Bagaimana dengan gempa sebagai trigger longsoran ?

Asosiasi fluktuasi aliran sungai dalam satu tahun barangkali hanya
akan menghasilkan periode satu tahunan. Gempa memilki frekuensi cukup
sering di daerah Selatan Sumatra-Jawa. Tsunami yg terjadi kemaren
mungkin siklus 200 tahunan (?), tentunya dalam skala geologi yg jutaan
tahun merupakan frekuensi yang "cukup sering" terjadi. Kemungkinan
jumlah sedimennya tentunya juga tidak sedikit.

Untuk daerah2 stabil (passive margin) barangkali engga banyak
dipengaruhi kegempaan, tetapi dipengaruhi deltaic. Nah, bagaimana
dengan daerah "active margin" ini ?
Sumber sedimen tentusaja tetap ada, hanya apakah sandy atau shally
tergantung provenace atau material yg longsong saja lah.

Barangkali ada yg pernah melihat strutur "aneh" di sungai (lupa
namanya) di daerah Wonosari, yg sering dipakai sebagai stopsite
fieldtrip. Disitu terlihat skuence Tc-Td-Te yg berulang-ulang, namun
ada satu singkapan yg struturenya ruwet ndak karuwan. Dulu tahun
1990an E Mutti pernah lihat tapi duia duek saja, dan bilang dia "mboh
apa itu !".


RDP

On 3/28/06, Ukat Sukanta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Sebetulnya kalau turbidite (deep Sea fan) sendiri kejadiannya cukup
> sederhana. Air Laut menurun (secara relative atau Eustatic) dengan cepat
> sampai dibawah shelf edge (shelf-slope Break). Kecepatan air laut
> menurun lebih cepat dari kecepatan penurunan pada deposition surface
> pada shelf edge. Akibat penurunan muka air laut ini, shelf (Neritic)
> yang tadinya tergenang air laut akan terdapat diatas permukaan air laut.
> Shelf yang sudah exposed, akan mengalami erosi, chanelisasi akan terjadi
> pada shelf ini, canyonisasi dimulai dari shelf terus menorah sediment
> yang ada pada slope--ini yang disebut Type-1 SB.
>
> Semua sediment yang tererosi dan shelf dan slope akan diendapkan di laut
> dalam sebagai basin floor fan (termasuk turbidite didalamnya). Begitu
> juga, sediment yang berada di lingkungan transisi, termasuk delta,
> sediment pantai, barrier atau estuarine, akan maju kea rah air laut yang
> telah mengalami penurunan, dan sebagian sedimentnya mungkin saja
> ditransport ke laut dalam membentuk turbidite ini.
>
> Pada delta-delta yang besar di dunia kita, biasanya berasosiasi dengan
> submarine canyons, dan deep sea fan tentunya. Tapi kalau ada submarine
> canyons yang berasosiasi dengan deap sea fan turbidite, tidak berarti
> delta itu harus ada. Atau kalau ada delta bisa juga ada deepsea fan,
> tapi tidak selalu, atau sebaliknya.
>
> Yang jarang terjadi, seperti aeolian turbidite (saya pernah banya lebih
> dari 10 th kebelakang). Aeolian sediment dibawa angin sebagai grain
> flows yang menerus, ditransport ke pantai yang langsung melalui slope,
> dan diendapkan basinfloor. Disini tidak dilaporkan adanya sediment
> transisi atau shelf sediment yang tererosi dan bercampur dengan
> turbidite itu.
>
> Atau dilaporkan submarine canyon (kedalaman 800 s/d 1500 m) yang diisi
> oleh turbidite (AAPG, sekitar 1980an, oleh CC von der Borch dkk), yang
> tidak diceritakan adanya delta yang besar seperti Mississippi, dll.
> Bahkan kalau cuman turbidite sendiri bisa terjadi dari slope yang tidak
> stabil, mengalami slumping, materi yang dari slope ujungnya akan terjadi
> turbidite.
>
> Sekian dulu,
>
> Salam,
> US
>
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, March 27, 2006 8:32 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
>
> Teman-teman di Chevron dan Eni, Medco, Shell (dulu), juga Total sendiri,
> yang pernah bekerja untuk shelf Mahakam dan shelf North Sumatra Basin
> untuk deposisi turbidite deposits ke Selat Makassar dan selatan Laut
> Andaman mungkin pernah analisis ini ?
>
> Sea level fall di ujung Miosen Tengah (10 Ma) dan ujung Pliosen Bawah
> (3.5 Ma) bisa dicurigai saat-saat terjadinya "forced regression". Kalau
> ada studi sequence stratigraphy satu shelf di wilayah2 itu, mungkin bisa
> dianalisis keberadaan deposit hasil forced regression di slope dan
> basin-floor-nya.
>
> Salam,
> awang
>
> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED]
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, March 27, 2006 8:14 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
>
> kalau di indonesia apakah ada contoh di mana  model "forced regression"
> tersebut pernah terjadi ...?
> yang bisa membawa endapan shallow marine menjadi source dari
> turbidit...?
>
> Regards
>
> Kartiko-Samodro
> Telp : 3852
>
>
>
>
>
>                       "Awang Harun
>
>                       Satyana"                 To:
> <iagi-net@iagi.or.id>
>
>                       <[EMAIL PROTECTED]        cc:
>
>                       om>                      Subject:  RE:
> [iagi-net-l] asosiasi turbidit (laut dalam?) dengan delta
>
>
>
>                       27/03/2006 09:04
>
>                       AM
>
>                       Please respond to
>
>                       iagi-net
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Ferdi,
>
> Shelf yang tersingkap oleh suatu "forced regression" (Posamentier and
> Weimer, 1998), saat muka laut turun begitu jauh, saya pikir bisa menjadi
> provenance untuk pengendapan ulang seluruh sedimen di area laut-dalam.
> Dan,
> berarti yang menjadi provenance adalah endapan silisiklastik (juga
> karbonatnya) di shallow marine environment (bukan khusus delta).
>
> Memang kebetulan model2 deep-water sedimentation atau studi kasusnya
> banyak
> dilatarbelakangi/dilakukan oleh wilayah2 laut dalam di depan delta
> (Mahakam, Baram, Mississippi, Niger), sehingga seolah2 keharusan
> keberadaan
> delta menjadi syarat untuk asosiasi turbidit laut dalam, padahal tak
> mesti
> selalu begitu.
>
> Salam,
> awang
>
>
>
> --
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG Free Edition.
> Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.2/293 - Release Date: 3/26/2006
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
>
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
>
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>


--
 http://rovicky.blogspot.com/

--Writer needs 10 steps faster than readeR --

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke