Terimakasih atas pencerahannya..
   
  Penurunan kualitas akibat pencampuran airtanah di dalam sumur merupakan hal 
yang sering terjadi. Tapi pencemaran suatu sistem airtanah yang bersumber dari 
sumur `campuran` ini merupakan hal yang menarik. Sumur yang awalnya berkualitas 
baik tiba-tiba tidak dapat digunakan lagi akibat tetangga sebelah `salah` 
membor. Ini bisa menjadi masukan juga untuk pasal-pasal bagi  pembuatan KUHP 
geosains ... :p
   
   
  Salam,
  Fajar (1141)

Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  saya kasih contoh yang di jabotabek aja ya..
kalau tinggal di daerah yang di daerah Jabotabek, banyak sekali tanah yang 
dibangun perumahan tersebut adalah dulu tanah yang rendah misalnya rawa2 lalu 
ditimbun.
biasanya timbunan nya cukup tinggi, sehingga bisa saja ada air yang 
terperangkap diantara timbunan atau dekat sekali dari permukaan asal.
nah air ini asalnya dari permukaan yang tidak jauh saja. jadi filtering effect 
dari sandstone yang dilalui (kalau lewat sandstone) kecil sekali.
Hal lain yang bisa terjadi pada air ini adalah pencemaran akibat pembusukan 
bahan2 organic yang dulu ada dipermukaan sebelum ditimbun.
Kejadian yang terjadi di perumahan tempat tinggal saya yang dulu. ada yang mem 
bor kedalam sekitar 30 meteran, tanpa ada casing yang memadai di bagian atasnya.
dan ini bukan sumur artesis, akibatnya air yang dari atas yang "kotor" 
tercampur dengan air yang dari aquifer yang dibawahnya.
air ini juga masih mengandung bakteri pembusuk selain tinggi kadar Fe nya.
jadi lah air yang disekitar 30 an meter kedlamannya tercemar juga.

waktu itu tidak semua perumahan tercemar, hanya yang ambil dari aquifer 
tersebut. ini bukan sumur artesis dan perlu jet pump untuk ambil air tersebut.

hal yang sama juga mungkin terjadi di tempat lain kalau mengambil air yang 
dalam karena air yang dangkal "jelek" mutunya.

fbs




 
---------------------------------
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

Kirim email ke