Is
Kalau menurut saya mantan itu independent lho , apa saya salah ya ? si-Abah __________________________________________________________> MENGAPA YA KURTUBI ITU NDAK PERNAH MENYEBUTKAN DIRINYA MANTAN KARYAWAN > PERTAMINA ???? > APA MAL U U U U ???? > > AKH SEKEDAR ISENG SAJA , TAPI DARIPADA DSIMPAN DALAM HATI nanti sakit > jantung. > > Si Abah (mantan karyawan Pertamina) > > ==================================== > Abah , Mungkin lihat lihat keperluannya , lha kalau posisinya sebagai > Pengamat kan lebih sreg kalau sbg Pengajar profesinya atau sebagai NGO > > ISM > > ----- Original Message ----- > From: [EMAIL PROTECTED] > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, July 02, 2007 1:03 AM > Subject: [iagi-net-l] Re: [RadNET-BULK] [iagi-net-l] Penjualan Gas Alam > Cair Tangguh - Kurtubi > > > > > MENGAPA YA KURTUBI ITU NDAK PERNAH MENYEBUTKAN DIRINYA MANTAN KARYAWAN > PERTAMINA ???? > APA MAL U U U U ???? > > AKH SEKEDAR ISENG SAJA , TAPI DARIPADA DSIMPAN DALAM HATI nanti sakit > jantung. > > Si Abah (mantan karyawan Pertamina) > > _______________________________________________________________________ > > > Penjualan Gas Alam Cair Tangguh > > Kamis, 28 Juni 2007 > > > > Pemerintah dikabarkan menawarkan separuh dari rencana penjualan gas > alam > > cair (LNG) Tangguh, yang sebelumnya diperuntukkan bagi pembeli di > Pantai > > Barat Amerika Serikat, untuk "dialihkan" ke Jepang, Korea, dan negara > > lain, > > termasuk untuk kebutuhan dalam negeri. Pengalihan ini dimungkinkan > karena > > pembangunan terminal di Pantai Barat Amerika lebih cepat daripada > kilang > > Tangguh (Koran Tempo, 12 Juni 2007). Kesediaan Sempra menerima > pengurangan > > jumlah yang akan diterimanya diimbangi dengan kompensasi yang akan > > diberikan > > oleh BP Migas. Cuma, belum jelas benar berapa besar kompensasi yang > akan > > diterima oleh Sempra. > > > > Sebagaimana diketahui, berdasarkan kontrak penjualan jangka panjang, > > Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh kontraktor minyak Beyond > Petroleum > > yang telah ditunjuk oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral > serta > > BP > > Migas selaku operator proyek LNG Tangguh, harus memasok ke Pantai > Barat > > Amerika 3,7 juta ton LNG per tahun untuk masa 20 tahun dengan harga > US$ > > 5,94 > > per MMBtu. > > > > Kontrak penjualan jangka panjang LNG Tangguh juga dilakukan dengan > Cina > > 2,6 > > juta ton per tahun untuk masa 25 tahun dengan harga US$ 3,35/MMBtu. > Adapun > > kontrak dengan SK Power dan Posco dari Korea berjumlah sekitar 1,2 > juta > > ton > > per tahun untuk masa 20 tahun dan dengan harga US$ 3,5/MMBtu. > > > > Dari informasi tersebut, terlihat bahwa seluruh harga jual LNG Tangguh > > yang > > berjumlah 7,5 juta ton untuk masa 20-25 tahun sangatlah murah, karena > jauh > > berada di bawah harga jual LNG yang wajar, termasuk di bawah harga > jual > > LNG > > Badak yang notabene sudah beroperasi lebih dari 30 tahun. > > > > Kontrak ke Fujian merupakan harga yang termurah bila dibanding harga > > penjualan ke Pantai Barat Amerika. Meskipun diketahui bahwa harga jual > ke > > Cina US$ 3,35/MMBtu, sebenarnya itu merupakan harga baru setelah > dilakukan > > renegosiasi dengan pihak Cina. > > > > Pasalnya, harga sebelum negosiasi US$ 2,67/MMBtu, dengan patokan harga > > minyak mentah maksimal US$ 25 per bbls untuk masa 25 tahun. Setelah > > negosiasi, patokan harga "berhasil" dinaikkan menjadi US$38/bbls untuk > > masa > > 25 tahun. Dengan patokan harga minyak mentah US$ 38/bbls, harga jual > LNG > > Tangguh tetap tidak wajar mengingat harga minyak mentah saat ini saja > > sudah > > sekitar US$ 70/bbls, apatah lagi untuk masa jauh 25 tahun ke depan. > Naif > > untuk mengharapkan harga minyak mentah dunia akan stabil pada kisaran > US$ > > 38/bbls untuk masa 25 tahun ke depan. > > > > Bahkan harga jual ke Cina ini ternyata masih lebih murah ketimbang > harga > > jual dalam negeri. Saat ini harga jual dalam negeri US$ 4-5/MMBtu. > Untuk > > pembangkit listrik di Muara Karang, PLN membeli gas dengan harga US$ > > 4,5/MMBtu. > > > > Di sini terlihat bahwa manajemen gas alam nasional sangatlah buruk, > bahkan > > berpotensi melanggar konstitusi dan undang-undang. Penjualan LNG > Tangguh > > ke > > Cina dengan harga yang tidak wajar dan lebih murah daripada harga jual > > dalam > > negeri mencerminkan bahwa pengelolaan kekayaan lama negara ini belum > > ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan > amanat > > Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. > > > > Selain itu, persetujuan BP Migas atas harga jual yang sangat murah > > tersebut, > > di samping tidak sesuai dengan fakta bahwa Cina pada hakikatnya sangat > > membutuhkan gas impor--karena produksi dalam negeri yang sangat kecil, > > sedangkan kebutuhannya terus meningkat--hal tersebut berpotensi > melanggar > > UU > > yang mengharuskan pengelolaan migas mendatangkan pendapatan negara > yang > > maksimal. > > > > UU Migas Pasal 44 ayat 2 berbunyi, "Fungsi BP Migas dalam melakukan > > pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya > alam > > migas milik negara dapat memberikan manfaat dan memberikan penerimaan > yang > > maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat". > > > > Ketentuan dalam pasal ini praktis dilanggar dengan alasan yang sangat > > sumir, > > yakni pasar LNG yang lemah. BP Migas dan Departemen Energi dan Sumber > Daya > > Mineral dengan a-visioner menyetujui penjualan LNG Tangguh ke Cina > dengan > > formulasi harga jual yang merugikan negara. Kalaupun kondisi pasar LNG > > pada > > saat kontrak ditandatangani betul-betul lemah, sangatlah tidak logis > > apabila > > formulasi harga dipatok mati pada level harga minyak US$ 25/bbls untuk > > masa > > 25 tahun. > > > > Sekarang, di tengah gencarnya dua negara "raksasa baru Asia", yakni > Cina > > dan > > India, mencari sumber-sumber energi guna menunjang pembangunan ekonomi > > mereka serta di tengah kegusaran Jepang karena kontrak pembelian LNG > > jangka > > panjangnya dengan Indonesia akan berakhir dalam waktu yang tidak > terlalu > > lama lagi, yakni sekitar 2011, BP Migas akan mengalihkan penjualan LNG > > Tangguh dari Pantai Barat Amerika ke pasar Jepang dan Korea. > > > > Langkah tersebut dapat menolong keekonomian proyek LNG Tangguh. Sebab, > > kalau > > seluruh produksi LNG Tangguh tetap dijual dengan harga yang sangat > murah > > sesuai dengan kontrak semula, negara nyaris pasti tidak akan > memperoleh > > bagian yang wajar, bahkan boleh jadi tidak akan memperoleh bagian jika > > prinsip First Trench Petroleum (FTP) tidak diterapkan. FTP adalah > bagian > > (20 > > persen) dari produksi kotor yang harus diambil terlebih dulu untuk > dibagi > > sebelum produksi tersebut dipotong untuk cost recovery. > > > > Dengan formulasi harga jual LNG Badak yang tidak membatasi fluktuasi > harga > > minyak mentah, harga jual saat ini menjadi sekitar US$ 9/MMBtu. Kalau > > harga > > minyak mentah naik menjadi sekitar US$ 70/bbls, harga jual LNG Badak > > menjadi > > sekitar US$ 10/MMBtu. Coba bandingkan dengan harga jual LNG Tangguh ke > > Cina > > yang hanya US$3.35/MMBtu untuk masa 25 tahun, tanpa sedikit pun harga > bisa > > berubah, meskipun harga minyak mentah suatu saat nanti, misalnya, > mencapai > > US$ 100/bbls. Harga sekitar US$ 100/bbls untuk masa 25 tahun mendatang > > adalah sangat mungkin. Kemungkinan ini seyogianya tidak boleh dibatasi > > dalam > > formulasi harga jual LNG Tangguh. > > > > Tentu negara akan lebih diuntungkan jika seandainya tidak hanya > penjualan > > ke > > Pantai Barat Amerika yang dapat "dialihkan". Tapi penjualan ke Fujian > Cina > > seyogianya juga dapat diusahakan "dialihkan" mengingat harga jual ke > > Fujian > > Cina justru jauh lebih murah daripada ke Pantai Barat Amerika. > > > > Pengalihan penjualan LNG Tangguh dari Cina ke Jepang merupakan salah > satu > > alternatif agar kekayaan alam milik negara dapat dihargai secara > wajar. > > Untuk diketahui, Cina, sejak puluhan tahun terakhir ini, laju > pertumbuhan > > ekonomi dan pertumbuhan konsumsi energinya, khususnya minyak dan gas, > > sangatlah tinggi. Padahal semua orang mengetahui bahwa produksi migas > > dalam > > negeri Cina jauh di bawah yang dibutuhkan untuk konsumsi dalam negeri. > > Dengan demikian, Cina, sejak puluhan tahun terakhir ini, jauh sebelum > LNG > > Tangguh dijual ke Cina, sangat bergantung pada minyak dan gas impor. > > > > Sebagai contoh, Cina saat ini diketahui sedang berusaha sekuat tenaga > > untuk > > bisa mengalirkan gas dari lapangan gas raksasa Kovykta di Siberia > Timur, > > yang sebelumnya dikuasai oleh BP, tapi kemudian diambil alih oleh > > pemerintah > > Rusia melalui BUMN Gazprom. > > > > Alternatif lain tentu saja Cina tetap meneruskan membeli LNG Tangguh, > tapi > > dengan formulasi harga yang wajar. Toh, yang membeli LNG Tangguh di > Fujian > > adalah CNOOC dan BP, yang keduanya juga merupakan penjual/shareholder > dari > > proyek LNG Tangguh. > > > > Kalau penjualan LNG Tangguh yang tidak wajar ke Cina ini tidak bisa > > dinegosiasikan lagi, sehingga Indonesia harus menerima harga US$ > > 3,35/MMBtu > > untuk masa 25 tahun, sudah seyogianya Presiden mengambil langkah tegas > > untuk > > mengevaluasi proyek LNG Tangguh secara menyeluruh, misalnya dengan > > membentuk > > semacam tim independen. Atau Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengambil > > inisiatif membentuk tim khusus guna meneliti "keanehan" dalam > penjualan > > LNG > > Tangguh ini. > > > > Sebab, kalau evaluasi diserahkan ke Departemen Energi dan Sumber Daya > > Mineral atau BP Migas, dikhawatirkan hasilnya tidak akan obyektif > (bias), > > mengingat justru mereka inilah yang menyetujui LNG Tangguh dijual > murah ke > > Cina. > > > > Manajemen pengelolaan gas milik negara saat ini, yang berada di bawah > > Undang-Undang Migas, sangat buruk. Di satu sisi, kekayaan gas milik > negara > > direncanakan dan direkayasa untuk dijual murah ke Cina dengan > argumentasi > > yang sangat lemah, di sisi lain industri dalam negeri berteriak > kekurangan > > gas. Bahkan pembeli LNG di Jepang yang sudah terbukti selama 30 tahun > > membeli LNG Indonesia dengan harga yang sangat bagus kini sedang > > mengharapkan tambahan LNG dari Indonesia. > > > > Akhirnya, marilah kita serahkan kepada Presiden dan DPR, apakah > penjualan > > kekayaan alam milik negara dengan harga murah untuk masa 25 tahun > > mendatang > > yang berpotensi melabrak konstitusi dan undang-undang ini akan > dibiarkan > > terus ataukah perlu segera ada langkah-langkah konkret untuk > mengakhiri > > ketidakwajaran ini? Mari kita tunggu. > > > > Dr Kurtubi, PENGAJAR PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS > > INDONESIA > > >