Pak Achmad Luthfi ternyata sebagai seorang Ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) kurang teliti didalam menulis Respon-2 ini. Perhatikan didalam kalimat seperti tsb dibawah ini : "Kita semua tahu bahwa semburan lumpur tersebut terjadi disekitar sumur BJP-1 pada tanggal 29 Mei 2006 pagi beberapa menit setelah terjadi gempa Jogja".
Memang betul semburan lumpur panas tsb terjadi disekitar sumur BJP-1 pada hari Senin 29 Mei 2006 pagi, tetapi gempa Yogya terjadinya bukan hari Senin itu tetapi terjadinya 2 hari sebelumnya, yaitu hari Sabtu pagi2 sekali tanggal 27 Mei 2006, bisa ditanyakan kepada orang2 di Yogyakarta yang mengalami sendiri gempa itu atau data2 gempa Yogya, dimana jelas terjadinya bukan hari Senin 29 Mei melainkan hari Sabtu pagi2 tanggal 27 Mei 2006. Apakah penyebutan terjadinya gempa Yogya tanggal 29 Mei 2006, sengaja akan dihubungkan dengan awal terjadinya semburan pertama lumpur panas Sidoardjo, supaya klop dengan teori pak Luthfi, yaitu penyebab terjadinya lumpur panas adalah akibat gempa Yogya ? Tetapi sayang sekali teori itu banyak sekali kelemahannya pak (tidak didukung data yang benar). Sekian dari saya, semoga pak Luthfi maklum. Wassalam, nyoto - TG'74 On 3/13/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
RESPON-2 SURAT TERBUKA KEPADA KETUM IAGI LULA adalah sebutan lain dari LUSI yang sudah lebih dulu popular, tdk ada makna lain dibalik itu, bahkan ada yang menyebutnya LULUK (Luapan Lumpur tanpa Kendali). Melihat skala luapan LULA yang begitu dahsya tentu tidak seorangpun diantara kita ada yang pernah memperkirakan ada semburan lumpur panas yang begitu dahsyat di cekungan jawa timur laut walaupun di cekungan ini banyak tersebar mud volcano. Kita semua tahu bahwa semburan lumpur tersebut terjadi disekitar sumur BJP-1 pada tanggal 29 Mei 2006 pagi beberapa menit setelah terjadi gempa Jogja. Spontan muncul berbagai komentar yang berbuah opini dari yang berdasar scientific sampai yang non-scientific, makin hari makin kearah teknis, terbentuk opini penyebabnya adalah tidak set casing dalam selang yang panjang di BJP-1. Kalo tidak salah seminggu kemudian Menteri ESDM membentuk tim investigasi yang diketuai oleh Dr. Ir. Rudy Rubiandini (Kang Rudy). Saya sering mengikuti diskusi teknis tim-nya Kang Rudy, setelah diputuskan melakukan serangkaian pekerjaan dari mulai snubbing unit sampai relief well dan belum menampakkan hasilnya, IAGI mengundang Kang Rudy untuk jadi pembicara dalam buka puasa bersama tahun lalu di hotel Sahid, topiknya adalah hasil kerja Kang Rudy dalam upaya mematikan LULA. Kang Rudy berpendapat bahwa air (panas) bertekanan tinggi berasal dari lubang bor kedalam 9000-an kaki, air mengalir keatas melalui lubang bor menggerus shale diatasnya sehingga terjadi perlumpuran yang terus bergerak ke atas melalui zona lemah dan terus ke permukaan. Dalam kesempatan itu bagaimana kami bisa melakukan relief well sementara pantat kami (maaf ini asli ucapan Kang Rudy) dikejar lumpur panas (pemboran relief well spi kadalam 3600-an kaki gak maju2 sementara permukaan lumpur panas naik begitu cepat). Salah seorang peserta buka puasa bernama Hari (PT. Saripari) bertanya: kalau melihat volume lumpur yang keluar mencapai seratusan meter kubik, diperlukan berapa banyak pompa duplex untuk mematikan semburan mengingat kapasitas pompa jauh lebih kecil dari volume lumpur yang keluar, mungkin diperlukan puluhan pompa sekaligus. Waktu itu saya gak jelas apa jawaban Kang Rudy. Bagi yang mengikuti seminar di BPPT yang lalu, pendapat Kang Rudy tersebut mirip dengan teori satu (teori aliran) yang disampaikan/dipresentasikan oleh DR. Ir. Doddy Nawangsidi (itb) yang menyampaikan empat macam teori aliran, dengan fakta volume semburan lumpur Beliau mengemukakan bahwa teori-1, teori-2, teori-3 tidak mungkin diterapkan untuk LULA, jadi yang paling mungkin adalah teori empat, yakni lumpur panas sampai ke permukaan tidak melalui lubang bor tapi melalui rekahan yang sangat besar, saya (DR. Doddy) tidak tahu bagaimana rekahan itu terjadi apakah akibat tektonik atau bukan karena saya (DR. Doddy) bukan ahli geologi. Karena Kang Rudy sudah pernah berbicara di IAGI, teman2 panitia tidak mengundang Kang Rudy sahabat saya sebagai pembicara dalam seminar di BPPT yang lalu. Saya sangat menghargai DR. IR. Rudy Rubiandini, walaupun masih muda Kang Rudy seorang guru yang punya kompetensi tinggi dibidangnya (drilling engineering). Masih segar dalam ingatan saya dalam milis IAGI pernah heboh atas wawancara Kang Rudy dengan radio Elshinta. Bagi saya persahabatan dan kerukunan adalah nomor satu baik seprofesi maupun antar profesi, kita harus kompak begitu kata Abah Yanto melalui SMS. Untuk itu saya minta sekjen IAGI utk melakukan klarifikasi kepada Kang Rudy dan hasilnya dimuat di milis ini. Saya percaya sebagai seorang guru, Kang Rudy tidak sedikitpun berniat/bermaksud menuduh atau menjelekkan rekan lain profesi. Sayang Kang Rudy mengajukan surat pengunduran diri (surat ditembuskan ke saya, tapi saya tidak tahu apakah sudah disetujui oleh MESDM). Itulah ilustrasi pertemanan saya dengan Kang Rudy, kalau dalam seminar tersebut tidak mengundang Kang Rudy sebagai pembicara tidak ada maksud lain yang tersembunyi. DIMANA IAGI BERADA WAKTU TIM INVESTIGASI DIBENTUK? Pada waktu rapat pembentukan tim investigasi, IAGI menugaskan DR. Edy Sunardi (Ketua Departemen Pengembangan Keilmuan). Kang Edy diminta untuk menjadi anggota tim investigasi, tapi Kang Edy tidak bersedia karena sudah menjadi ketua tim IAGI untuk LULA. Apa yang dilakukan oleh tim IAGI? Tim yang dipimpin Kang Rudy bekerja di lapangan lebih dulu berfokus pada drilling engineering untuk mematikan LULA. Baru Kemudian tim IAGI melakukan observasi lapangan dan sampling lumpur. Pada saat yang sama ada tim subsurface ITS yang dipimpin oleh DR. Ir. Maki melakukan survey VFL (Very Low Frequnce) dan tim dari geofisika itb yang melakukan survey mikro seismic dan pemetaan penyebaran lumpur dengan menggunakan foto udara yang dilakukan dgn cara sederhana (pesawat mainan berkamera dikendalikan dengan remote control) semua tim bekerja 24 jam bergantian. Area survey meliputi daerah Banjarpanji dan sekitarnya. Tim IAGI, tim ITS, tim ITB melakukan diskusi secara intens di kampus ITS maupun di hotel Shangrila bersama tim Kang Rudy. ...lanjutan epilog bersambung pada surat berikutnya........TOETOEGE (Bersambung) -----Original Message----- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 25 Februari 2007 13:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI-(2) SURAT TERBUKA KEPADA KETUA UMUM IAGI (2) Di lain pihak yang sangat menarik adalah telah terungkapnya pula data pemboran yang pada waktu sebelumnya (terutama pada permulaan erupsi Lusi) tidak pernah muncul pada laporan pemboran, yaitu yaitu bahwa 10 menit setelah terjadinya gempa di Jogya, terjadi 'partial loss' dari lumpur pemboran yang teramati pada mud pit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh Dr. Doddy Nawangsidi, tetapi waktunya adalah 70 menit sesudah gempa (mungkin Pak Doddy ini keliru membaca 1 sebagai 7). Ini data yang sangat menarik karena sebelum data ini belum pernah dilaporkan dan menunggu 7 bulan untuk terungkap. Di lain pihak Dr. Nawangsidi ini menunjukkan secara kwantitafi dengan menggunakan rumus reservoir (Darcy) dengan parameter2 yang diasumsikan bagaimana tidak mungkinnya laju (rate of production) jumlah air sebegitu besar (100 sampai 160 juta meter kubik per hari?) dari satu lubang sumur yang menembus Kujung hanya 15 kaki saja.. Analisa ini tentu merupakan pukulan, paling tidak renungan, bagi mereka yang berpendapat bahwa gunung api lumpur ini bersumber dari air bertekanan tinggi dari reservoir terumbu Kujung yang telah ditembus sumur BP-1, walaupun tentu orang dapat mempertanyakan data serta parameter yang diasumsikannya, serta adanya tambahan sumber air panas lainnya yang ikut terpicu dengan underground blow-out dari Kujung ini. Mengenai stratigrafi lubang bor Dr. Adi Kadar dkk mengakui telah mereview serta menganalisa ulang data biostratigrafi dan disimpulkan bahwa seluruh lapisan batuan yang ditembus Banjar Panji hanyalah berumur Pleistocene yang menimbulkan kesan bahwa Formasi Kujung tidak tersentuh oleh sumur bor ini. Juga telah ditekankan keberadaan diapirism dalam selang overpressured shale, yang banyak menganggap sebagai sumber lumpur. Mengenai sumber air ini masih juga ada yang berpendapat bahwa lumpur ini berasal dari overpressured shale yang diyakini semua orang keberadaannya jauh di atas formasi Kujung, namun berdasarkan analisa penampang seismic dibantah oleh Dr. Alam sebagai mud diapir. Dr. Adriano Mazzini dari Oslo University masih berpandangan bahwa sumber lumpur ini adalah dari overpressured shale ini, tetapi ketika ditanyakan oleh Richard Davies bagaimana begitu banyak air dapat dihasilkan dari overpressured shale ini, mengingat shale adalah impermeable, yang bersangkutan menghindar untuk menjawabnya dengan dalih pertanyaannya tidak jelas. Namun suatu hal penting yang dikemukakannya adalah bahwa cekungan Jawa Timur adalah matang (ripe) atau rawan terjadinya gunung api lumpur dibuktikan dengan adanya overpressured shales dan banyaknya gunung api lumpur, tanpa pemboran (atau gempa) pun gunungapi lumpur dapat terjadi sewaktu-waktu. Mengenai kayanya cekungan Jawa Timur Utara juga telah dibahas oleh Dr. Djajang Sukarna, Kepala Badan Geologi, dalam keynote speech nya Yang menarik adalah makalah dari Dr. Gregorii Akhmanov dari Moscow University yang membahas mud volcanism di Elean Basins yang, dengan tidak mengenyampingkan jenis gunungapi lumpur di daerah lain seperti shale diapirism, menyatakan bahwa pembentukan mudvolcano di Elean basins adalah oleh hydro-fracturing. Hydro-fracturing adalah proses terjadinya LUSI yang dianut oleh mereka yang meyakini bahwa bahwa air dari Fm Kujung sebagai penyebab semburan lumpur LUSI. Saya catat bahwa tidak ada makalah yang membahas berbagai jenis atau klasifikasi mudvolcano, sedangkan menurut hemat saya gunungapi lumpur itu ada berbagai jenis dengan yang disebabkan shale diapirism di satu ujung (end member), biasanya merupakan lumpur kental dan membentuk keruncut yang terjal, dan jenis mud spring di ujung lain, yang sangat encer (kadar air yang sangat tinggi) dan nyaris tidak membentuk kerucut atau kerucut yang sangat landai. Saya menganggap LUSI ini lebih sebagai jenis mud spring. Walaupun makalah-makalah pada umumnya membahas asal gunungapi lumpur disebabkan air yang bertekanan tinggi, yang boleh jadi disebabkan gempa, namun gunungapi Lusi disimpulkan selain terjadi secara alamiah juga disebabklan karena rekahan dan aktivitas tektonik yang diakibatkan oleh gempa bumi Jogya. Namun anehnya pada seluruh persidangan ini tidak satupun ada makalah yang membahas tektonik serta sistim sesar dari daerah Sidoarjo, bahkan peta geologi yang menunjukkan patahanpun nyaris tidak ada kecuali peta sesar Watukosek dengan satu garis saja yang menghubungkan Watukosek dengan Lusi dan G. Anyar dengan arah NNE-SSW.dan sesar-sesar amblasan yang berarahkan WSW-ENE yang menghubungkan semburan-semburan lumpur yang sekarang sudah tidak aktif lagi. Apa lagi pembahasan bagaimana mekanisme gempa bumi Jogya dapat mengakibatkan sesar (rekahan) itu sama sekali tidak ada. Inilah yang dikeluhkan Dr. Benyamin Sapiie dari ITB pada komentar yang diberikannya sesaat sebelum rumusan akhir dari hasil workshop ini dibacakan. Beliau menyatakan betapa pentingnya kita menganalisa tegangan-tegangan tektonik yang aktif di daerah Sidoarjo ini untuk menentukan critical stresses yang didapatkan, namun pembahasan ini tidak ada sama sekali. Sdr. Ketua yang terhormat. Saya sangat prihatin dengan hasil dari workshop yang disebutkan sebagai bertaraf internasional ini. Rumusan yang diberikan banyak tidak relevant dengan apa yang dibahas, bahkan cenderung bertolak belakang. Ini sangat menyedihkan, orang awampun akan bertanya-tanya apakah kesimpulan dari workshop ini sudah ditentukan sebelumnya demi kepentingan nasional? Komentar di masyarakat ilmiah di luar negeri pun sudah bermunculan. Sampai di mana kebenaran pengamatan dan pendengaran saya ini selama mengikuti persidangan tentu akan ada yang meragukannya mengingat usia saya yang sudah lanjut ini. Untuk itu saya sudah meminta pada panitya supaya bisa mendapatkan Power Point files dari presentasi masing-masing pembicara itu. Namun sayangnya panitiya hanya akan memberikannya sesudah dilakukan peng-edit-tan terlebih dulu (mengingat adanya data-data yang dianggap confidential oleh BP Migas). Satu hal yang menarik adalah Workshop ini tidak memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, atau kapan . Padahal inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat tidak terlalu peduli mengenai apa penyebab gunungapi lumpur ini, walaupun mereka cenderung untuk menyalahkan pemboran. Yang berkepentingan dalam apa penyebab dari gejala ini adalah dalam masalah soal siapa yang harus menanggung biaya penanggulangan bencana ini. Masyarakat hanya ingin mendengar bagaimana bencana lumpur ini dapat dihentikan. Tentu saja kita bisa berdalih bahwa untuk dapat menghentikan semburan lumpur itu kita harus tahu penyebabnya. Kalau panitya workshop ini berkeyakinan bahwa hasil workshop ini adalah LUSI murni gejala alam dan tidak dapat dihentikan dan tidak dapat diprediksikan kapan akan berhentiknya, maka satu-satunya rekomendasi yang bisa diberikan adalah mengevakuasi (mengosongkan) daerah yang dipengaruhi LUSI, khususnya daerah yang bakal amblas, membangun tanggul sekitarnya serta mengalirkan airnya dengan saluran bertanggul ke laut, sedangkan lumpur padatnya secara alamiah dapat ditinggalkan di daerah amblasan, bahkan mudah-mudahan dapat mengkompensasi amblasannya sendiri. Saya lihat ada lebih dari 1 makalah (a.l. dari Dr. Ir. Prihadi Sumintapura dari ITB) para pakar kita telah mampu melakukan deliniasinya. Saya sadar bahwa pernyataan demikian mungkin mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat, tetapi saya kira itu satu-satunya rekomendasi yang dapat diberikan kalau panitia perumus menganggap penyebab ini gejala alam yang tidak dapat dihentikan atau tidak dapat diprediksi kapan berhentinya.. (bersambung) ------------------------------------------------------------------------ ---- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI & the 36th IAGI Annual Convention and Exhibition, Patra Bali, 19 - 22 November 2007 ------------------------------------------------------------------------ ---- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------------------- Hot News!!! CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED] Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition, Bali Convention Center, 13-16 November 2007 ---------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------