Ini imil pak Ma'rufin sudah agak lama 27 June lalu.
kalau mau melihat petanya silahkan tengok di
http://hotmudflow.wordpress.com

Marilah berdiksusi ilmiah dengan terbuka. dengan memasukkan segala
kemungkinannya. Paling tidak bagiku sebagai unjuk keprihatinan atas
kejadian musibah porong.

RDP
---------- Forwarded message ----------
From: Ma'rufin Sudibyo <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Jun 27, 2006 2:59 PM
Subject: Gempa Yogya ---> bikin mud volcano di Porong ?
To: [EMAIL PROTECTED]


Assalamu'alaykum

Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah
meningkat dari 5.000 meter kubik perhari menjadi
25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7, alias lebih
besar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang
" tinggal " 15.000 meter kubik per hari.

Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun
(dari BP Migas) dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua
IAGI), secara terpisah, yang " sepakat " merujuk gempa
Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di Porong.
Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei
- 1 Juni, dan jika dihubungkan dengan garis akan
membentuk arah barat daya - timur laut. Orientasi ini
searah dengan sesar regional di wilayah ini, dan kalo
mau ditarik lagi lebih jauh juga searah dengan sesar
Opak yang jadi penyebab gempa Yogya. Jika orientasi
barat daya - timur laut ini diperpanjang, akan nampak
garis imajiner yang menghubungkan sesar Opak -
Sangiran Dome - Porong. Sehingga semburan ini
dihipotesiskan sebagai likuifaksi, gejala biasa dalam
suatu gempa, seperti yang ditemukan juga di Jetis
(Bantul) dan Prambanan (Klaten) dalam bentuk semburan
" air berlumpur " (menurut versi penduduk, seperti
dikutip media lokal Kedaulatan Rakyat dan Wawasan).
Gempa Yogya di sebut2 mereaktivasi sesar lokal di
Porong, sehingga menghasilkan semburan lumpur, dan ini
adalah murni musibah.

***

Terkait itu, ada beberapa pertanyaan pak Rovicky :

1. Apakah likuifaksi bisa terjadi di tempat yang
jaraknya > 200 km dari sumber gempa ?

Sebab, dalam pendapat saya, intensitas di lokasi
tersebut sudah kecil. Jika saya mencoba menghitung
dengan menggunakan persamaan atenuasi intensitas ln I
- ln Io = k.x dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00387
(berdasarkan titik acuan kota Yogya dan Semarang)
serta intensitas hiposenter (Io) = 8,7 (untuk Mw =
6,3) pada jarak (x) = 200 km intensitasnya 4 MMI
(dengan percepatan maksimal 2,3 % G), sementara pada
jarak (x) = 250 km intensitasnya menurun sedikit
menjadi 3 MMI (dengan percepatan maksimal 1,4 % G).
Catatan intensitas dari stasiun BMG Surabaya dan
Karangkates (Malang) menunjukkan angka 2 - 3 MMI untuk
Surabaya (jarak +/ - 250 km dari hiposenter) dan 3 - 4
MMI untuk Malang (jarak + / - 230 km dari hiposenter),
artinya tidak berbeda jauh dengan perhitungan.
Fokuskan ke sekitar Surabaya. Dengan intensitas 3 MMI
itu, dimana getarannya setara dengan getaran akibat
melintasnya sebuah truk besar bila kita berdiri di
tepi jalan raya, apakah bisa gempa Yogya tadi
menghasilkan likuifaksi di sini ? Bila kita merujuk
pada kasus gempa Loma Prieta 1989 (Mw = 6,9) di
California, radius terjauh likuifaksi terjadi adalah
sebesar 110 km dari episenter gempa. Kita logikakan
saja, dengan Mw gempa Yogya lebih kecil (6,3) bukankah
" seharusnya " radius terjauh likuifaksi < 110 km ?

(catatan : dalam perhitungan saya, jika dianggap
koefisien atenuasi gempa Loma Prieta sama dengan gempa
Yogya, dengan kedalaman hiposentrum 17 km, pada jarak
110 km dari episentrum, intensitasnya sebesar 6 MMI
dengan percepatan puncak 12,3 % G, jauh lebih besar
dari intensitas di Porong).

2. Apakah gempa Yogya bisa mereaktivasi sesar lokal di
Porong ?

Di sisi timur sesar Opak telah dideteksi ada 74 buah
sesar minor dengan panjang bervariasi antara 1 km
hingga 4 km, yang tersebar di wilayah Gunungkidul -
Klaten. Sesar minor terjauh ada di wilayah kecamatan
Bayat (Klaten). Sesar2 minor ini dipastikan merupakan
sumber2 afershocks gempa Yogya. Kalo saya menghitung
dengan persamaan empirisnya Ambrosey dan Zatopak
(1968, saya kutip dari artikelnya Dr. George Pararas
Carayannis) mengenai hubungan antara panjang sesar (L)
dan magnitude gempa (M) : log L = 1,13 M + K, dimana
untuk gempa Yogya K = - 5,34 (dengan Mw = 6,3 dan L =
60 km), maka jika sesar minor memiliki panjang (L) 1 -
4 km, gempanya memiliki magnitude (Mw) 4,7 - 5,3.
Masalahnya sekarang, jika gempa Yogya memang mampu
mereaktivasi sesar lokal di Porong, tidak bisa tidak
sesar lokal itu harus bergeser bukan, meski nilai
pergeserannya mungkin sangat kecil hingga tidak
menimbulkan retakan di permukaan tanah. Mari kita
berandai-andai, anggaplah pergeseran tersebut meliputi
segmen sepanjang 1 km dalam sesar lokal itu, maka "
seharusnya " sudah diiringi gempa dengan Mw = 4,7.
Jika segmen yang bergeser hanya 200 m, gempa yang
terjadi memiliki Mw = 4,1. Bukankah moment magnitude
(Mw) sebesar ini masih bisa dideteksi dengan mudah
oleh seismograf2nya BMG dan USGS. Apalagi USGS memberi
batasan hanya gempa2 dengan Mw > 3,5 saja yang akan
didokumentasikan. Sementara, sejauh yang saya tahu,
stasiun2 BMG di Surabaya
dan Karangkates hanya melaporkan adanya guncangan
akibat gempa Yogya saja, namun tidak menyebutkan
adanya gempa lain atau aftershocks dengan episentrum
di sekitar Porong.

3. Apakah energi gempa Yogya dirambatkan oleh sesar2
hingga sampai ke Porong
?

Ini masih terkait dengan pertanyaan no. 2. Mengikuti
pendapat pak Awang dan pak Andang, saya mencoba
menarik garis imajiner terusan sesar Opak ke arah
timur laut. Saya juga mencoba menarik garis imajiner
yang menghubungkan sumur Banjar Panji 1 - Purwodadi -
Mojokerto - Sangiran, titik2 dimana terdapat mud
volcano atau sumber air asin. Hasilnya bisa dilihat
pada gambar " situasi bp1 sangiran.jpg ".
Menarik sekali bahwa garis imajiner yang menghubungkan
Banjar Panji 1 - Purwodadi - Mojokerto - Sangiran
ternyata menyusuri sisi selatan Pegunungan Kendeng,
dimana menurut van Bemmelen disini terdapat " sesar
Simo " yang longitudinal terhadap pulau Jawa.
Sementara garis perpanjangan sesar Opak, justru
melintas amat jauh terhadap Porong. Perpanjangan sesar
Opak justru melintasi sesar pembatas Bawean High -
Tuban Graben di Laut Jawa. Menarik juga, bahwa
lintasan perpanjangan sesar Opak di Pegunungan Kendeng
dan geosinklin Jawa utara ditandai dengan banyaknya
sesar2 lokal yang orientasinya sebagian besar paralel
dengan sesar Opak.
Dalam pendapat saya, koq tidak ada ya hubungan segaris
antara mud volcano di Porong dengan sesar Opak.
Terkecuali jika dikatakan sesar Opak yang berarah
barat daya - timur laut ini bersambung dengan " sesar
Simo " yang berarah barat - timur, dimana titik
persambungannya ada di sekitar Sangiran. Namun,
logikanya, jika hal seperti itu yang terjadi,
seharusnya terdeteksi juga aftershock di sepanjang "
sesar Simo " bukan ? Karena energi gempa Yogya "
seharusnya " merambat di sini.
Apalagi menurut van Bemmelen, sesar Opak adalah bagian
dari sesar transversal yang membelah Jawa dari selatan
ke utara. Sesar transversal ini (saya
mengistilahkannya dengan " sesar besar Jawa Tengah ")
menjadi tempat berdirinya gunung2 api Merapi, Merbabu,
Telomoyo, Ungaran hingga berakhir pada sesar Glagah di
utara. Memang sesar besar ini juga berpotongan dengan
perpanjangan " sesar Simo ", namun titik potongnya
jauh di utara dari sesar Opak, di tempat yang sekarang
menjadi kerucut Gunung Merapi. Sesar Opak justru
berpotongan dengan sesar longitudinal dari sisi utara
Pegunungan Selatan (Pegunungan Sewu) di sekitar
Prambanan, dan dari sini saya bisa memahami mengapa
sesar2 minor produk gempa Yogya kebanyakan ada di
Gunungkidul utara dan Klaten dengan sebagian besar
berarah arah barat laut - tenggara, sehingga salah
satu daerah yang kerusakannya sangat parah (selain
Parangtritis - Prambanan) adalah Kecamatan Gantiwarno
- Wedi - Bayat (sebelah tenggara Prambanan). Gambaran
tentang sesar besar Jawa Tengah ini
bisa dilihat di " sesar besar jawa tengah.jpg ".

4. Jika gempa Yogya menyebabkan mud volcano di Porong,
mengapa gempa yang sama juga tidak menyebabkan
peningkatan aktivitas mud volcano Bledug Kuwu atau
membangkitkan kembali aktivitas Sangiran Dome ?

Apalagi dua tempat terakhir itu lebih dekat terhadap
pusat gempa dibanding Porong. Dan sejauh ini tidak ada
peningkatan jumlah lumpur di Kuwu ataupun bangkitnya
kembali Sangiran Dome. Peningkatan aktivitas hanya ada
di Gunung Merapi dan ini bisa dipahami mengingat dari
Prambanan ke arah utara ada sesar yang langsung menuju
ke Merapi. Sehingga rambatan energi gempa Yogya,
setelah melintasi sesar Opak, sangat mungkin berbelok
menyusur sesar tadi,sehingga dapur magma Merapi
menerima tambahan energi.

***

Saya merasa, mengaitkan gempa Yogya dengan mud volcano
di Porong jauh panggang dari api. Gempa memang punya
kemampuan likuifaksi, tapi
jangkauannya juga terbatas. Apalagi, merujuk hasil
penelitian BMG seperti dipaparkan Tiar Prasetya,
gelombang primer dalam gempa Yogya tidak merambat
homogen ke segala arah, tetapi terkutubkan
(terpolarisasi) hingga seakan-akan membentuk pola
bunga melati. Pengutuban ini menjadi faktor penjelas
mengapa kerusakan parah - selain di sepanjang jalur
sesar Opak - hanya dialami sebagian kota Yogya ,
tepatnya mulai dari kompleks kampus IAIN dan
Tamansiswa ke arah timur. Bagian barat kota Yogya,
demikian juga dengan kecamatan Gamping, Sedayu dan
Sentolo, relatif mengalami kerusakan ringan.
Jalur kerusakan berat ke barat menghampiri Srandakan -
Purworejo dan ke timur melintasi Pacitan. Kalo sumbu
polarisasi ke timur ini diteruskan,
posisinya juga jauh dari Porong, pak Rovicky.

Demikian pendapat dan pertanyaan saya pak Rovicky.
Matur nuwun atas pencerahannya.

Wassalamu'alaykum


Ma'rufin

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com



--
http://rovicky.wordpress.com/

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke