Salut kepada semua anggota IAGI dan HAGI yang berusaha membahas kejadian ini untuk mencoba mengerti apa yang terjadi. apakah kita juga bisa membantu menambahkan data dengan melakukan "indirect measurement" survey tambahan? misalnya seperti yang dibuat Pak Priadi dan Pak Makky. saya rasa cukup banyak perguruan tinggi dan badan riset yang punya GPR (ground penetrating radar) dan mungkin bisa pakai EM atau microgravity atau alat geofisika lainnya yang bisa memperlihatkan low velocity (mudah2an kelihatan) dan mungkin kontrast gravity, dan karena ada pergerakan fluids yang membawa partikel2 clay, mungkin ada anomali EM (?). kalau area nya sudah ditutupi lumpur mungkin dipikirkan cara survey yang cocok? musibah sudah terjadi, sekarang apa yang kita bisa bantu untuk menanggulangi nya? fbs bersedia jadi volunteer untuk pergi survey kalau diperlukan.
----- Original Message ---- From: Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, June 20, 2006 3:39:11 PM Subject: [iagi-net-l] Lumpur Porong, ADB, dan tim-tim-an Dalam 2 hari ini email saya tdk terima dari iagi-net, mungkin karena kepenuhan (gak ditengok-tengok selama week-end s/d pagi ini) terus bounching. Jadi, mohon maaf kalau belum sempat cawe-cawe ikutan nimbrung di lalu-lintas diskusi soal Lumpur Porong ini. Saya di Porong tgl 2 Juni (4 hari setelah kejadian), sempat berhenti dalam perjalanan Surabaya-Malang dan juga 4 Juni ketika kembali dari Malang ke Surabaya terus ke Jakarta lagi. Pada kurun waktu 2-4 Juni itu saya coba berkoordinasi dengan IAGI Jatim (dengan cc ke Sekjen PP-IAGI) untuk segera turun tangan membahas action plan IAGI (Jatim maupun PP) membantu menanggulangi masalah lumpur tersebut. Tentunya saat itu saya juga langsung berkomunikasi dengan kawan2 geosaintis dari Lapindo (mas Bambang, mas Agung, Kang Iwan, Cak Rennier dan jugamas Kenul) untuk mencari tahu dan urun rembug tentang analisis penyebab dan rencana penanggulangannya. Semuanya lewat SMS dan tilpun langsung. Di Malang, IAGI Jatim sempat berkumpul 3 Juni mempersiapkan diri ikut meneliti semburan lumpur Porong tersebut: ada mas Arief Rachmansyah (Ketua IAGI Jatim), Adi Susilo (Unibraw), dan juga mas Kukuh (Sekjen IAGI Jatim, lewat tilpun). B eberapa hari kemudian IAGI Jatim akhirnya bisa berkomunikasi juga dengan kawan-kawan dari Lapindo untuk mendapatkan informasi teknis dari tangan pertama, sehingga setelah itu beberapa pernyataan dari Arief, Adi, Amin, Marcillinus, Soffian keluar di media (lokal dan nasional) dalam rangka memberikan informasi kepada masyarakat. Pada hari-hari antara 6-9 Juni saya harus off dari peredaran krn ada urusan bisnis di Dubai, tapi tetap monitoring dan komunikasi dengan rekan-rekan IAGI Jatim dan Lapindo untuk saling menginformasikan ide analisis dan usulan penanggulangan lumpur. Pada Sabtu 10 Juni saya bertemu dengan mas Bambang Istadi Lapindo di Jakarta dan berbincang - dikusi panjang lebar soal penyebab luapan lumpur dan memberikan komitmen untuk ikut membantu sebagai nara sumber independen dalam tim-tim yang rencananya akan dibentuk untuk penanggulangannya. Pada waktu Rapat dengar Pendapat Komisi VII dengan BPMigas, Lapindo, ESDM soal Lumpur Porong Senin 12 Juni 2006, saya coba berikan beberapa masukan ke para anggota DPR yang terhormat lewat sms tentang beberapa hal: 1. Dalam konteks bagi-hasil migas pusat-daerah, pemboran Banjar Panji-1 dan penanggulangan semburan lumpur yang keluar lewat rekahan2 di sekitar Porong tersebut kemungkinan SEMUANYA akan mempengaruhi penerimaan daerah (khususnya Kab Sidoardjo) dalam bagi-hasil migas 2006, karena biaya pemboran eksplorasi dan penanggulangan insiden lumpur Porong tsb kemungkinan juga akan dibebankan sbg COST RECOVERY yang dipotongkan ke revenue hasil lifting migas Lapindo sblm dibagi 70 Pemerintah : 30 Kontraktor. Dari bagiannya yang 70% Pemerintah akan menyalurkan 21% (30% x 70%) ke daerah. Dg demikian secara akunting bagi-hasil migas: Daerah (Sidoardjo, Prov., dan Kab di jatim lainnya) ikut menanggung 21% dari biaya Banjar Panji-1 dan semburan lumpur Porong. Untuk itu disarankan Daerah berperan aktif dalam penanggulangan tersebut dan jangan sungkan-sungkan untuk menegosiasikan dana penaggulangan demi rakyat yang terkena dampak yang nantinya toh akan dipotongkan di produksi migas Lapindo.#ADB-Anggota Dewan Pakar FKDPM# (argumen dlm Info diatas dalam beberapa minggu terakhir nampaknya juga patut dipertanyakan lagi karena kemungkinan BPMigas juga akan mempertimbangkan masak2 sebelum memperhitungkan pembiayaan "accident" tsb melalui full-cost-recovery ... lihat email pak Awang ttg hal tsb) 2. Saya tidak punya HARD DATA, tapi dari logika petroleum geologi (sementara) yang terjadi adalah release dari overpressured marine mud-diapir level Kalibeng lewat rekahan2 sepanjang patahan-patahan Kwarter yang dipicu oleh instabilitas pressure di sub-surface (bisa krn underground blow-out krn praktek pemboran ataupun krn trigger gempa - less likely) #andang# 3. Dalam waktu 15 hari sejak kejadian semburan lunmpur 29 Mei SEHARUSNYA para engineer dan geosaintis Lapindo (dan konsultannya) SUDAH MENGETAHUI penyebab teknis retakan dan semburan lumpur di sekitar Banjar Panji-1. Kalau dikatakan sampai sekarang masih meneliti dan smntara itu mengemukakan gempa sebagai penyebabnya, nampaknya memang perlu bantuan dari kalangan yang SUPER EXTRAORDINARY AHLI ... mungkinkah sangat kompleks permasalahan bawah permukaannya shg 15 hari-pun belum tahu penyebabnya dan apa yg harus dilakukan untuk menanggulanginya? #andang bachtiar# 4. Dari data kronologi pemboran yang ada di tanganku (kudapat dari wartawan Kompas, 11 Juni 2006), 99% bisa dipastikan telah terjadi underground blow-out yang menyebabkan retaknya bidang lemah rekahan/sesar Porong yang akhirnya jadi konduit lumpur Kalibeng overpressure muncul ke permukaan. 13 Juni 2006 saya kirim lagi sms ke pihak-pihak yang berkepentingan sbb: 5. Insiden Lumpur Porong: fakta petroleum geology dan data kronologi pemboran menunjukkan bhw yg terjadi adalah UNDERGROUND BLOWOUT yg ditrigger oleh prosedur pemboran yang kurang sempurna... untuk corrective action menutup sumber kebocoran tdk cukup hanya dengan mengerjakan trajectory sumur asal, tetapi juga harus menutup sumber2 lain di bawah - sepanjang patahan Porong. Salam #andang bachtiar - narasumber teknis migas untuk KLH# 14 Juni 2006 (s/d 16 Juni) saya harus ke KL untuk urusan bisnis konsultansi, tapi masih sempat berkoordinasi dengan kawan PP-IAGI yang saat itu sdh membentuk cikal-bakal Tim Penanggulangan dibawah koordinasi Pak Ridwan Djamaluddin sekjen dan Ketua Tim pak Edy Sunardi. Beberapa input yang saya salurkan ke mereka waktu itu: 6. 15 Juni 2006, menanggapi permintaan ide ke Tim IAGI: Rojer2 Ed, gud lak untuk Tim PP-IAGI yang menangani Kasus Porong... beberapa suggestion / ide dr aku: a. Istilahnya tolong lebih diperlunak dlm bahasa Indonesia menjadi GUNUNG LUMPUR (bukan gunung api lumpur) shg masyarakat tdk bertambah bingung & ketakutan dengan istilah "volkano" tersebut. b. yang jauh lebih penting drpd sekedar memberi istilah geologi yang mentereng pada proses tsb adalah MENCARI SUMBER PENYEBABNYA dan MENCOBA MENANGGULANGINYA c. pressure instability di sub-surface yang memicu terbentuknya Gunung Lumpur tersebut besar kemungkinan diakibatkan oleh underground blow-out dr proses pemboran BP-1: perhatikan sekuen kronologi laporan pemboran yg menyebutkan ada loss, tight-hole, kick, well killing, stuck, dsb..., periksa dg seksama GEOLOGRAPH, MUD RECORD, dan GRAPH2 DI MONITORING UNIT (SPM, MUD TANK, TEMP, dsb) d. argumen gempa sbg penyebab liquefaction shg Gn Lumpur muncul hanya bisa valid kalo kita juga bisa menerangkan kenapa di Wunut, Tanggul angin, Kuti, Krukah, Sekarkorong, Mudi, sukowati, Cepu dan Lapangan2 yang lebih dekat ke garis Bantul-Klaten tidak mengalami hal yang sama dg Banjar Panji, padahal Kalibeng Mud Layer ada semua di daerah2 tersebut. e. Possible corrective action: e.1. kill the natural venting by drilling relieve well and disposed cement in Kalibeng zone (or deeper zone depending on the result of damage zone investigation) e.2. control surface venting by drilling & producing the mud close to the natural venting area (5 spots?), or e.3. abandon all the area flooded by mud & make them natural museum (the mud venting may continue on months or years until the pressure stabilizes) f. Tim BG-ESDM/IAGI/KLH/Lapindo/BPMigas/Pemda/ITS/ITB/Walhi/Unibraw/PU atau tim dari manapun juga, mohon segera dihitung dan diantisipasi kemungkinan luas daerah dan relief vertical amblesan yang mungkin akan terjadi krn perpindahan massif dari lapisa lumpur di subsurface ke permukaan (spt Paleo Porong Structure Collapse). Kalau hal ini terjadi dan kita tdk antisipasi: akan timbul kepanikan baru (lihat email2 penjelasan Pak Awang di IAGINET soal collapse structure). Ayo kawan, keluarkan segenap kemampuan ilmu-analisis-itung2an untuk menyelamatkan bumi dan ekosistim kita #andang di KL# 7. Masih 15 Juni waktu di KL ada sms masuk dr Koordinator Walhi yang menanyakan: "Bagaimana menurut brur tentang patut kiranya polisi dan penyidik lainnya mengembangkan dugaan tentang ada unsur kesengajaan dlm peristiwa lumpur panas ini, mengingat wilayah padat penduduk, dan sawah klas 1A yg belum tentu mau dilepas oleh pemiliknya, padahal potensi gas cukup besar dan bisa dipasok langsung ke industri yang banyak di Sidoarjo?". Saya menjawab dg sms dan saya cc-kan juga ke petinggi2 KLH sbb: - Brur Chalis, menurut aku (dg background 20tahunan di industri e&p migas) kecil sekali kemungkinan KESENGAJAAN,... kalau KETELEDORAN (Negligence) mungkin iya: ADA,... selain itu untuk memproduksi gas melalui sumur tidak dibutuhkan tanah hektaran, bahkan kalo perlu hanya dr 1 platform yang 200x200 meter saja smua gas di struktur Banjar Panji itu bisa diambil (berbeda dg tambang batubara, emas, dan dalian2 lainnya yg butuh bukaan tanah luas, di migas penggunaan surface facility bisa sangat diminimalkan)... so... agak terlalu berlebihan brur kalo dibawa ke arah tuduhan kesengajaan strategi-bisnis #andang# (Note: seringkali aku memang harus kasih banyak penjelasana dan pencerahan sama mereka - termasuk JATAM- spy mereka mengerti jugalah kesetimbangan kebutuhan antara eksploitasi resources dg sustainability dari 2 sisi yg berimbang... Syukur mereka mau mengerti dan mau diajak omong) 8. Masih berurutan dg komunikasi diatas, kawan dr WALHI melanjutkan bertanya:"Thx brur, kalo hendak distribusi gas dari sumur ke industri dibutuhkan apa saja? instalasi? apakah tetap tidak butuh lahan yang luas? dan keamanan yang tinggi? butuh masukan brur sebelum ngomong di fgd jam 10 ini, thx ya brur". Saya jawab: -Yang dibutuhkan u/Banjar Panji (kalau berhasil nemu gas) sebenarnya tinggal small gas processing facility unit untuk ngumpulin gas dari sumur2 sebelum dikirim / tie-in (diikat) ke main gas pipeline yg skrg sudah existing dr Lapangan Wunut ke Gresik (punya PGN).. Facility unit tsb paling butuh tanah 1-2 hektar saja brur... yg agak ribet pembebasannya mungkin bikin flowline (dr sumur ke GPFU) dan pipeline (dr GPFU ke main pipeline Wunut-PGN).. Right-off-way pipa bisa sampai 25 meter kiri-kanan pipa dikalikan panjang pipa = berapa m2 tanah??? Dan biasanya orang jarang mau di-cuil-i tanahnya sedikit2 seperti itu tapi memanjang... apalagi dilewati gas yang kalo ada apa2 kebocoran mereka jadi beresiko... Mungkin hal2 itulah yg musti dipertimbangkan brur..... Sepulang dr KL, Jumat 16 Juni, saya rasanya gatel ingin turun ke Porong lagi,... akrena saya dengar Tim-Tim ITS/ITB sudah mulai bergerak di lapangan, dn saya penasaran kalau-kalau saya bisa berkontribusi disana. Maka saya coba hubungi beberapa kawan untuk ikut sama2 ke Surabaya, saya dapat volunteer Cak Ariadi, dan Cak Soffian (Surabaya) u/temani saya turun ke lapangan. Besok paginya jam 6 pake Garuda berangkatlah saya dg Cak Ar ke Surabaya. Kebetulan saya dapat fasilitas chopper untuk bisa terbang diatas lokasi, maka saya manfaatkan dg memberikan tawaran kepada Tim ITS dan IAGI untuk ikutan terbang. Maka terbanglah kami 9:30 - 10:15 berputar2 diatas lokasi (ADB, Ar, Soffian, Amin ITS, Sukemi ITS: cuma ada 5 seat tersedia). Chopper hanya mau terbang diatas 500 feet krn takut ada flamable gas. Beberapa pengamatan waktu terbang berputar 4 kali diatas lokasi: 9. - Bau H2S masing menyengat dr ketinggian tersebut (apakah H2S atau hidrokarbon? mungkin bercampur) - Lokasi semburan-1 (200m SW of original BP-1 well) masih aktif dg golakan semburan +/- 3 meter (?) - Dari atas hanya bisa mengidentifikasi 3 lokasi semburan: Loc-1 (SW of BP-1), loc-2 (NE of BP-1 north of toll road) dan loc-3 (NE of BP-1 the most northern part: rumah penduduk?) semua dg kenampakan mud volcano, 2 sdh tdk aktif, --- implikasi: intermittent? atau complete depresurization? - Ternyata ke-3 lokasi tersebut TIDAK SEGARIS, perlu data GPS detail. Implikasi: pola rekahan/patahan musti dikalibrasi betul sebelum ngitung volume dsb Info2 tsb saya kirimkan juga ke pihak2/tim2 yang berkepentingan. 10. Malam harinya saya berinisiatif mengumpulkan tim2 geosains yang terlibat dlm insiden lumpur Porong, saya undang smuanya secara pribadi: Koordinasi informal teknikal tim2 geosains penanggulangan semburan lumpur Porong 17 Juni 18:30 - 22:30 bisnis-center Shangrilla Surabaya 17 orang: PP-IAGI (Ariadi Subandrio) IAGI Jatim (Kukuh, Iwan, Handoko, Helmi Narotama) ITS (Seno, Amin Widodo) ITB (Kukuh) KLH (Roy) Lapindo (Bambang Istadi, Agung Darmoyo) Bumi Resources / EMP (Gesang Budiarso) DPR (Taufikurrohman) Geologist bebas (Andang Bachtiar, Soffian, Ikhsyat) Undangan juga disampaikan ke Tim PP-IAGI (Edy Sunardi, Ridwan Djamaluddin) dan Tim BG-ESDM (Untung Sudarsono), tapi tidak bisa datang. Beberapa resume penting: 1.. Evaluasi kronologi pemboran untuk bantu penentuan zona potential damage 2.. Perhitungan volume & tekanan zona overpressure Kalibeng & modelling depletion time & subsidence untuk penentuan plan A-B-C penanggulangan 3.. Butuh koordinasi lebih ketat dan segera dengan tim drilling (Rudi Rubiandini - ITB): karena koq mereka sdh keluar dg rencana killing well sementara Tim Subsurface belum memastikan hasil analisisnya.. 4.. Bench-marking surface geology (lokasi-lokasi bidang lemah - titik semburan di permukaan) untuk bantu interpretasi geofisika 5.. Harus kerjakan juga reprocessing 3 seismik lines untuk shallow tomography & interpretasi - calculation overpressure zone 6.. Composite field geophysical methods untuk delneasi shallow structures 7.. Worst case scenario Bleduk Kuwu 8.. IAGI (Jatim) take-care dikotomi gempa vs drilling-induced disaster 9.. Subsidence issue harus juga dihandel (oleh Tim ITS) 10.. Next coord meeting Jumat 23 Juni after jumatan 11. Kemaren hari Senin 19 Juni 2006 saya coba kontribusi dalam rapat Tim PP-IAGI yang dipimpin oleh Pak Edy Sunardi di Pertamina (17:00-19:30), meskipun secara resmi saya tidak masuk dalam keanggotaan Tim, tapi mudah2an ide2 dan pemikrian saya masih bisa bermanfaat buat kawan2 di PP-IAGI. Diantaranya, Tim juga mengirim surat ke Tim-drilling-nya BPMigas/ESDM dibawah arahan Pak Rudi Rubiandini untuk segera berkoordinasi mengenai Plan A-B-C dari relieve well maupun aksi penanggulangan bawah permukaan tsb, dg asumsi: A. Kalau memang zona damage sumber tekanan berasal dari 6100 feet dan lebih dalam maka oke-oke saja plan-nya Pak Rudi untuk killing well di zona itu, tetapi B. Kalau zona damage sudah merembet ke Clay Kalibeng 2000-6000 feet, dan posisinya bukan di sumur (tapi di bawah lokasi semburan2 tsb), maka action plan killing well yang lain hrs disiapkan C. Apalagi kalau ternyata dari hasil analisis semua insiden tersebut dikarenakan adanya contiuning recharging dr diapiric system Pliocene Kalibeng, maka harus ada plan C yg lebih kurang abandonement the whole area (Bledug Kuwu case). Saya dengar Tim PP-IAGI akan sgr involved dg keseluruhan Tim yg lain.... 12. Hari ini saya juga mendengar kabar bahwa Tim ITB/ITS (Pak Prihadi/ Pak Makky) sudah mengindikasikan adanya bidang diskontinuity (patahan?) dr VLF yang bidangnya mengarah/miring ke barat dari jajaran semburan tsb. Dengan data itu, maka dilakukan adjustment positioning SNUBBING UNIT yang akan masuk ke lokasi (supaya tidak crossing retakan - zona semburan dua kali). 13. Sore nanti saya diminta bicara di Metro TV, mudah2an cukup bisa menjelaskan ke masyarakat. 14. Note: soal gonjang-ganjing pengamat perminyakan di acara WALHI kemaren, sebenarnya di acara tersebut saya sudah meneriakkan koreksi secara lantang tentang kekeliruan definisi yang disebutkan oleh ALi (TM-81)... bahwa indeed BP-1 itu eksplorasi, dan dalam PP nggak ada Amdal u/eksplorasi, dsb dsb (sesuai dg tulisan Abah) ,... tapi pers kayaknya gak tertarik dg penjelasan saya (padahal SUARA SAYA PALING KERAS disana). Thats the fact of life. Salam ADB arema On Tue, 20 Jun 2006 08:29:28 +0700 (WIT) [EMAIL PROTECTED] wrote: .....Tapi aku "curiga" jangan janganan >Adb sudah ada di >Surabaya , kan dia AREMA. --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------