Atau kira kira 3,5 M$ , sudah bisa untuk modal bikin perusahaan baru , gara
gara 1 sumur.
Dikatakan diberita itu Kalau sampai Lapindo Bangkrut , maka tanggung jawab
ke Pemrintah / BP Migas  yang nantinya ujung ujungnya minta duitnya ke APBN
, padahal dana di APBN untuk Bencana Alam saja tinggal 400 M
Dalam wawancara kemarin di TV melihat kasus porong ini  ada Pakar lingkungan
yang mengusulkan adanya Palarangan ( dituangkan  dlm UU  ) untuk melarang
kegiatan eksplorasi / pemboran diarea dekat pemukiman penduduk , kalau ini
terjadi bisa bisa  kegiatan eksplorasi di Jawa ini akan distop.... ......
dan kelihatannya statmen tsb banyak juga yg mendukung.( dr pernyataan
pernyataan yg lain )

Ismail Zaini


----- Original Message ----- 
From: "OK Taufik" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Saturday, August 12, 2006 11:35 AM
Subject: [iagi-net-l] BERIKUT ARTIKEL TENTANG KERUGIAN AKIBAT LUMPUR PANAS:


> BERIKUT ARTIKEL TENTANG KERUGIAN AKIBAT LUMPUR PANAS:
>
> Jakarta - Surya.co.id <http://surya.co.id/>
> Kerugian yang diakibatkan semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas Inc
> di Porong, Sidoarjo, diperkirakan bisa menembus Rp 33,27 triliun.
> Menurut Greenomics, sebuah LSM lingkungan hidup, angka itu mencakup
> kerugian yang harus ditanggung untuk memulihkan lagi (restorasi) 180
> hektare lebih lahan yang tergenang lumpur, penanganan sosial, ekologi
> sampai dampak terhambatnya potensi pertumbuhan ekonomi dan bisnis
> warga dan dunia usaha yang menjadi korban luapan lumpur
>  panas.
> Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi mengatakan,
> nilai kerugian masih bisa lebih besar lagi jika terjadi eskalasi
> dampak turunan luapan lumpur dalam jangka menengah dan panjang.
> Perhitungan yang dibuat Greenomics sendiri masih menghitung kerugian
> jangka pendek (lihat tabel, Red).
> Elfian menyebutkan, kerugian yang bersifat 'segera' meliputi biaya
> penanganan sosial dan pembersihan lumpur. Biaya yang dibutuhkan
> diperkirakan mencapai Rp 7,96 triliun. Sementara, biaya yang sifatnya
> 'sudah terjadi' adalah hancurnya ekologi akibat semburan lumpur panas
> yang diperkirakan mencapai Rp 4,63 triliun.
> Salah satu komponen biaya yang harus segera dikeluarkan cepat setelah
> lumpur panas tersebut sudah dalam kondisi 'telah dibersihkan' adalah
> biaya restorasi lahan. "Itu merupakan biaya pemulihan lahan menjadi
> areal produktif kembali. Biaya restorasi saja akan mencapai Rp 3,97
> triliun," kata Elfian dalam diskusi membahas Kelayakan Kegiatan
> Penambangan Migas di Pulau Jawa, di Jakarta, Senin (7/8).
> Hadir dalam diskusi ini antara lain ahli geologi Andang Bachtiar, ahli
> migas Dradjad Zahar dan pengamat ekologi, Hendra Yanto.
> Elfian menyebutkan, jika Lapindo harus mengeluarkan ganti rugi sebesar
> ini, perusahaan anak usaha PT Energi Mega Persada (EMP) Tbk ini bisa
> langsung bangkrut. "Bakrie (induk usaha EMP) dan Lapindo akan
> bangkrut. Tapi bagaimanapun itu adalah tanggung jawab Lapindo, karena
> munculnya semburan itu akibat kelalaian prosedur yang disengaja oleh
> operator Lapindo," kata Elfian.
> Ahli geologi Andang Bachtiar menyatakan, jika Lapindo sampai bangkrut,
> maka tanggungjawab berikutnya sampai pada pemerintah. Dalam hal ini
> adalah Badan Pelaksana Hulu Migas (BP Migas) sebagai lembaga pemegang
> kuasa pertambangan mewakili pemerintah.
> Pengamat migas Dradjad Zahar menyarankan agar pemerintah
> menginvestigasi sejauh mana penutupan asuransi atas proyek pengeboran
> Sumur Banjar Panji I milik Lapindo di Porong itu. "Investigasi itu
> penting agar kita tahu seberapa jauh pihak asuransi mampu meng-cover
> risiko yang sekarang terjadi. Bagaimana realisasi ganti ruginya ke
> masyarakat yang jadi korban," ujarnya.
> Tuntas Agustus
> Dalam kesempatan terpisah, Pemerintah kemarin menargetkan semburan
> lumpur panas di Porong akan tuntas akhir Agustus 2006. Penegasan itu
> disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo
> Yusgiantoro usai mendampingi Wapres Jusuf Kalla menerima Chairman dan
> CEO Conoco Philips, James Mulva, dan sejumlah perwakilan Conoco
> Philips Indonesia. "Target waktu kita akhir bulan ini," ujarnya.
> Namun ia menegaskan, target ini bukan harga mati. Alasannya, kendala
> di lapangan yang dihadapi Lapindo dan BP Migas sangat pelik. "Kita
> berhadapan dengan sumber semburan lumpur yang kedalamannya mencapai 9.
> 000 kaki di bawah perut bumi atau 3.000 kaki di bawah permukaan laut,"
> ujar Purnomo.
> Ia menegaskan, sejauh ini telah dilakukan upaya penghentian semburan
> dengan mengerahkan snubbing unit ditambah metode relief well
> (melakukan pemboran dari lubang lain menuju lubang sumur lama). Meski
> begitu, tim yang diturunkan masih belum menemukan sumber semburan.
> "Kami sudah coba membunuh itu dengan operasi snubbing, tetapi ternyata
> tidak bisa dilakukan," ujar Purnomo.
> Purnomo menjelaskan, hari-hari ini tim akan kembali menurunkan alat
> pendeteksi sumber semburan lumpur karena intensitas semburan saat ini
> semakin meninggi. Genangan lumpur pun semakin menggunung. Tim juga
> akan mencari kemungkinan fenomena lain penyebab semburan, selain
> karena faktor salah prosedur pengeboran oleh Lapindo seperti dugaan
> yang berkembang selama ini. "Kita sedang teliti, apakah memang karena
> pengeboran Lapindo. Dia memotong lapisan yang namanya lapisan tekanan
> tinggi yang kemudian menyembur lewat patahan-patahan, lalu terjadilah
> luapan lumpur. Atau apakah ada fenomena lain, " katanya.
> Skenario Gagal
> Sementara itu, tanggungjawab banjir lumpur bisa beralih dari PT
> Lapindo kepada pemerintah, jika dua skenario yang dipersiapkan untuk
> menghentikan semburan lumpur (blow out) itu gagal. Sinyalemen itu
> disampaikan Ketua Tim Independen, Dr Ing Ir Rudi Rubiandini RS, dalam
> jumpa pers di Hotel Shangri-La Surabaya, Senin malam.
> "Jika dua skenario yang kami persiapkan itu gagal, berarti blow out
> lumpur bukan berasal dari pengeboran sumur minyak. Melainkan banjir
> berasal dari tempat lain, mungkin karena kondisi geologis alam," kata
> Rudi. "Kalau banjir lumpur bukan dari sumur minyak, maka itu
> tanggungjawab pemerintah," imbuhnya.
> Rudi mengatakan tim independen hanya memiliki tiga skenario untuk
> menghentikan semburan lumpur. Skenario I dengan pemasangan snubbing
> unit, skenario II pemasangan Rig OW milik Pertamina berkekuatan tekan
> 700, skenario terakhir dengan pemasangan alat di tempat yang agak jauh
> dari pusat sumur minyak.
> "Tiga skenario itu kami buat dengan asumsi blow out dari sumur
> pengeboran. Di luar skenario itu saya tidak punya mind set yang lain,"
> kata Rudi.
> Mengenai target waktu dalam penyelesaian skenario itu, menurut Rudi
> untuk skenario diperkirakan bisa diketahui hasilnya sekitar September.
> Sedangkan skenario III diperkirakan bisa selesai Oktober 2006.
> "Skenario II dan Skenario III dikerjakan secara bersamaan. Skenario
> sudah kita nyatakan gagal," tegas Rudi.
> Di tempat sama, Kepala BP Migas Kardaya Warnika memberi kesempatan
> kepada Lapindo untuk menghentikan semburan lumpur sesuai arahan dari
> Rudi. Dengan adanya usaha tersebut, berarti Lapindo masih dalam usaha
> melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang tertuang dalam kontrak kerja
> antara Lapindo dengan BP Migas.
> Kendati demikian, Kardaya tidak menutup kemungkinan menghentikan
> aktivitas Lapindo dengan cara membatalkan kontrak Lapindo, jika
> perusahan itu terbukti bersalah dan tidak bisa menyelesaikan
> tanggungjawabnya. "Dalam kontrak kerja terdapat klausul tentang
> perselisihan antara Lapindo dengan BP Migas. Dalam kondisi itu maka
> yang memutuskan nantinya adalah peradilan arbitrase," terang Kardaya.
> Dalam hal menemukan kesalahan Lapindo, BP Migas menunggu laporan tim
> independen maupun adanya pengusutan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
> (PPNS). "Dasar BP Migas untuk mengajukan ke arbitrasi dari temuan tim
> independen dan PPNS," tukasnya. jbp/fin/ton
>
>
>
>
> >
> >
>
>
> -- 
> OK TAUFIK
>


---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke