Saya mengenal Mas Nandang sejak masuk kuliah di Geologi - Jetis, beliau adalah pribadi yang pintar dan aktif menjadi asisten di beberapa mata kuliah dan saya merasa mendapatkan banyak bimbingan dan ilmu dari beliau. Pengetahuannya yang amat luas di bidang geologi saat itu membuat saya takut pada senior saya itu, sewaktu ujian mid-semester (beliau sebagai asiten dipercaya untuk menjaga ujian) nggak tahu gimana tiba-tiba beliau ada disamping saya dan membuat saya grogi dan nggak bisa mikir, setelah beliau menjauh dari saya baru saya bisa melanjutkan menggarap soal-soal ujian. Sewaktu beliau mau ujian pendadaran dan duduk dibangku sakti (ruang tunggu sidang di Jetis) saya ikut menungguinya sampai selesai ujian dan dinyatakan lulus. Dalam benak saya waktu itu menerawang: kapan saya bisa lulus seperti dia? Beliau saya idolakan sebagai pemacu supaya saya bisa lulus seperti dia. Setelah beliau lulus kuliah saya tidak pernah bertemu muka. Dan sekarang beliau telah dipanggil oleh NYA dalam usia yang belum terlalu tua. Selamat jalan Mas Nandang semoga segala amal baikmu diterima disisiNYA. Berita duka seperti ini selalu mengingatkan atau memberi signal pada kita semua dan juga berarti menginsyafkan diri sendiri akan makna terakhir hidup di dunia ini, yaitu bahwa "Sesungguhnya kita berasal dari Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya", Tuhan Yang Maha Esa atau dalam filsuf Jawa "Sangkan-Paraning hurip" (Asal dan Tujuan hidup), bahkan "Sangkan-Paraning dumadi" (Asal dan Tujuan semua makhluk). Ingat akan akhir kehidupan manusia tidak harus menunggu usia kita tua, karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh-NYA. Keinsyafan terhadap Allah sebagai tujuan akhir hidup tentu akan mendorong seseorang untuk bertindak dan berpekerti sedemikian rupa sehingga ia kelak akan kembali kepada Allah dengan penuh perkenan dan diperkenankan (radliyah mardliyyah). Oleh karena manusia mengetahui, baik secara naluri maupun logika, bahwa Allah tidak akan memberi perkenan kepada sesuatu yang tidak benar dan tidak baik, maka tindakan dan pekerti yang harus ditempuhnya dalam rangka hidup menuju Allah ialah yang benar dan baik pula. Inilah jalan hidup yang lurus, yang asal-muasalnya ditunjukkan dan diterangi hati nurani (nurani, bersifat cahaya, yakni, terang dan menerangi), yang merupakan pusat rasa kesucian (fithrah) dan sumber dorongan suci manusia menuju kebenaran (hanif).
Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebuah pesan singkat dari seorang teman di Pertamina barusan saya terima : "Inna lillahi wa inna illahi rojiun, telah meninggal dunia Bapak Nandang Heriyanto, di RS MMC Jakarta pukul 14.45. Jenazah akan dibawa ke Yogya sore ini" --------------------------------- Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.