Harusnya memang saya ulas sedikit materinya di sini ya, bukan sekedar melaporkan saja. Bisa dibilang, ada dua aspek yang dibahas, yaitu : metamorfisme dan tektonik. Pidato kunci dari Pak Rubini membahas metamorfisme dan deformasi serta bagaimana menafsirkan sejarah metamorfisme, deformasi dan implikasi tektoniknya. Disebutkan bahwa sejarah metamorfisme dapat dibangun dari data deformasi batuan, himpunan mineral batuan, termometri, barometri, dan radiometric dating. Jalur2 metamorfik yang ada di Indonesia menceritakan sejarah deformasi dan tektonik serta metamorfisme terkait. Penyebaran matamorfisme di Indonesia Timur digunakan sebagai contoh kasus.
Pak Sukendar membahas keterkaitan antara tektonik, deformasi dan metamorfisme. Bagaimana keterkaitan di antara ketiga aspek yang sangat dekat hubungannya ini dicontohkan dengan menampilkan beberapa kasus seperti di wilayah collison Sulawesi Timur dan di Karang Sambung. Pembahasan di Karang Sambung cukup detail. Disumpulkan bahwa diperlukan pemetaan sangat detail di Karang Sambung sebab ada kemungkinan bahwa ofiolit Karang Sambung bukan hasil subduction, tetapi obduction seperti ditunjukkan oleh pola deformasi dan sebarannya. Saya mempresentasikan tektonik Indonesia Timur dan implikasinya kepada penemuan migas 10 tahun terakhir ini dan peluang2 penemuan baru ke depan yang semuanya diakibatkan oleh geodinamika. Semua play yang ada saat ini di Indonesia Timur itu memang berkaitan dengan tektonik. Play2 itu adalah : Paleozoic pre-cratonic graben (Petrel, Tern), Mesozoic marginal-rift graben (Roabiba-Abadi), thrust fold belt, micro-continental collisions (Donggi-Senoro), island-arc subduction related (Nief dan Oseil). Disebutkan kasus2 terangkatnya Lengguru membuat kitchen Bintuni Basin matang, pembalikan Salawati dengan naiknya Sorong deformed zone mematangkan kitchen Salawati. Pola2 thrust fold belt fields di PNG seperti Iagifu-Hedinia bisa berkembang di Papua Indonesia. Pak Benyamin Sapiie (bersama Pak Sukendar dan Pak Agus Handoyo) mengajukan model tektonik baru untuk Karang Sambung (dan secara umum Paleogen Jawa bagian timur). Disebutkan bahwa ofiolit di Karang Sambung bukan hasil subduction, melainkan lebih mungkin sebagai ofiolit hasil collision hasil obduction. Jadi, itu bukan ophiolite sliver karena keratan kerak samudra, tetapi ophiolite slab yang ditumpukan di atas kerak benua. Nah, ini tentu memerlukan sebuah kontinen atau mikro-kontinen. Maka diusulkan bahwa Jawa bagian timur dilandasi oleh kerak kontinen, bukan transisi seperti yang kita tahu sekarang. Hm.. ini juga akan melahirkan perdebatan panjang dan bisa seru.. Pak Koesoema menyarikan sebaran2 batuan metamorf derajat tinggi (high TP) pra-Tersier di Sumatra berdasarkan peta2 bersistem. Pembahasan dilakukan per Kelompok Basement berdasarkan basement geology yang telah dibahas oleh Cameron dan Pulunggono tahun 80an, yaitu : Kelompok Tapanuli, Kelompok Peusangan, dan Kelompok Woyla. Pola2 akresi antar basement ini masih jadi perdebatan. Disimpulkan bahwa metamorfosis kelompok2 ini terutama terjadi pada Kapur Akhir akibat subduction dan diangkat ke permukaan oleh Sesar Sumatra yang telah mengalami reaktivasi beberapa kali. Pak Haryadi Permana membahas tentang pola mekanisme emplacement ofiolit di dua wilayah utara Papua yaitu Cycloops dan Weyland, metamorfisme yang menyertainya dan implikasi tektonik secara keseluruhan untuk wilayah ini. Dikatakan bahwa emplacement Cycloops terjadi di wilayah forearc, sedangkan Weyland di wilayah backarc. Ofiolit kedua wilayah ini merupakan hasil peleburan subducted oceanic slab. Pak Agus Guntoro mengajukan provinsi tektonik baru yaitu : Central Indonesian Province (CIP). Seingat saya, ini pertama kali diajukan di PIT IAGI th. 1997 oleh Pak Agus juga. Wilayah ini di sebelah barat dibatasi oleh subduction pra-Tersier Jawa Timur-Meratus dan di sebelah timur oleh subduction Paleogen yang ditaruh di Sulawesi Barat-Sumba (menyatu dengan Sumba Fracture). Subduction Meratus sudah ada sejak zaman Hamilton dan Katili. Subduction Paleogen Sulawesi Barat yang menyatu ke Sumba Fracture belum banyak dibahas. Apakah kerak samudra Bone dan Tomini menyusup ke barat di bawah busur volkanik Sulawesi Barat ? Dikatakan pula bahwa volkanik Kuarter di Sulawesi Barat adalah hasil subduction kerak samudra ? Makassar ke timur. Nah..akan melahirkan perdebatan panjang... Sesi diskusi berlangsung seru tapi juga santay. Banyak pertanyaan yang tak bisa diakomodasi semuanya karena keterbatasan waktu. Input-input baru pun ada. Hadirnya pembicara2 senior, para professor maksudnya, yang sangat pakar di bidangnya merupakan daya tarik tersendiri. Bisa terkumpul di acara ini tentu suatu kesempatan yang langka buat mendengarkan apa yang mereka pikirkan saat ini. Saya berkesimpulan : (1) acara2 terfokus semacam ini perlu lebih sering diadakan untuk kemajuan geosains Indonesia, (2) ilmu selalu terbuka untuk ditinjau lagi dan ditinjau lagi, (3) jangan takut berbeda pendapat. Nah, begitu catatan2 saya. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ada sedikit materi teknis yg dapat di post di web IAGI nggak ? any new findings ? thx RDP On 9/16/05, Awang Satyana wrote: > Berikut ini "laporan" hasil seminar yang diadakan PP IAGI baru2 ini. Saya > terbeban menginformasikannya karena kebetulan saya mengikutinya dan di milis > ini pun sebelumnya seminar tsb. diiklankan. Sebaiknya, ada info tentang > pelaksanaannya. Barangkali, ada gunanya. ---deleted __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com