Pak Benz dan Pak Untung serta Rekans,
 
Memang benar apa yang dikatakan Pak Benz, bahwa ada PP/UU yang mengatur untuk melakukan penggalian peninggalan purbakala/arkeologi. Tidak semua orang dibenarkan/boleh menggali obyek purbakala/arkeologi. Saya yang dari geologi, yang  telah lama berkolaborasi dengan teman2 dari PUSLIT ARKENAS, memahami benar adanya aturan PP/UU tersebut, sehingga kami yang selama ini aktif dalam Geologi Kuarter tidak pernah melakukan penggalian arkeologi. Yang kami lakukan adalah penggalian paleontologi, yang merupakan bagian dari pebelitian geologi dan hal tersebut tidak melanggar UU Kepurbakalaan. Namun jika dalam penggalian paleontologi menemukan obyek arkeologi, harus kami laporkan ke teman2 kami di PUSLIT ARKENAS.
Jadi meski negara demokrasi, tidak berarti semua orang punya hak untuk melakukan penggalian arkeologi.
 
Terima kasih,
 
Wassalam,
 
Yahdi Zaim
Anggota KK Geologi dan Paleontologi
Program Studi Teknik Geologi ITB
 
 
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, March 02, 2006 10:54 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Peradaban yang hilang di SUmbawa

Pak Untung, semua orang berhak untuk meneliti apapun.
Di Indonesia ada badan/instansi yang mempunyai pekerjaan dalam gali mengali situs purbakala. Seperti SPSP (Suaka Peningalan Sejarah Purbakala, Balai Arkeologi, atau universitas (jurusan) yang bergerak dibidang ilmu tersebut).
 
Bukan secara kebetulan saya juga seorang sarjana geologi, tapi setau saya seorang sarjana geologi tidak pernah diajari oleh dosen bagaimana cara menggali situs arkeologi. 
Ada PP/UU yang mengatur tentang peningalan sejarah purbakala, bagaimana memperlakukannya, bagaimana mengalinya, dll.
Jadi bukan berarti seorang peneliti/ilmuan bebas mau melakukan penelitian apa saja. Karena itu nanti akan berhubungan dengan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah kepada generasi selanjutnya. 
 
Apakah penggalian tersebut bekerja sama dengan  instansi yang terkait dengannya?
Dari artikel tersebut sepertinya tidak ada tertulis bekerja sama dengan yang "berhak".
 
 
salam
benz

 
Pada tanggal 3/1/06, M Untung <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Pak Benyamin Sembiring yang baik,
Setiap orang boleh meneliti. Ini kebetulan seorang volkanolog yang suka jalan-jalan di gunung. Sifat seorang peneliti ialah ingin tahu. Oleh karena itu dia menggali situs itu. Kalau dia nanti ketemu sesuatu yang menarik tetapi dia tidak tahu bagaimana menafsirkannya, dia bisa ajak atau serahkan kepada ahlinya, yaitu seorang arkeolog. Jadi para arkeolog tidak perlu kecil hati. Tidak akan pekerjaannya diambil orang lain. Demikian, Pak Sembiring. Ini tidak menggurui lho, sekedar mengomentari "guyonan" bapak.
M. Untung 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, March 02, 2006 9:16 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Peradaban yang hilang di SUmbawa

 
salam,
 
Sejak kapan vulkanolog punya job melakukan pengalian situs arkeologi?
Aduh...kasihan tuh para arkeolog, pekerjaannya diambil oleh para vulkanolog.
 
apakah sudah ada pelajaran arkeo-vulkanologi??
 
 
benz
mantan mahasiswa arkeologi


 
Pada tanggal 3/1/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED] > menulis:
Semoga bantu ...
 
salam..
Dini
 
 Ditemukan Bukti Peradaban yang Hilang di Sumbawa

Narragansett, Rhode island, Selasa

 

Kirim Teman | Print Artikel

 

 

Ist

Profesor Haraldur Sirgudsson dari Universitas Rhode Island dan Igan Sutawidjaja dari Direktorat Vulkanologi Indonesia sedang melakukan penggalian di Tambora.

Para ilmuwan telah menemukan bukti peradaban yang hilang di Indonesia. Terletak di Tambora, Pulau Sumbawa, daerah tersebut musnah tersapu letusan terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.

Letusan Gunung Tambora yang terjadi secara tiba-tiba pada 10 April 1815 telah mengubur penduduk Pulau Sumbawa dengan abu vulkanik yang panas, gas, dan batu. Sekitar 88 ribu orang diperkirakan menjadi korbannya. Letusan tersebut paling tidak empat kali lipat kekuatan letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Dipandu dengan radar darat, para peneliti dari Indonesia dan AS menggali saluran air tempat penduduk lokal menemukan keramik dan tukang belulang sebelumnya. Di sana, mereka menemukan puing-puing sebuah bangunan beratap, tembikar, perunggu, dan tulang belulang dari dua orang yang hangus terbakar. Seluruhnya ditemukan dalam satu lapis endapan yang seumur dengan terjadinya letusan.

Vulkanolog Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island yang memimpin ekspedisi tersebut memperkirakan sekitar 10 ribu orang yang tinggal di daearah tersebut ketika gunung meletus. Peristiwa ini mirip dengan letusan pada zaman Romawi Kuno yang mengubur penduduk Kota Pompeii.

Letusan Gunung Tambora menyemburkan 400 juta ton gas sulfur ke atmosfer dan menyelimuti hampir seluruh bagian atmosfer Bumi. Hal tersebut menyebabkan pendinginan secara global dan menghasilkan suatu kondisi yang dalam sejarah sering disebut 'tahun tanpa musim panas.' Pertanian di Maine hancur pada Juni, Juli, dan Agustus karena membeku. Di Perancis dan Jerman, anggur dan jagung mati atau panennya tertunda.

Peradaban di Pulau Sumbawa menarik perhatian para peneliti sejak petualang Belanda dan Inggris menjejakkan kakinya di sana awal 1800-an. Menurut Sigurdsson, mereka semakin tertarik setelah mendengar bahasa yang digunakan penduduk di sana berbeda dengan bahasa pada umumnya di Indonesia.

Beberapa peneliti percaya bahwa bahasa yang digunakan penduduk Sumbawa mirip dengan bahasa yang digunakan di Indochina. Namun, tidak lama setelah bangsa barat menemukan Tambora, penduduknya musnah.

"Betapa dahsyatnya sehingga letusan tersebut ikut memusnahkan sebuah bahasa," kata Sigurdsson. Namun, lanjutnya, kami berusaha mendorong orang-orang untuk mengatakannya kembali dengan cara menggalinya.

Beberapa bukti yang ditemukan para peneliti menunjukkan bahwa penduduk Tambora mungkin berasal dari Indochina atau memiliki hubungan dagang dengan daerah tersebut. Misalnya, pot-pot keramik yang ditemukan menyerupai dengan benda serupa yang ada di Vietnam.

Saat melihat rekaman video penggaliannya, John Miksic, seorang arkeolog di National University of Singapore, yakin bahwa Sirgudsson dan timnya memang menemukan pemukiman yang musnah karena letusan gunung. Namun, ia meragukan bahwa orang-orang Tambora berasal dari Indochina atau menggunakan bahasa dari daerah tersebut. Kalaupun ditemukan keramik yang mirip dengan keramik di Vietnam, mungkin hal tersebut terjadi melalui perantaraan para pedagang.

Selama penggalian tersebut, tim yang dipimpin Sirgudsson menemukan tulang belulang seorang wanita yang hangus menjadi arang di suatu lokasi yang diperkirakan sebuah dapur. Sebuah botol gelas yang meleleh dan parang dari logam terletak di dekatnya. Jasad seorang lainnya ditemukan di luar bangunan yang diperkirakan berada di teras.   

Penggalian yang juga melibatkan para peneliti dari Universitas North Carolina, Wilmington dan Direktorat Vulkanologi Indonesia masih terus dikembangkan untuk menguak misteri peradaban yang hilang di Tambora.

 

 

 



===============================================
The content of this message may contain the private views and opinions of the sender and does not constitute a formal view and/or opinion of the company unless specifically stated.
The contents of this email and any attachments may contain confidential and/or proprietary information, and is intended only for the person/entity to whom it was originally addressed. Any dissemination, distribution or copying of this communication is strictly prohibited.
If you have received this email in error please notify the sender immediately by return e-mail and delete this message and any attachments from your system.
Please refer to http://www.newmont.com/en/disclaimer for other language versions of this disclaimer.
================================================



No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.375 / Virus Database: 268.1.1/272 - Release Date: 3/1/2006

Reply via email to