Saya membayangkan ban mobil yang dipompa dengan keras.
Sampai tekanan tertentu pembesaran volume terjadi,
tetapi bila terus dipompa, tekanan masih dapat naik
sedang volume ban tetap.

Demikian pula pada kasus semburan lumpur itu. Bila
kondisinya sebanding maka keluarnya lumpur itu
sebanding pula dengan keluarnya angin dari dalam ban
mobil yang dipompa dengan keras. Jadi perubahan volume
ruang yang terjadi karena keluarnya lumpur itu relatif
kecil, dan interaksi dinding-dinding ruang yang ada
dapat mencegah terjadinya collapse. Apalagi letak
sumber lumpur yang cukup dalam (berapa dalam ?).
Meskipun demikian, tidak ada salahnya bila sejak dini
sudah dipelajari dan dilakukan pemantauan terhadap
kemungkinan terjadinya collapse.

Salam,
WBS



--- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kalau lumpur ini dibuang, lantas material apakah yg
> nantinya
> menggantikan volume yg dibuang ini ?
> Secara natural tentunya ada "supply - demand", kalau
> dibawah terambil
> harus ada yg menggantikan, lah kalau dibuang ke laut
> trus apakah
> membiarkan terbentuk cekungan karena nantinya
> terbentuk "crater"
> (collapse) ?
> 
> rdp
> 
> On 8/15/06, wahyu budi <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> > Ya. Tulisan saya sebelumnya dibuat dengan asumsi
> > lumpur dibuang ke perairan Selat Madura. Di
> perairan
> > selat itu, berdasarkan pada kedalamannya, tidak
> akan
> > dijumpai termoklin.
> >
> > 1. lumpur bisa dipompakan ke laut dalam, sampai di
> > bawah zona termoklin. Tetapi itu berarti harus
> > membangun pipa ke Samudera Hindia di selatan yang
> > panjangnya mungkin mencapai 75 km.
> >
> > 2. bisa juga diangkut dengan tongkang lalu di
> lepas ke
> > laut lepas. Untuk ini juga hanya mungkin di
> lakukan di
> > Samudera Hindia. Ini juga berarti harus menarik
> sekian
> > ribu tongkang.
> >
> > 3. pengeringan juga bisa, tetapi volumenya yang
> sangat
> > besar juga perlu diperhitungkan.
> >
> > Dengan berbagai alternatif itu, selain masalah
> biaya
> > yang harus dikeluarkan, hal yang juga perlu
> diingat
> > adalah masalah waktu, yaitu bahwa:
> >
> > 1. kita belum tahu kapan semburan lumpur itu akan
> > berhenti. Sehingga kita juga belum tahu berapa
> banyak
> > lumpur yang akan kita buang dan berapa lama.
> >
> > 2. kita berpacu dengan kemungkinan datangnya hal
> hang
> > lebih buruk bila musim hujan tiba.
> >
> > Rasanya perlu juga dipikirkan bila ternyata
> semburan
> > lumpur itu "permanen".
> >
> > Salam,
> > WBS
> >
> >
> > --- Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> >
> > > atau mungkin bisa di pompa ke laut dalam
> (seperti
> > > tailing tambang newmont  nusa tenggara gitu)...
> > > tinggal hitung-2an saja, mana yang paling murah,
> > > paling kecil dampaknya, dan bisa dilakukan
> dengan
> > > mudah dan cepat (yang paling feasible)...
> > >
> > > Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> > > Mas Budi,
> > >   misalnya lumpur yang seabreg itu (yang water
> > > content-nya diatas 70%) itu dikeringkan, lantas
> sisa
> > > solid yang ada unload di laut yang lebih lepas
> jauh
> > > dari kawasan budidaya (tambak dsb) .....apa
> tidak
> > > memungkinkan?.... (anggap saja kayak bawa
> batubara
> > > dari Kaltim, tapi dilepas dilautan lepas, jauh
> dari
> > > batas thermoklin) ..... itu juga kalau mau
> dibuang,
> > > atau barangkali malah bisa dijual ke
> Singapore....
> > > jadi gak perlu ngeruk dari pasir Riau atau
> > > dimanfaatkan lebih serius lagi sebagai
> sumberdaya
> > > baru, misalnya jadi bahan batubata.
> > >
> > >   kayak2nya dengan de-watering (pengeringan) -
> masak
> > > teknologi dan modal kuat gak mampu menangani
> sih-
> > > dan dilakukan simultan oleh beberapa tim
> permukaan,
> > > misalnya :
> > >   1. Tim-1 : menangani lumpur yang saat ini
> existing
> > > keluar, asumsi 50.000 M3 per hari.
> > >   2. Tim-2 : Menangani lumpur yang sudah
> terlanjur
> > > nyebar berjuta meter kubik itu, dikeringkan
> juga.
> > >
> > >   Asalkan kita gak buru-buru bilang "susah",
> rasanya
> > > kok seberapa truk, berapa tongkang, berapa
> banyak
> > > "kompor" untuk nguapin air dari lumpur, dsb...
> pasti
> > > bisa dihitung.... dan jangan-jangan jauh lebih
> murah
> > > dari pembiayaan selama ini. Syaratnya satu :
> Asal
> > > mau, dan yang mau ya kudu kompak dari berbagai
> macam
> > > pihak, baik pemerintah, baik lapindo, baik
> > > masyarakat..... atau pilihannya adalah tiap hari
> > > kita saksikan kesedihan masyarakat sekitar yang
> > > semakin perih.
> > >
> > >   Setelah beres urusan permukaan, putuskan
> > > penanganan dengan mengkaitkan fakta bawah
> > > permukaannya.
> > >
> > >   salam,
> > >   ar-
> > >
> >
> >
> > >
> > > wahyu budi  wrote:
> > >   Ide untuk membuang lumpur porong ke laut mulai
> > > memuncak. Ada pihak yang setuju dan ada pihak
> yang
> > > tidak setuju.
> > >
> > > Secara geologis, pembuangan lumpur tersebut ke
> > > sungai
> > > atau laut tidak menjadi masalah, karena itu
> hanya
> > > sedimen biasa. Tetapi kita perlu melihat hal
> lain,
> > > yaitu penduduk atau masyarakat yang hajat
> hidupnya
> > > berkaitan dengan sumberdaya hayati di pantai dan
> > > perairan pesisir atau laut.
> > >
> > > Secara sederhana, bila lumpur itu dibuang ke
> laut
> > > yang
> > > terjadi adalah munculnya kekeruhan yang sangat
> > > tinggi
> > > di perairan pantai atau pasisir. Hal ini dapat
> > > dipandang sebagai pencemaran oleh muatan
> sedimen.
> > > Dampak negatif dari hal itu secara ekonomi bagi
> > > nelayan atau petani tambak adalah:
> > >
> > > 1. Tambak tidak dapat dioperasikan, karena
> tambak
> > > membutuhkan air laut yang baik. Kita perlu
> > > menghitung
> > > berapa luas tambak yang akan terpengaruh dan
> > > nilainya.
> > >
> > > 2. Kekeruhan perairan yang tinggi menyebabkan
> tempat
> > > hidup ikan rusak dan ikan-ikan akan lari
> menjauh.
> > > Dari
> > > sisi nelayan, hal ini berarti kerusakan daerah
> > > penangkapan ikan mereka. Akibatnya, para nelayan
> > > harus
> > > mencari ikan ke daerah yang lebih jauh lagi
> (yang
> > > berarti tambahan biaya operasional). Kita perlu
> > > menghitung dimana dan berapa luas daerah
> penangkapan
> > > ikan yang akan terpengaruh.
> > >
> > > Hal yang penting dilakukan sebelum membuang
> lumpur
> > > itu
> > > ke laut atau sungai adalah mempelajari hal
> berikut:
> > >
> > > 1. Pola arus dan gelombang, yang akan menentukan
> > > arah
> > > penyebaran dari lumpur tersebut setelah masuk ke
> > > laut.
> > > Dari sini bisa diperoleh gambaran daerah-daerah
> yang
> > > akan terkena dampak.
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke