi 
> target), Exxon mengajukan sumur dengan anggaran sekitar 775-825
US$/ft; 
> Pertamina sekitar 300-400 US$/ft, JOB Pertamina-Petrochina Tuban
sekitar 
> 375-450 US$/ft; Lundin Blora sekitar 450-550 US$/ft, Lapindo Brantas
sekitar 
> 550-650 US$/ft. Masih Exxon yang paling tinggi kan ? Tepatnya, lebih 
> daripada dua kali anggaran usulan Pertamina.
> 
> Adalah menjadi tugas BPMIGAS untuk memotong anggaran2 itu sampai batas

> kewajaran. Belum lama ini, saya memotong sekitar 15 juta US$ anggaran
tiga 
> sumur di Indonesia Timur yang diajukan terlalu tinggi oleh
operatornya.
> 
> Kelak, anggaran2 itu akan ditagihkan ke Negara sebagai cost recovery. 
> Bagaimana halnya kalau tidak kita turunkan dari awal ? Tentu saja
pendapatan 
> Negara akan berkurang.
> 
> Terus-terang saja, banyak kontraktor yang royal dan hambur, dengan
satu 
> pikiran saja : toh di-cost recovery ini. Hm...jangan menganggap itu
selalu 
> mudah.
> 
> Terus-terang juga, Jeruk-1 & Jeruk-2 di Selat Madura termasuk paling
hebat 
> discoverynya sejak 2000 ini di Indonesia, tetapi manisnya Jeruk ini
menjadi 
> asam oleh biayanya yang memegang record sumur termahal di Indonesia
karena 
> problem mekanisnya. Kelak, Jeruk ini akan meninggalkan "bom waktu"
berupa 
> sunk cost yang sangat besar.
> 
> Masih banyak contoh yang lain, hanya mengemukakan : di satu pihak
BPMIGAS 
> berperan sebagai partner, di lain pihak menjadi pengontrol yang harus
ketat.
> 
> Saya berharap para tenaga nasional di oil company asing dapat berperan

> juga sebagai "pengawas" pihak asingnya, sebab saya temukan banyak
pihak 
> asing berpendirian "kalau bisa ditimpakan ke Indonesia maka timpakan
saja ke 
> Indonesia" (!)
> 
> Nah, BPMIGAS tak mungkin mengontrol sampai ke mikro-detail bukan ?
Maka 
> saya berharap tenaga nasional di oil company asing sekaligus menjadi 
> pengingat atau pengawas juga. Kadang2 saya dapat juga masukan dari
tenaga2 
> nasional ini yang langsung disampaikan kepada saya, nah..ini bisa jadi

> amunisi saya untuk "perang" anggaran dengan pihak asing mereka.
> 
> Kalau kita tidak jeli, maka kita bisa larut tanpa sadar bahwa kita 
> sebenarnya tengah terlibat dalam tindakan yang sedang merugikan
Indonesia.
> 
> salam,
> awang
> 
> Bambang Murti wrote:
> Hmm, kalau aku koq sedikit worry ya...mungkin ini
> "pre-judice"....mudah-mudahan tidak beralasan.
> Misalnya, JV tersebut akan mengebor dengan biaya "sekian..sekian"...
> Nah karena partner-nya ndak punya duit, mereka akan bilang,...uupss,
> nice plan, tapi kita sekarang lagi bokek nih...bisa talangin kita-kita
> dulu ndak?
> Lha si operator bisa saja menjawab, "guys, ini proyek mahal...jadi
> ente-ente musti kudu punya duit donk"....kalau ente bilang "kagak
punya
> duit sekarang", ya udah, gue bisa anggep ente-ente pada kagak mau
> sharing risk, jadi, gue akan "sole risk" dah...ente-ente kan ude pada
> tau kan artinya "sole risk"? hasilnya bakalan gue embat sendiri..!!!!
> Atau bisa juga, OK, gue bayarin dulu, ntar dipotong dari share
ente-ente
> deh...
> Lha kalau begitu, maka akan terjadi "share dilution" donk.
> Nah ???
> BSM
> 
> Buat pak Awang,
> Mungkin bisa "me-release" estimasi drilling cost dari operator
disekitar
> blok tersebut untuk similar play? Sesama di onshore aja dah. Porong-1?
> Kembang Baru? Grigis Barat? Kedungtuban? Sukowati-nya Petrochina?
> Ntar dibandingin dengan proposal "beliau" ini?
> Apakah pemerintah aware terhadap hal yang satu ini? Kalau belum, duh,
> saying donk...
> 
> -----Original Message-----
> From: Batara Sakti Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, August 10, 2005 4:44 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina
> diBlok Cepu
> 
> Pemerintah (pusat) memberi Pertamina 45 %, dan Pemda (beberapa)
> Kabupaten
> 10%, sedang Exxon juga 45%, lalu ketiganya mesti membentuk perusahaan
> baru,
> sehingga tak ada yang berfungsi sebagai mayoritas. Ini naif sekali.
Lalu
> 
> siapa yang memegang operatorship ?, logikanya perusahaan baru tsb.
Siapa
> 
> yang secara ril akan menyediakan dana di perusahaan baru tsb ?...
Pemda
> toh
> tak kan punya dana, Pertamina pun sedang kesulitan...jadi Exxon akan
> mendominasi ???
> 
> Kalau Pertamina dan Pemda sama-sama berkehendak menyatukan kekuatan
> sahamnya
> sehingga menjadi mayoritas bersama boleh kan ?. Kalau pikirannya
> sama-sama
> soal kebangsaan (dalam jangka panjang, seperti pandangan pak Kwik)
tidak
> 
> dapatkah Pertamina & Pemda saling menyatukan diri ?. Gimana caranya
> Pertamina mendekati dan merayu Pemda ?
> 
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Awang Satyana
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Wed, 10 Aug 2005 02:17:39 -0700 (PDT)
> Subject: Re: [iagi-net-l] [FW] Pemerintah Menolak Permintaan Pertamina
> di
> Blok Cepu
> 
> > Paling juga karena dapat tekanan Paman Sam. Nanti juga di badan
> > pengelola baru Cepu bentukan Exxon, Pertamina, Pemda, hendaknya
> > Indonesia (Pertamina + Pemda) berdaya kuat. Harus siap menolak dan
> > memotong biaya-biaya supertinggi yang biasa diajukan Exxon. Di blok2
> > lain di mana Pertamina memegang participating interests hendaknya
juga
> > berdaya kuat sebab ada kasus di suatu blok di Jawa Timur Pertamina
> > sebenarnya memegang major share tetapi tak jadi operator.
> >
> > salam,
> > awang
> >
> > Ariadi Subandrio wrote:
> > Kalao pemerintahnya melanggar aturan hukum gak dipersoalkan ama
Rizal
> > Malarangeng, gimana seh ini orang. Lagian kalao yang mayoritas
> > Indonesia (55%) seperti yang disampaikannya, kok tendensinya gak
> > memperbolehkan bangsa Indonesia yang menjadi operatorship se.....
ah,
> > negeri aneh2.
> >
> > lam-salam,
> > ar-.
> >
> >
> >
> > __________________________________________________
> > Do You Yahoo!?
> > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> > http://mail.yahoo.com
> 
> 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
> Komisi Database Geologi : Aria A.
Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> ----------------------------------------------------------------------
> This e-mail, including any attached files, may contain confidential
and
> privileged information for the sole use of the intended recipient. Any
> review, use, distribution, or disclosure by others is strictly
> prohibited. If you are not the intended recipient (or authorized to
> receive information for the intended recipient), please contact the
> sender by reply e-mail and delete all copies of this message.
> ----------------------------------------------------------------------
> This e-mail, including any attached files, may contain confidential
and 
> privileged information for the sole use of the intended recipient. Any

> review, use, distribution, or disclosure by others is strictly
prohibited. 
> If you are not the intended recipient (or authorized to receive
information 
> for the intended recipient), please contact the sender by reply e-mail
and 
> delete all copies of this message.
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina
> [at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau 
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
> Komisi Database Geologi : Aria A.
Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
> 



-- 
Salam hangat

Shofi

                
---------------------------------
Yahoo! Mail
 Stay connected, organized, and protected. Take the tour

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke