Rakyat kecil mah gak boleh sekolah tinggi2....dan gak
boleh sakit karena biaya sekolah dan berobat sudah tdk
terjangkau lagi oleh rakyat........subsidi utk
pendidikan dan kesehatan yg tidak mencapai sasaran yg
tepat membuat rakyat frustasi...........wislah gak
lanjutkan sekolah wae.....belajar sendiri
saja......semangat ini sudah banyak kita temui
dikalangan rakyat yg kreaktif-inovatif (lihat kick
andy)..............kalau pemerintah dan orang2 kaya
tidak perhatian dan tidak membenahi hal2
ini........pendidikan sudah tidak bermutu lagi,
ijazah2 sudah gampang dibeli.....akan lahir dari
putra2 bangsa ....Ayip Rosidi2x
lainnya.....semoga....masyarakat kita tetap menghargai
orang2 yg kreaktip, produktif, berakhlak mulia,
pekerja keras dan pintar.

Salam,
Agus Irianto


--- "Fotunadi, Didik (PTI-SOR)" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Mengikuti diskusi "hidup tanpa ijazah" menarik ..
> apalagi bagi kita2 yang punya anak usia mau sekolah
> maupun sedang sekolah..
> dalam situasi terkini para orang tua dihadapkan pada
> banyak pilihan... apakah mengambil sekolah formal,
> alam, bahkan sekolah rumah ....saya setuju dengan
> mas RDP, kalo biografy Kang Ajip bisa dilihat dari
> sisi extra ordinary people ... yang sukses dengan
> jalur berbeda dengan rata-rata manusia kebanyakan
> ...dan barang tentu tidak semua orang yang mengambil
> jalan berbeda akan selalu sukses ..
> 
> Kalau ditinjau dari element2 perkembangan anak,
> bahwa di sekolah formal, selain matematik
> intelligence yang terbangun, juga social
> intelligence dimana anak berkembang bersama dengan
> teman2 seumurnya ....belajar menemukan diri diantara
> linkungan seumurnya ... dengan tetep punya risk
> lebih di banding di rumah, yaitu - salah pergaulan -
> Kalo orangtua mengambil pilihan sekolah rumah,
> dimana lebih banyak ibu-bapak-tutor-anak ... perlu
> dipikirkan untuk melengkapi bagaimana mendapatkan
> social intelligence supaya tidak ada shock social
> anak dikemudian hari .... 
> 
> sekolah formal banyak yang bagus, cuma kadang
> seiring dengan cost yang selangit ....
> 
> salam,
> Didik Fotunadi
> 
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Hendratno Agus
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, March 26, 2008 16:32
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Hidup Tanpa Ijazah
> 
> 
> Contoh sederhana Homeschooling yang dipraktekkan
> oleh kawan saya. Kawan saya ini pendidikan S3 dari
> Amerika. Sehari-hari dosen di UGM. Ibu-nya
> pendidikan S2 di UGM, sebagai ibu rumah tangga,
> tinggal di Bantul.  2 putra-nya sampai umur 10 th
> dan 12 th tidak dimasukkan pendidikan formal. SD-
> SMP. Pendidikan anaknya dididik sendiri oleh kedua
> orang tua, tanpa mendatang tutor atau guru les
> privat, tidak. Mulai baca tulis, tata bahasa, etika,
> pengetahuan umum (alam dan sosial), bahasa inggris,
> bahasa arab, baca tulis al-quran. Bapaknya, bilang:
> anak saya akan saya didik tanpa pendidikan formal,
> dan tidak perlu ijazah. Urusan kerja dan rejeki, ini
> urusan Tuhan (jawabnya). 
>    
>   Jadi kalau seumur 10 th dan 12 th, kawan-kawannya
> podo sekolah di SD - SMP, anaknya main dan otak-atik
> komputer, baca koran, baca al-quran, lihat internet,
> bermain, diskusi dengan ibunya. Bapaknya produk
> pendidikan formal, tapi mendidik anaknya dengan anti
> pendidikan formal.
>    
>   Agus Hend
>   
> 
> Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Mas Noor
> Kalau aku baca2 dari diskusi dunia pendidikan
> formal, metode belajar
> home schooling itu semestinya sebagai alternatif
> dari metode
> konvensional (akademis).
> Homeschooling itu cocok misal utk ustrali yang di
> pelosok2 dimana
> sekolah konvensional tidak dapat diadakan. Misal
> sperti film "little
> house of the prairie" jaman aku kecil dulu.
> Di ustrali homeschooling itu yang mengajar ortu2nya,
> tetangga dan
> kakak dsb, walaupun modulnya dari sekolah formal.
> Dan juga ada
> ujiannya. Di Shell brunei dulu aku ketemu anak2 yang
> home schooling
> ini. Tetapi mereka melakukan ini karena ikutan ortu
> yang berpindah2.
> 
> Namun mboh kenapa kok di Indonesia ini jadi mleset2
> lagi. Yang
> mengajar bukan ortunya tapi mahasiswa atau seperti
> les privat. Gurunya
> dateng dari luar, bahkan guru2 sekolah formal
> menjadi tutor2nya
> sebagai bagian dari ngobyek.
> Untuk kondisi perkotaan dan penduduk yg cukup
> buanyakkk ini, metode
> homeschool bukanlah yang ideal
> Salam
> 
> 
> On 3/26/08, noor syarifuddin wrote:
> > untuk info saja: home-schooling sekarang semakin
> menjadi pilihan banyak
> > orang tua, namun karena kondisi negeri ini yang
> butuh formalitas ijazah
> > (bahkan sampai untuk ngurus paspor segala), maka
> mereka ikutan ujian
> > persamaan atau via UT.....
> >
> > jadi memang sistem pendidikan kita perlu banyak
> pembenahan....
> >
> >
> >
> > ----- Original Message ----
> > From: Rovicky Dwi Putrohari 
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, March 26, 2008 2:13:26 PM
> > Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Hidup Tanpa Ijazah
> >
> > Smoga semangat belajarnya yang lebih mengemuka.
> Karena aku sering
> > kawatir bangsa ini sering kepleset membaca. Judul
> yg dibuat Pak Awang
> > tentunya mengarah ke semangat maju bukan karena
> formalitas. Tapii
> > kalau mleset menjadi minus "ngapain sekolah" wong
> billgates saja do,
> > eisnstein saja ngga sekolah, juga thomas alfa
> edison kaga naik kelas.
> > Mereka-mereka yg sukses besar ini memang anomai,
> mereka yg terkenal
> > bukan manusia pad umumnya, dan juga mereka memang
> istimewa. Sedangkan
> > aku termasuk bukan anomali, aku ya seperti mereka
> yang biasa "tanpa
> > telor".
> > Dunia "pendidikan" di Indonesia ini menjadi rumit
> ketika dihadapkan
> > dengan anomali-anomali diatas. Ijazah merupakan
> bentuk formal dari
> > pengakuan akademis. Ijazah memang tidak menjamin
> sukses, apalagi tanpa
> > Ijazah !!
> > Keinginan mengejar ijazah di indonesia jelas bukan
> hal yang salah,
> > memang benar hal ini mudah disalah gunakan dan
> disalah artikan.
> > Yang perlu diketahui adalah potensi (smangat)
> mengejar ijazah tetap
> > harus dihembuskan bukan dilarang tetapi diatur
> dengan benar.
> > Learning (belajar) not just studying (sekolah)
> >
> > Salam
> > Rdp
> >
> >
> > On 3/26/08, Hendratno Agus wrote:
> > > Lha memang khitahnya manusia adalah "membaca"
> atau Iqra...; Tuhan
> > menurunkan
> > > perintah yang PERTAMA KALI pada manusia adalah
> "IQRA...." Membaca.
> > > Lalu membaca apa? Membaca semua unsur kehidupan
> yang melingkupi jati diri
> > > manusia secara pribadi maupun sebagai makhluk
> sosialnya. Artinya, bahwa
> > > untuk memenuhi jati diri sebagai manusia,
> kuncinya adalah "membaca" bukan
> > > mencari "ijazah" (sebagai representatif dunia
> pendidikan / akademik).
> > > Bagaimana Einstein menemukan formulanya, lalu
> bagaimana Socrates, Plato,
> > > Galileo, Syeh Abdul Qodir Jailani, Jalaludin
> Rumi, Ibnu Sina menghasilkan
> > > karya-karya monumental-nya, yang sampai sekarang
> digandrungi banyak orang
> > > dan turut meng-inspirasi berbagai konsep dan
> temuan yang penting untuk
> > > kemaslahatan ummat manusia dalam belantara
> akademik (di dalam
> > kampus-kampus
> > > formal) maupun belantara 'akademik" dari
> kampus-kampus alam semesta
> > > (universitas kehidupan semesta). Orang-orang
> seperti (Einstein, Plato, AQ
> > > Jaelani, Rumi di jamannya dulu) ini tidak pernah
> terbayangkan apa yang
> > > disebut "ijazah". Ketika terjadi revolusi
> industri di Eropa menguat,
> > > kemudian menjalar proses kapitalisasi di
> > > berbagai belahan dunia, maka peng-akuan
> seseorang "sangat ditentukan oleh
> > > proses pendidikan formal" yang bermuara pada
> selembar kertas "ijazah".
> > >
> > > Memang telah terjadi pergeseran peradaban saat
> ini. Jadi kalau toch
> > > Presiden kita nantinya tanpa sebuan ijazah-pun;
> ASAL dia MAU dan MAMPU
> 
=== message truncated ===



      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

--------------------------------------------------------------------------------
PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod

--------------------------------------------------------------------------------
PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke