Pak Koesoema
   
  "Dr. Karl May" muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di 
Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang 
doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak 
pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana 
gelar Dr-nya muncul ?
   
  Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari 
penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, 
H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan "Herr Doktor" (tuan doktor). 
Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh 
penerbit2 bukunya.
   
  Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara 
sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya 
di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, 
lengkap di bawahnya dengan tulisan "Dr. Karl May". 
   
  Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang 
sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam 
mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis 
senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan 
perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May 
terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, 
tetapi kok sekarang ada di museum.
   
  Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben 
Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri 
dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan 
tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May.

  Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. 
Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May 
mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di 
Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May 
kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. 
  Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV 
Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa 
Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan 
beberapa penerbit lain sampai sekarang. 
   
  "Hai "raja minyak",  mari kita pergi mengembara ke "padang perburuan abadi", 
jangan takut akan "gunung setan di rocky mountains", "menggali tomahawk-kapak 
perang" lalu kita "hisap pipa perdamaian" . Howg !  
   
  salam,
  awang
  
"R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, 
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di 
Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain 
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan 
koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah 
Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku 
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang 
Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang 
jahat.
Ouf, ouf
RPK
----- Original Message ----- 
From: "Awang Satyana" 
To: "IAGI" ; "Forum HAGI" 
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche


> Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua 
> selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
> tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
> dalam liburan akhir tahun kemarin.
>
> Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
> Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
> membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis.
>
> Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
> dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu 
> SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P & K di Cikapundung, 
> Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor 
> PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl 
> May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan 
> itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West 
> Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan 
> terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, 
> Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih 
> banyak lagi.
>
> Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 
> petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou 
> tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand 
> sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan 
> si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian 
> Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku 
> dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh 
> dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta.
>
> Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan 
> itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang 
> ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. 
> Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May.
>
> Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
> May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
> dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta 
> sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma.
>
> Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam 
> kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap 
> hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak 
> bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
> imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat.
>
> Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
> diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras 
> tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap 
> orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya 
> bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil 
> yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera 
> menghilang, lebih cepat dari munculnya.
>
> Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua 
> jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
> tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 
> tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
> Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas 
> usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman buku 
> geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari etnografi 
> oleh ayahnya. Belakangan, geografi dan etnografi adalah warna2 yang 
> menonjol dalam kisah2 karangan Karl May.
>
> Pada umur enam tahun, Karl baru bisa melihat berkat operasi mata yang 
> dilakukan dua dokter bedah yang merasa kasihan kepada keluarga miskin itu. 
> Tetapi, karena kurang gizi sejak kecil, kaki Karl pun bengkok terkena 
> rakitis, dan dia lebih pendek daripada rata-rata orang Jerman, Karl hanya 
> punya tinggi badan 166 cm. Tetapi, semua kekurangan fisiknya sungguh tak 
> sebanding dengan daya imajinasi Karl yang luar biasa.
>
> Walaupun keluarga miskin, buku dihormati di keluarga itu. Karl menulis,
>
> "Di langit-langit rumah, di rak berlaci tua, ada buku-buku warisan 
> leluhur, baik yang religius maupun yang sekuler. Ketika malam tiba, lampu 
> kecil dinyalakan, sekeluarga berkumpul, salah satu dari mereka membaca 
> buku-buku itu, yang lain mendengar dengan takzim. Saat jeda, mereka 
> membahas apa yang baru didengarnya. Terkadang buku itu dibaca lebih dari 
> dua puluh kali, dan mereka tidak jemu juga. Ada saja bahan baru untuk 
> diperbincangkan" (dikutip dari Hoffman, K., 1988, Karl May : Leben und 
> Werk, Austellung in der Villa Shatterhand, Redebeul)
>
> Masa kecil yang penuh imajinasi, didikan keras ayahnya, dan humanisme 
> ibunya adalah tiga hal penting yang akan membawa kesuksesan luar biasa 
> untuk Karl kelak. Dari mana kepandaian mengarang Karl datang ? Dari 
> penjara (!)
>
> Setelah bersekolah dasar dan dilanjutkan sekolah guru, Karl putus sekolah 
> karena tak ada biaya, kemudian ia bekerja sebagai guru. Beberapa tuduhan 
> kejahatan ditimpakan kepadanya karena suatu kesalahan. Sejak itu mulailah 
> Karl menunjukkan kelainan jiwa. Ia mengalami perpecahan kejiwaan, ia punya 
> pribadi ganda atau lebih. Belakangan, penyakit kejiwaannya ini disebut DID 
> (dissosiative identity disorder). Ini terjadi pada tahun 1865, saat Karl 
> May berumur 23 tahun. Kekacauan identitas ini membuat Karl May menyamar 
> menjadi banyak hal : dokter mata yang membuatkan resep dalam bahasa Latin, 
> guru seminari, pengacara, polisi, pencuri kuda, agen rahasia, karyawan, 
> dan masih banyak lagi.
>
> Penyamarannya ini membuat Karl May menjadi pelarian dan telah 
> berkali-kali ia diganjar dengan hukuman penjara dari tahun 1865-1874. 
> Empat tahun terakhir di penjara (1870-1874), Karl mendapatkan pengobatan 
> yang efektif dari seorang pastor Katolik yang bertugas di penjara. Pastor 
> ini bahkan mengajari Karl mengarang sebagai salah satu pengobatannya. Karl 
> pun dipercaya sebagai penjaga perpustakaan penjara. Karena usahanya yang 
> keras, Karl semakin baik dalam mengarang, bahkan sewaktu masih di penjara, 
> Karl telah dipercaya menjadi seorang editor untuk sebuah penerbitan di 
> luar penjara.
>
> Setelah beberapa karangan awal yang dimuat di berbagai penerbitan, 
> mulailah Karl dengan karangan2 ber-genre baru, yaitu sebuah 
> "reiseerzahlungen" (kisah perjalananan atau lebih tepatnya kisah 
> petualangan). Ini terjadi pada tahun 1874/1875, pada saat itu di Amerika 
> tengah terjadi perlawanan orang Indian yang tanahnya diserobot orang kulit 
> putih bangsa pendatang. Teknik bercerita Karl May mengalir dan memukau, 
> para pembacanya terpukau membayangkan kisah petualangan yang nyata sebagai 
> kisah perjalanan apalagi Karl menggunakan narrator sebagai "aku", yang 
> terlibat di dalam kisah2-nya. Tahun 1875, keluarlah tokoh utama kisahnya : 
> Winnetou sang kepala suku Apache, lalu rekan kulit putihnya yang melawan 
> bangsanya sendiri : Old Shatterhand (1879). Demikianlah, Karl May yang 
> buta dan miskin pada masa kanak-kanak, berpenyakit rakitis, dan 
> berkelainan jiwa pada masa mudanya, akhirnya sampai tahun 1910 berhasil 
> menulis 33 buku kisah2 petualangan dengan tokoh2 Winnetou, Old
> Shatterhand di Amerika dan Kara Ben Nemsi di Asia Kecil dan Eropa.
>
> Pada masa akhir hidupnya, Karl May sempat melakukan perjalanan selama 1,5 
> tahun ke negara-negara yang suka disebutnya di buku2 kisah petualangannya, 
> termasuk ke Sumatera (Aceh dan Padang - lihat bukunya "Dan Damai di 
> Bumi"). Tetapi wilayah2 yang dijalani Old Shatterhand dan Winnetou tak 
> bisa dikunjunginya karena situasi keamanan yang tidak mendukung. Karl May 
> meninggal pada usia 70 tahun, tahun 1912. Selama hidupnya, ia telah 
> menulis sekitar 70 judul buku, hampir setengahnya adalah kisah2 
> petualangan yang diterjemahkan ke dalam 39 bahasa, termasuk bahasa 
> Indonesia dan Sunda. Kisah2 petualangannya itulah yang kakek/nenek, orang 
> tua kita, dan kita pernah baca sejak zaman Belanda, zaman kemerdekaan, 
> sampai saat ini.
>
> Apa keistimewaan buku Karl May ? Pertama, ceritanya merupakan imajinasi 
> namun berdata faktual. Uniknya, data faktual itu belum pernah dilihatnya. 
> Cerita Winnetou berkisah tentang perang dan damai orang Indian di gunung 
> dan lembah Amerika, padahal Karl belum pernah ke Amerika saat ia menulis 
> bukunya, apalagi bertemu dengan orang Indian. Namun, data geografi dan 
> etnografi di buku2 Karl sangat akurat. Keistimewaan keduanya, Karl 
> mengarang mundur. Ia mulai menulis bab penutup lalu mundur ke bab pembuka. 
> Keistimewaan ketiga, ia menempatkan dirinya sendiri dalam cerita, Old 
> Shatterhand adalah personifikasi dirinya.
>
> Tetapi, keistimewaan yang mendalam dalam buku2 Karl adalah 
> filsafat/teologinya. Ia menggambarkan manusia sebagai "Edelmensch", yaitu 
> manusia yang berjiwa mulia (itulah yang dipidatokannya beberapa hari 
> sebelum ia meninggal). Buku2 Karl May adalah sebuah apologi (pembelaan 
> teologis) terhadap filsafat Nietsche yang mengajarkan bahwa manusia adalah 
> "Ubermensh", yaitu manusia yang bernafsu unggul. Menurut Karl May, 
> kehebatan manusia justru terletak dalam kemauan untuk berdamai dan 
> bersahabat. Jiwa mulia itu tampak dalam diri Winnetou dan Old Shatterhand 
> yang selalu mencari damai dan memulihkan hubungan semua suku Indian dan 
> kulit putih.
>
> Begitulah Karl May, ada hal2 yang bisa dipelajari dari dirinya, juga 
> banyak hal yang bisa dipelajari dari kisah2nya yang selalu menarik 
> sepanjang zaman. Maka, tetap berharga membaca buku2nya.
>
> "Saya telah berbicara. Howgh !"
>
> Salam,
> awang
>
>
> ---------------------------------
> Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! 
> Search. 


----------------------------------------------------------------------------
JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be 
liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or 
damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, 
arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI 
mailing list.
---------------------------------------------------------------------



       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

Kirim email ke