seingat saya, raden said masih keturunan raja jawa. pernah nonton dalam suatu 
film, dia sempet minta restu untuk keluar dari lingkungan kerajaan, mencari 
ilmu.
   
  versi yang lain, sebelum jadi sunan, sempet jadi garong/copet sampai pada 
suatu ketika ketemu seorang sunan (bonang?) yang mampu merubah 
kolang-kaling/aren jadi emas. pada akhirnya disuruh nunggu tongkat sunan 
tersebut sampai berbulan-bulan di pinggir sungai (asal kata jaga-sungai/kali = 
kalijaga) sebelum akhirnya diangkat jadi murid sunan.
   
  mana yg bener yak. mungkin memang semua pengkisah ada maksudnya

Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Pak Awang, Syaiful dan lain-lain

Menarik juga membaca cerita dan komentar anda tentang
subyek ini.

Saya sendiri tertarik dengan sejarah Indonesia dari
Sriwijaya, Majapahit, Wali Songo, Kemerdekaan
Indonesia sampai dengan Reformasi. Ketika saya kuliah
di UI dulu sempat aktif di SM UI (sekarang BEM UI) dan
sempat komunikasi dan diskusi dengan teman saya di FS
(sekarang FIB), FISIP, Hukum dll termasuk dengan para
pakarnya saat itu. 

Juga waktu survei seismik di Jawa Timur tahun lalu
dengan salah satu perusahaan di Indonesia, saya sempat
mengunjungi daerah Ampel di Surabaya, Gresik sampai di
Tuban. Bahkan sempat membeli buku lengkap tentang Wali
Songo. Bukunya ada di rumah saya di Depok karena
sekarang sedang tugas di luar negri.

Menurut saya, inti tentang Keruntuhan Majapahit itu
merupakan tipikal bangsa Indonesia sampai kini. Ketika
tokoh utamanya tiada (Prabu Hayam Wuruk dan Patih
Gajah Mada) maka mulai timbul keretakan internal yang
intinya perebutan kekuasaan. Sehingga akhirnya
kehancurannya.

Masyarakat saat itu tentunya bisa merasakannya dan
memilih yang terbaik bagi mereka sendiri. 

Tentang Wali Songo memang banyak versi dan
kontroversi. Namun menurut saya mereka para wali
mempunyai budi dan tindakan yang baik sehingga secara
tidak langsung banyak yang mengikutinya. Memang ada
yang mempunyai kemampuan khusus di luar kemampuan
manusia normal. Hanya dalam menyampaikan pada
masyarakat saat itu menggunakan media yang populer
sehingga bisa diserap olah masyarakatnya. Khusus
tentang Syech Siti Jenar dianggap secara prinsip
akidah menyimpang sehingga perlu dikoreksi yang benar.

Saya tidak ingin berpolemik tentang Beliau namun satu
yang sangat indah dari wali songo adalah tembang yang
saat itu populer dan sekarang populer juga, yaitu
Tombo Ati yang dulu dibuat Sunan Bonang dan kembali
disyairkan oleh Opic.

Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan.

Salam hangat

TAM

--- Awang Satyana wrote:

> Betul Pak Syaiful, Wali tak hanya sembilan, tetapi
> yang terkenal memang hanya Wali Songo itu. Yang
> mendatangi Syekh Siti Jenar di perguruannya adalah
> lima wali, yaitu : Sunan Bonang, Sunan Kalijaga,
> Sunan Kudus, Pangeran Modang, dan Sunan Geseng. Dua
> nama terakhir adalah wali juga; tetapi jarang
> didengar namanya. 
> 
> Kelihatannya, yang bukan keturunan Cina atau
> Mongol hanyalah Siti Jenar. Raden Said (Sunan
> Kalijaga) adalah Gan Si Cang, kapten kapal Cina yang
> berdomisili di Semarang. Ayah Sunan Kalijaga adalah
> Gan Eng Cu, kapten kapal di Tuban yang pernah
> dijadikan bupati Wilwatikta semasa akhir Majapahit.
> Sunan Ampel (Bong Swi Hoo) adalah ipar Sunan
> Kalijaga. 
> 
> Dapat dibaca di buku Slamet Muljana (1968, 2005) :
> "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
> Negara-Negara Islam di Nusantara" (buku ini kini
> stock-nya lumayan banyak di Gramedia karena banyak
> yang mencarinya, sejak dipublikasi ulang tahun 2005
> sudah dicetak ulang), penjelasan sangat detil
> tentang peranan muslim2 Cina di Jawa ini pada masa
> akhir Majapahit dan awal Demak. Bahkan di dalamnya
> ada pendapat yang meyakinkan dari Slamet Muljana
> bahwa Samudra Pasai di Aceh di-Islam-kan oleh
> muslim2 Cina dari Jawa dan bukan sebaliknya.
> Pedagang2 dari Gujarat tak pernah sampai ke Jawa,
> hanya ke ujung baratlaut Sumatra.
> 
> Banyak2 hal2 yang terasa kontroversial dikemukakan
> Slamet Muljana, dirasakan kontroversial karena tak
> cocok dengan sejarah yang selama ini diajarkan
> seperti kasus Fatahillah dan Sunan Gunung Jati, itu
> adalah dua orang yang berbeda, tetapi di
> buku2sejarah sekolah dikatakan sama. Mana yang
> benar, biarlah di antara para ahli sejarah terjadi
> perdebatan untuk menemukan kebenaran. Yang penting,
> jangan suka menutut-nutupi kebenaran.
> 
> "sejarah itu tidak pernah selesai dan kebenaran
> sejarah juga tak selalu final" (Mohammad Sobary)
> 
> salam,
> awang
> 
> mohammad syaiful wrote:
> sekedar info, bahwa seringkali saya temui ternyata
> banyak orang
> (termasuk muslim) yg tidak tahu bahwa yg namanya
> 'wali songo' itu
> pernah sampai terdiri dari 6 (enam) periode, yg juga
> sempat overlap
> antara beberapa periode. hanya setiap periode atau
> waktu, jumlah
> anggota wali songo adalah sembilan sesuai dengan
> namanya.
> 
> pada periode ke-4 (atau ke-5 kalo nggak salah), siti
> jenar adalah
> salah seorang anggota wali songo. sedangkan kalo
> kita jalan2 ke makam2
> para wali (kudus dll) akan ditawari lukisan wali
> songo, yg sebenarnya
> hanyalah memuat 9 wali yg paling terkenal saja. dari
> puluhan wali yg
> pernah menjadi anggota wali songo, semuanya adalah
> keturunan mongol
> atau cina. hanya ada 2 (dua) yg asli pribumi
> (jawa?), yaitu syekh siti
> jenar dan satunya lagi adalah raden mas said yg
> lebih dikenal sbg
> sunan kalijogo.
> 
> seorang draftsman senior yg sudah pensiun dari
> kumpeni mafioso dan
> sekarang bekerja utk kumpeni berlabel kadal, punya
> banyak referensi
> sejarah, baik tanah jawa maupun pasundan.
> 
> semoga bermanfaat dan salam,
> syaiful
> 
> On 8/31/07, Awang Harun Satyana wrote:
> > Pak Sugeng, terima kasih atas komentar dan cerita
> percintaan Joko
> > Tingkir dengan Sekar Pembayun yang romantis, saya
> seperti sedang membaca
> > kisah2 percintaan roman silat Kho Ping Hoo atau
> S.H. Mintardja he2...
> > Kalau ada yang punya babad Guntur Pawatugunung,
> saya senang untuk
> > mengkajinya kembali dalam hal akhir Majapahit ini.
> >
> > Saya baru minggu lalu membaca buku2 tentang Syekh
> Siti Jenar (Seh
> > Lemahbang/ Hasan Ali Ansar/Sidi Jinnar) yang
> kontroversial itu. Tentu
> > saya tak akan tiba2 mengulasnya di milis IAGI ini
> kalau tidak ada unsur
> > geologinya, bisa saja sih saya sebut OOT -out of
> topic seperti saat saya
> > mengulas tentang Pramudya Toer (Dua minggu lalu,
> Lentera Dwipantara,
> > sebuah penerbit menggelar buku2 Pramudya Ananta
> Toer di Bogor bersama
> > Gramedia dan groupnya). Tetralogi buru Pramudya
> yang sungguh tebal itu
> > lengkap di situ. Lentera Dwipantara adalah
> penerbit yang khusus
> > menerbitkan kembali buku2 Pramudya. Kabarnya,
> mereka akan menerbitkan
> > buku2 Pramudya yang selama ini belum terbit.
> Nah...
> >
> > Pertarungan Syekh Siti Jenar dan para Wali (Wali
> Sanga) memang erat
> > berkaitan dengan transisi Majapahit yang Hindu dan
> Demak yang Islam.
> > Keberadaan Syekh Siti Jenar apakah benar pernah
> ada atau hanya tokoh
> > imajiner yang direkayasa untuk suatu kepentingan
> politik juga menjadi
> > perdebatan antara yang pro dan kontra.
> >
> > Ajaran Syekh Siti Jenar meskipun kontroversial
> sangat populer di
> > kalangan Islam Jawa. Pandangan Syekh Siti Jenar
> bahwa alam kehidupan
> > manusia di dunia sebagai kematian, sedangkan
> setelah menemui ajal
> > disebut sebagai kehidupan sejati, yang mana dia
> adalah manusia dan
> > sekaligus Tuhan (Manunggaling Kawula-Gusti),
> sangat menyimpang dari
> > pendapat Wali Songo, dalil dan hadits, sekaligus
> yang berpedoman pada
> > hukum Islam yang bersendikan sebagai dasar dan
> pedoman kerajaan Demak
> > dalam memerintah yang didukung oleh para Wali.
> Ajaran Siti Jenar dinilai
> > sangat menyimpang, membuat orang banyak bunuh diri
> (agar bisa segera
> > memulai kehidupan) - walaupun menurut cerita Siti
> Jenar melarang
> > murid2nya bunuh diri sebab itu dosa, maksud Siti
> Jenar adalah jangan
> > takut mati sebab mati adalah awal kehidupan.
> >
> > Mendapat legitimasi dari Kerajaan Demak, para Wali
> mendatangi perguruan
> > Siti Jenar di selatan Demak (ada buku yang menaruh
> perguruannya di
> > Krendhasawa, utara Boyolali sekarang, di tepi Kali
> Serang), membawanya
> > untuk menghukum mati Siti Jenar di Demak. "Tak
> perlu bertempur melawan
> > aku sebab aku bisa mengalahkan kesembilan wali
> dengan ilmu
> > kedigjayaanku, kematian adalah tujuanku, nanti
> ketika aku mati, akan
> > keluar sinar gemilang dan bau harum ribuan bunga
> ciri bahwa ajaranku
> > benar", begitu kira2 kata2 Siti Jenar sebelum
> menyerahkan diri kepada
> > para Wali. Di Demak, ia dihukum mati, ada buku
> yang menuturkan
> > dipenggal, atau dibakar. Para Wali kaget luar
> biasa ketika kata2 Siti
> > Jenar benar2 terjadi, dari tubuhnya keluar sinar
> dan harum bunga.
> > Diceritakan, seorang Wali segera mengganti mayat
> Siti Jenar malam itu
> > dengan bangkai anjing kudisan dan mengumumkan
> kepada masyarakat bahwa
> > lihatlah ajal seorang penganut aliran sesat ia
> senajis anjing kudisan.
> >
> > Kematian Siti Jenar mungkin bukan sekedar masalah
> aliran sesat, tetapi
> > karena masalah politik, berupa perebutan kekuasaan
> antara sisa-sisa
> > Majapahit non Islam yang tidak menyingkir ke timur
> dengan kerajaan
> > Demak, yaitu antara salah satu cucu Brawijaya V
> yang bernama Ki
> > Kebokenongo/Ki Ageng Pengging dengan salah satu
> anak Brawijaya V yang
> > bernama Jin Bun/R. Patah yang memerintah kerajaan
> Demak dengan gelar
> > Sultan Bintoro Demak I, dimana Kebokenongo yang
> beragama Hindu-Budha
> > beraliansi dengan Siti Jenar yang beragama Islam.
> Jadi antara Ki Ageng
> > Pengging dengan Raden Patah adalah masih terhitung
> hubungan seperti
> > keponakan dan paman,
> >
> > Bratakesawa dalam bukunya Falsafah Siti Djenar
> (1954) dan buku Wejangan
> 
=== message truncated ===




____________________________________________________________________________________
Need a vacation? Get great deals
to amazing places on Yahoo! Travel.
http://travel.yahoo.com/

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
EXTENDED ABSTRACT OR FULL PAPER SUBMISSION:
228 papers have been accepted to be presented;
send the extended-abstract or full paper
by 16 August 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------



       
---------------------------------
Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out. 

Kirim email ke