Mas Sugeng,
 
Pekerjaan yang paling efektif meningkatkan kesejahteraan itu ya membagi
ilmu, jadi guru, dosen. Darinya hasilkan amat banyak kemajuan dan
kesejahateraan, dan kata eyang, amalnya tak akan terputus, di lipatkan
700 kali. Eropa alami kegelapan karena pendidikan/buku-buku di
hancurkan, bisa satu atawa dua siklus 700 th. Th 200 SM, sudah di
nyatkan bumi itu bulat, jari-jari bumi hanya error 10 %, adalah bangunan
ilmu sejak paling awal kebuduyaan Mesir Tua, abad 28 SM, Menes rajanya.
 
Baguslah kalau Mas Sungeng dari keluarga guru. Artinya sudah banyak ilmu
yang di kasihkan, majukan masyarakat. Sinusoidal, artinya, integral
tertutupnya ya nol. Maksudku, lahir nol, meninggal ya jadi nol lagi
kekayaan benda. Trus hanya lintasannya saja yang di kenang. Buku-buku
awal tahun 1960'an, kwalitasnya bagus-bagus. Biologi, bergambar warna,
dan sampai saya takut memegang gambar ulat, yang amat mirip kenyataan
itu.
 
Ada semua sekolah ongko loro, ongko siji, MULO "Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs" SLP, maju ke AMA "Algemeene Middelbare School" SLA, terus
sekolah tinggi HBS "Hoogere Burgerschool", termasuk STOVIA sekolah
dokter JKT, NIAS sekolah dokter Surabaya, 
 
Prof Achmad Baiquni, wong Solo itu, memang amat pandai dan saleh.
Cumlaude Ilmu Alam FIPIA UI kampus Ganesya Bandung, 1951-1953. Lahirkan
ilmu nuklir-atom-reaktor, jadi Dirjen BATAN, rektor universitas.
Ngajarnya enaaakkk sekali. Dua jam saja, cerita kuliahnya mengalir cepat
dan tak terasa amat banyak hasilnya, terangkan dari ujung awal teori
menjadi banyak penemuan teori.  Dengan Prof Johanes gurunya, maka
keduanya hasilkan kemajuan nuklir Indonesia. Makanya saya kecipratan
sedikit ilmu nuklir tinggi mereka, dan dasar-dasar ilmu alam yang luas
di "ilmu alam" ini. Kuliah 3 th di Ilmu Alam mulai th '77 (yang kini
hasilkan banyak angka 7),  inilah yang amat membuka wawasan saya tentang
alam, "dunya". 
 
Soal berhubungan sientist luar negri, Pak Baiquni "angkat topi salut" ke
Prof Mugiono. Bangsawan Kolopaking Banyumas ini, tuk mendirikan Jurusan
Geofisika, 1972, beliau sudah tanya seratusan, ya seratusan ilmuwan luar
negri : Apa yang bisa di kerjakan oleh Fisikawan ke depan". Beliau itu
gampang saja bilang ke oil company : nih muridku kerja praktek situ ya,
masuk situ ya, minta uangnya tuk beli alat, juga duit tuk kursusin
Inggris 2 jam x 5 kali per minggu selama 2 semester, bule yang ngajar.
Dan, kuliah ini yang beri kami dasar-dasar geofisika, mekanika medium
kontinyu, seismik, dll. Ketiganya, dengan semua dosen Geofisika kami,
jadi untuk singkatan SALAM.  Nah dosen master ITB, di singkat SDEKAH. 
 
Gitu Mas Sugeng.
 
Salam,
Maryanto.
Selalu menghargai jasa guru-guru, tentu termasuk semua ilmuwan yang
telah memperbaiki kebudayaan.
________________________________

From: Sugeng Hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, April 04, 2007 2:04 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI


Rupanya Pak Maryanto begitu fasih bisa cerita sejarah pendidikan kita
sejak jaman kolonial, masa revolusi dan sampai sekarang. Trimakasih, ini
bisa menambah pengetahuan kita. 
Saya teringat pengalaman sekitar tahun 1960-an, waktu itu murid SR
(Sekolah Rakyat). Karena keluarga saya banyak yang jadi guru, di rumah
ada beberapa buku tebal (5 cm) yang isinya sangat menarik: ada pelajaran
bahasa, ilmu alam, ilmu hayat, psikologi, juga didaktik-metodik dan
pedagogik dll lengkap dengan gambar-2 yang menarik. 
Kalau tidak salah ini merupakan buku pegangan wajib para murid calon
Guru (SGB maupun SGA?); jadi mereka dibekali banyak ilmu. Saya sangat
terkesan dengan buku ini, dan pada bagian atas tertulis (saya ingat
terus): "Kementerian P dan K Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru
Bandung Dilarang Mengutip". Waktu itu saya tidak paham apa arti kalimat
ini.
Kalau tidak salah, Alm.Pak Baiquni itu sahabatnya Alm.Pak Soetami
(gemblengan ITB, Menteri PU) ketika masih di SMA (Solo?) konon nilai di
raport kalau tidak 10 ya 9.
 
Salam,
Sugeng

Kirim email ke