----- Original Message ----- 
From: Rudi Rubiandini R.S. 
To: Yahdi Zaim ; R.P. Koesoemadinata 
Sent: Wednesday, February 28, 2007 1:09 PM
Subject: Re: Info Lumpur Lapindo


Pa Zaim & Pa Koesoema yang saya banggakan,

Mohon diforward ke Millis IAGI, kalau berkenan.

Sebagai penjelasan bahwa Relief Well yang pernah ada dalam koridor timnas 
adalah R1, baru sampai kedalaman 3600 feet, R2 baru sampai kedalaman 1170 feet. 
Untuk diketahui bahwa R1 Secara aktif baru bekerja selama 2 bulan, sedangkan R2 
baru 2 minggu (!), karena banyak hal-hal non-teknis yang tidak perlu saya 
sebutkan. 

Jadi, Kegiatan Relief Well yang tujuannya sampai kedalaman dibawah 7000 feet  
dan kemudian menginjeksikan lumpur berat sebesar minimal 22 ppg BELUM SELESAI 
dilakukan.

Kemudian seolah-olah itu menunjukan KEGAGALAN Relief Well, mohon maaf jangan 
dipakai sebagai peluru untuk menghentikan Usaha-usaha yang sifatnya SOLUSI 
seperti Relief Well oleh orang-orang yang takut kalau Erupsi DAPAT DIMATIKAN.

Penyebab dihentikannya kegiatan relief well karena DANA CASH yang tersedia 
sudah Cekak, sementara pemerintah belum siap 1 rupiah pun untuk berusaha 
mematikan Semburan.

Jadi,......... siapa bertanggungjawab kalau akhirnya erupsi ini berjalan sampai 
puluhan tahun ? kalau aklhirnya menutup lahan lebih dari ribuan Hektar, dan 
kalau akhirnya memutus kehidupan beratus-ratus ribu masyarakat tidak bersalah ?

Apakah kita TEGA berpangku Tangan, sebagai penonton tanpa solusi ? 
Apakah kita dengan SADAR membiarkan suatu kejadian di depan mata, sementara 
kita memiliki kemampuan untuk melakukan SESUATU ?

Ampunilah kami yang Alloh atas kekhilafan kami, semoga engkau memaafkan kami 
semua . . .  Amin

Salam,
Rudi Rubiandini R.S.


  ----- Original Message ----- 
  From: Yahdi Zaim 
  To: Rudi Rubiandini R.S. 
  Sent: Wednesday, 28 February, 2007 11:24
  Subject: Re: Info Lumpur Lapindo


  Ass.W.W.,

  Terima kasih Pak Rudi, emailnya sudah saya terima dan saya terus mengikuti 
masalah2 LUSI
  Terlampir di bawah ini saya forwardkan respon tentang surat terbukanya Pak 
Koesoemadinata serta ketidak hadiran Pak Rudi dalam workshop

  Wassalam,

  Zaim



  ----- Original Message ----- 
  From: "Syamsu Alam" <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <iagi-net@iagi.or.id>
  Sent: Wednesday, February 28, 2007 7:43 AM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2)



  Pak Koesoema Yth,

  Terimakasih atas email yang disampaikan (Surat Terbuka Kepada Ketua Umum
  IAGI)ke mailing list IAGI. Saya merespon surat bapak bukan atas nama
  Ketua Umum IAGI, dan mohon maaf kalau baru dapat merespon sekarang.
  (Sedih juga
  mendengar bapak tidak dapat tidur beberapa hari).

  Mengenai pandangan Pak Koesoema tentang  workshop tersebut saya kira
  itu sahih saja, namun ada beberapa hal yang ingin saya respon.

  1. Dr. Rudy Rumbiandini tidak hadir dalam acara tersebut. Sepanjang
  yang 
  saya ketahui, panitia telah mengundang bukan saja Dr. Rudy
  tetapi seluruh team pakar dalam "Timnas". Barangkali memang bukan
  sebagai pembicara, namun jika beliau hadir tentu dapat
  memberikan kontribusi/pandangannya tentang "Lusi" (note: Dr. Rudy
  juga sudah pernah diundang sebagai pembicara dalam diskusi Lusi yang
  diadakan IAGI di Sahid Htl beberapa bulan yang lalu).

  2. Richard Davies hadir (walaupun mungkin tidak diundang oleh
  penyelenggara). Dia beberapa kali melayangkan pertanyaan walaupun
  barangkali tidak mendapatkan jawaban yang memuaskannya, namun opininya
  telah dimuat di "The Jakarta Post", Friday, February 23, 2007, di
  halaman depan). Saya akan quote beberapa statementnya,
  a. mengenai penyebab semburan Lumpur: "The chance that the
  mud erupted because of the drilling activities is 90
  percent. I feel quite strongly about this", dia juga
  menambahkan: "the chance of the mud volcano being triggered
  by an earlier earthquake in Yogyakarta was 1 to 2 percent,
  while the chance that both drilling activities and
  the earthquake played a role was 8 percent".
  Dari statement tersebut jelas dia masih mengatakan
  adanya peran drilling dan gempa (tectonic
  forces?)sebagai penyebab semburan walaupun persentasinya
  berbeda. 

  b. Mengenai usaha penghentian semburan:
  "any efforts to stop or curb the mudflow would be highly
  dangerous", dia juga menambahkan: "People should just leave the
  (mud volcano) alone. The embangkment is dangerous. If it
  collapses, it could create an intense hazard".
  Untuk hal ini kelihatannya ada kesamaan pendapat antara
  Davies dengan statement yang telah disampaikan oleh kawan-kawan
  dari IAGI. Penanganan Lumpur dipermukaan, terutama yang
  menyangkut masalah social perlu menjadi prioritas.

  3. Pak Koesoema mengatakan:" Untuk menentukan 'the smoking gun'
  dalam masalah LUSI dan sekali gus menghentikan semburan mungkin
  satu-satunya adalah dengan melakukan pemboran relief well yang
  langsung ditujukan kepada lubang bor pas di atas top Kujung
  atau gejala apapun yang telah menyebabkan loss & kick, dengan
  hypothesa kerja bahwa penyebab semburan lumpur itu adalah air dari
  Kujung atau reservoir apapun. Mengenai kemampuan teknik pemboran untuk
  melakukan itu dan 
  mampu mem-pint-point' tepat pada lubang bor di kedalaman 9000
  kaki dan dari jarak mungkin lebih dari 500 m (di luar daerah
  amblasan) saya tidak berkomentar karena itu merupakan kompentensi dari
  pakar teknik pemboran. 
  Kalau usaha ini berhasil menyetop semburan lumpur, maka hipotesa
  kerja 
  terbukti dan 'the smoking gun' diketemukan, namun jika tidak
  berhasil 
  menghentikan, kontroversi tidak akan berakhir, karena orang bisa

  berargumentasi bahwa kekhilafan operasi pemboran hanya penyebab
  permulaan (initial cause) dari semburan lumpur dan selanjutkan memicu
  rekahan pada Formasi Kunjung  sehingga menjadi liar. Untuk pembuktian
  hipotesa ini dengan relief well akan memakan biaya USD 50 juta.
  Mungkin instansi/ masyarakat ilmiah di luar negeri  mau dan dapat
  menggalang dana sebesar itu untuk membuktikan suatu hipotesa sebagai
  mana dilakukan pada masalah penyebab tsunami di Aceh?"

  Beberapa poin yang ingin saya respon:
  a. Untuk menentukan pemicu, menurut hipotesa Pak Koesoema
  "mungkin" satu- satunya adalah relief well yang langsung
  ditujukan kepada lubang bor. Bukankah usaha ini telah
  dilakukan Timnas dengan 
  Dr. Rudy sebagai salah satu pakarnya?, dan hasilnya juga
  telah kita ketahui bersama?

  b. Untuk membuktikan hipotesa tersebut dan sekaligus usaha
  mematikan semburan Lumpur tentunya diperlukan tidak
  hanya 1 relief well (mungkin saya keliru) dan biaya 1 well USD `
  50 juta. Kalau kita merefer ke email di mailing list iagi yang
  saya baca sepintas, kasus semburan lumpur di Brunei dapat
  dihentikan dengan melakukan relief/killing (?) well sebanyak 20
  buah. Jumlah sumur barangkali dapat saja berbeda karena akan
  tergantung kondisi subsurface di sekitar struktur Banjarpanji.
  Implikasinya, tentu saja kita tidak cukup menggalang
  dana USD 50 juta. Kalau merefer ke Brunei 20 x 50 juta = USD
  1,000.00 juta,
  "is a huge number".

  4. Mohon maaf kalau kepanjangan dan mengganggu kawan-kawan yang
  kurang berkenan.

  Wassalaam,
  alam










  -----Original Message-----
  From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Sunday, February 25, 2007 1:41 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2)

  SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (2)


  Deleted......
  .....
  Mengenai sumber air ini masih juga ada yang berpendapat bahwa lumpur ini
  berasal dari overpressured shale yang diyakini semua orang keberadaannya
  jauh di atas formasi Kujung, namun berdasarkan analisa penampang seismic
  dibantah oleh Dr. Alam sebagai mud diapir. Dr. Adriano Mazzini  dari
  Oslo
  University masih berpandangan bahwa sumber lumpur ini adalah dari
  overpressured shale ini, tetapi ketika ditanyakan oleh Richard Davies
  bagaimana begitu banyak air dapat dihasilkan dari overpressured shale
  ini,
  mengingat shale adalah impermeable, yang bersangkutan menghindar untuk
  menjawabnya dengan dalih pertanyaannya tidak jelas. Namun suatu hal
  penting
  yang dikemukakannya adalah bahwa cekungan Jawa Timur adalah matang
  (ripe)
  atau rawan terjadinya gunung api lumpur dibuktikan dengan adanya
  overpressured shales dan banyaknya gunung api lumpur, tanpa pemboran
  (atau
  gempa) pun gunungapi lumpur dapat terjadi sewaktu-waktu. Mengenai
  kayanya
  cekungan Jawa Timur Utara juga telah dibahas oleh Dr. Djajang  Sukarna,
  Kepala Badan Geologi, dalam keynote speech nya

  ........deleted

    ----- Original Message ----- 
    From: Rudi Rubiandini R.S. 
    To: Yahdi Zaim ; Wiratman_Wangsadinata/Wiratman_&[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; Sonny Winardhi ; Ucok ; Taufan Marhaendrajana ; Sutopo ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; Sugembong.CF ; Sudjati Rachmat ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; Society of Petroleum Engineers ITB ; [EMAIL 
PROTECTED] ; Slamet Wibisono ; seminarnasional sipilftui ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; prismono ; Rachmat 
Priatna ; Gde Pradnyana ; Pradiwanto ; [EMAIL PROTECTED] ; nenny miryani ; 
[EMAIL PROTECTED] ; Nazimudin M Trisakti ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; LEONY AURORA, BLOOMBERG/ NEWSROOM: ; R.P. 
Koesoemadinata ; Kersam Sumanta ; [EMAIL PROTECTED] ; IATMI Pusat ; [EMAIL 
PROTECTED] ; Harry Eddyarso ; Harry Eddyarso ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; Dwiharso 'Nuki' Nugroho ; [EMAIL PROTECTED] ; Panitia Diskusi 
Publik ; cornell syarief prawira ; [EMAIL PROTECTED] ; Budianto Toha ; Abdul 
Mu'in ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; Amir Hamzah ; [EMAIL PROTECTED] 
; Dr_agus supangat ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
    Sent: Wednesday, February 28, 2007 9:58 AM
    Subject: Fw: Info Lumpur Lapindo



    For your information,

    Salam,
    Rudi Rubiandini R.S.


----------------------------------------------------------------------------


    Internal Virus Database is out-of-date.
    Checked by AVG Free Edition.
    Version: 7.5.441 / Virus Database: 268.17.32/677 - Release Date: 2/8/2007 
9:04 PM

Kirim email ke