Etah Abah Yanto jangan gegabah dan under estimate...
Abah Anom dari dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil, sekarang 
berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung, laut (pantai selatan Jawa), 
arung jeram (Citarik, Ayung). Nginepnya lebih sering bukan di Hotel/Losmen 
(bilangnya sih biar lebih natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di tenda 
atau di rumah penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan Taman Nasional 
Gn. Pangrango juga TN Gede PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN Ujung Kulon. 
Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak waktu dan gampang minta 
ijin (sesuai dengan pengahasilannya).  

Salam
Abah Anom

-----Original Message-----
From: yanto R.Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 18, 2008 1:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri




Awang dan Rekan rekan

Membaca Junghuhn di Bukit Jayagiri
, saya teringat masa kecil dlu (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
ibu untuk melihat jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada masa
anak anak) masih terpatri sampai saat ini.
Saya jadi ingin bertanya
apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya  melihat
seperti ini (Teropong Boscha , Jayagiri , musium geologi , gedung gajah
dsb).
Rasa2nya ndak ya , kalau membawa anak-nya kesitu kayanya
"kampungan", lebih gaya kalau jalan jalan ke mall  (untuk
mendidik konsumtif) , akh moga moga si Abah salah.

Si Abah

_______________________________________________________________________

Pak Sugeng,
> 
> Terima kasih atas respon dan
beberapa ceritanya yang menarik.
> 
> Kalau kita membaca
puluhan buku tipis untuk anak-anak serial "Alam
>
Terbuka" yang pernah diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
awal
> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit ini
sangat terkenal
> pada masanya, tetapi sejak akhir 1970-an tidak
ada lagi), kita akan takjub
> dengan perkembangan2 ilmu
pengetahuan dan teknik yang terjadi di
> Indonesia.
> 
> Buku2 ini ditulis langsung oleh ahli2 Belanda yang bekerja di
Indonesia
> sebelum Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
Ganaco. Ada hampir
> 60-an buku yang meliputi berbagai aspek ilmu
pengetahuan, teknik, dan
> kehidupan (termasuk beberapa tentang
geologi Indonesia, yang ditulis oleh
> ahli2 geologi Belanda yang
bekerja di Indonesia). Saya dapat mengumpulkan
> sekitar 40 judul,
hasil berburu di tukang loak Bandung, terkumpul satu
> demi satu
di beberapa tukang loak selama bertahun-tahun (bisa dibayangkan
>
betapa senangnya perasaan saya kala satu demi satu buku2 itu terkumpul,
> rasanya barangkali lebih puas daripada bisa merekonstruksi sebuah
lanskap
> geologi !)
> 
> Nah, di salah satu seri
buku ini ada yang berjudul "Kina", di situ
> diceritakan
tentang sejarah sulitnya mendatangkan kina ke Indonesia dari
>
Amerika Selatan, dari hutan-hutan Peru. Pencariannya penuh dengan
> liku-liku, penuh dengan petualangan ala Indiana Jones, penuh
dengan
> diplomasi, dll. Bagaimana mengapalkannya ke Indonesia
agar tetap utuh pun
> menjadi masalah besar sebab saat itu tahun
1850-1860-an. Setelah sampai di
> Indonesia pun menjadi masalah
besar bagaimana membudidayakannya. Menarik
> sekali ceritanya
sampai perkebunan kina itu akhirnya subur di
>
perkebunan-perkebunan di Jawa Barat, termasuk Pangalengan, dan daerah2
> lain di Indonesia - sampai "Pil Bandung" nan pahit itu
menyuplai kebutuhan
> 97 % dunia (!).
> 
> Saat di
Balikpapan 1990-1995, saya biasa mengonsumsi daun pepaya dalam
>
menu makanan, katanya papaverine-nya punya khasiat mirip-mirip kinine
di
> pil kina, resep ini saya peroleh dari seorang kerabat yang
tinggal di
> teluk Sangatta sejak 1980-an, wilayah di Kalimantan
Timur yang saat itu
> kerap jadi wilayah endemik malaria.
> 
> Cerita-cerita tentang minyak yang ditambang puluhan
orang di lapangan2
> kecil penemuan tahun 1890-an mungkin sudah
berlalu Pak Sugeng, saya masih
> melihatnya pada tahun 1990
ditarik puluhan orang yang berlari-lari sekitar
> lapangan sejauh
kedalaman reservoir itu; sekarang sudah menggunakan mesin
> hasil
modifikasi dari mesin mobil.
> 
> Salam,
>
awang
> 
> -----Original Message-----
>
From:
Sugeng Hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent:
Friday, April 18, 2008 12:08 C++
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
> 
> 
> 
> Pak Awang,
> 
>
Trimakasih, ulasan mengenai tokoh yang legendaris ini sungguh memikat.
Pak
> Awang sangat beruntung masih sempat "nyekar" ke
makam beliau di Lembang.
> Tulisan ini akan menambah wawasan kami
semua. Nama Junghuhn saya kenal
> sejak 50 th yll ketika saya suka
membuka-buka buku tebal kakak-2 saya yang
> sekolah SGB dan SGA:
Kementerian P dan K, Balai Kursus Tertulis Pendidikan
> Guru
Bandung Dilarang Mengutip". Dalam salah satu mata pelajaran,
> dikisahkan sbb.: Di sebuah desa di  negara Amerika Selatan, ada
seorang
> kakek yang sakit demam berat (malarira). Karena
kehausan, Kakek ini sampai
> merangkak ke kolam di dekat desanya
hanya sekedar untuk minum. Walaupun
> airnya sangat pahit, Kakek
tetap nekad minum sampai kenyang. Esoknya dia
> sembuh dari sakit.
Rupanya ada pohon kina yang tumbang ke kolam, dan yang
>
menyebabkan air kolam ini menjadi pahit sekaligus menjadi obat mujarap
> untuk malaria. Maka menjadi terkenal-lah bahwa kina untuk obat
malaria.
> 
> Lalu dikisahkan bahwa bibit pohon Kina ini
dibawa oleh seorang peneliti
> bernama Junghuhn, dan dikembangkan
di Tanah Priangan yang sejuk dan indah.
> Sejak itu pil Kinine
atau pil Kina (di desa saya disebut pil mBandung)
> menjadi sangat
terkenal. Cuma yha itu, pahitnya minta ampun. Dulu, kalau
> kami
mesti menelan pil ini, haruslah dibantu pisang. Artinya, pisang
>
(mateng) kita kunyah dulu sampai lembut, lalu sebutir pil ditumpangkan
di
> atasnya, dan pisang kita telan sambil memejamkan mata.
Sesudahnya kita
> harus cepat-2 minum teh manis. Esoknya demam
malaria akan hilang. Setelah
> sekolah SR, ketika belajar Ilmu
Bumi, kami lebih tahu bahwa perkebunan
> kina ada di Pangelengan.
Kebetulan akhir-2 ini saya dan keluarga sering
> main ke Cibeureum
Pangalengan karena membantu warga setempat dengan
> menggaduhkan
bbrp ekor sapi perah. Na, di sana rupanya juga masih banyak
>
pohon-2 kina.  Selain sejuk, Pangelengan mempunyai pemandangannya yang
> indah dan mempesona.
> 
> Rupanya para akhli
Belanda (Eropa) pada waktu itu hebat-2 yha? Ketika
> masih di
Yogya, saya suka beli majalah Intisari bekas di loakan dekat
>
alun-alun. Saya menemukan artikel bagus, sekaligus mengharukan: Ada
> peneliti tanaman (Belanda) dari Bandung selatan yang mendatangi
sebuah
> kantor pos pembantu untuk mengirimkan hasil penelitiannya
ke negeri
> Belanda. Tentu saja pada waktu itu dikirim lewat
surat, setelah dibubuhi
> perangko, dan suratnya pun pasti akan
diangkut dengan kapal laut.
> Masalahnya uangnya untuk  perangko
tidak cukup. Petugas pos pun
> bersikukuh, kalau perangkonya
kurang, surat tidak dapat dikirim semuanya.
> Suasanya sedikit
kaku. Tiba-2 tuan peneliti merogoh saku celananya, dan
>
mengeluarkan sepucuk pistol dan diletakkan di meja loket. Dengan sigap,
> bapak petugas pos langsung tiarap dan bersembunyi di kolong loket.
Mungkin
> takut kalau di dor. Si tamu pun memanggil-manggil dengan
bahasa Sunda yang
> patah-2, sambil mengatakan bahwa dia hanya
bermaksud untuk menggadaikan
> pistolnya sebagai jaminan uang
perangko. Di sinilah keramahan bangsa kita
> ditunjukkan. Dengan
sedikit rasa takut, pak petugas pos pun muncul. Sambil
>
tersenyum, beliau mempersilahkan tuan peneliti agar pistolnya disimpan
> saja. Semua surat akan dibubuhi perangko yang cukup; nanti kalau
akan
> mengirim surat-2 berikutnya, kekurangan perangko dapat
dilunasi. Pak
> peneliti pun tersenyum gembira, setelah menjabat
tangan pak petugas dengan
> takzim, maka kembalilah beliau ke luar
kota tempat dia bekerja.
> 
> Kapan Pak Awang mengulas
cerita lain, misalnya awal penambangan minyak di
> Wonocolo (utara
Cepu) yang sekarang masih diteruskan/diusahakan warga
> setempat
dengan cara yang sangat sederhana. Cairan minyak dan air ditimba
>
dengan pipa yang ditarik beramai-ramai dengan tali yang digantungkan
pada
> menara kayu jati.
> 
> Salam hangat dari
sumur Ruku-1 (sebelah barat Kuala Tungkal)
> Sugeng
> 
> 
> 
> ________________________________
>

>
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Sel 15/04/2008 13:03
> To: IAGI; Geo Unpad; Forum
HAGI
> Subject: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
> 
> 
> 
> Hampir tiga tahun yang lalu saya
mem-posting tulisan tentang Junghuhn,
> seperti di bawah. Kamis 10
April minggu kemarin saya mengunjungi cagar
> alam yang dinamai
menurut namanya, sekaligus tempat ia dimakamkan : Taman
>
Junghuhn, di Desa Jayagiri, Lembang.
> 
>   Kamis itu ada
acara diskusi dengan undangan terbatas diselenggarakan
> oleh
Badan Geologi yang mengambil tempat di Hotel Putri Gunung di jalan
> raya Lembang-Tangkuban Perahu. Diskusi dimulai pukul 13.00 (dan
ternyata
> berlangsung sampai Jumat 11 April dini hari pukul
01.00) - sebuah
> diskusi yang seru tanpa seorang pun
mengantuk.
> 
>   Saya sudah datang ke hotel itu pukul
11.00. Karena masih lama dari
> mulai, saya balik lagi ke Lembang
dan membelokkan mobil ke sebuah jalan
> sempit di tengah Desa
Jayagiri tak jauh dari Pasar Lembang. Dari jalan
> sempit itu lalu
berbelok lagi masuk ke jalan yang lebih sempit tak
> beraspal.
Walaupun sedikit "off road" saya masukkan saja mobil sampai
> tak bisa masuk lagi dan diparkir di halaman kosong berumput di
samping
> rumah-rumah penduduk Jayagiri.
> 
>  
Sisa perjalanan adalah sekitar 50 meter dan berujung di sebuah cagar
> alam kecil seluas 2,5 hektar. Pintu masuk ke taman itu terkunci
dengan
> gembok, tutup ..? Dari jauh saya melihat batu nisan
tempat Junghuhn
> hampir 150 tahun yang lalu dibaringkan untuk
selamanya. Seorang nenek
> berlalu di dekat saya. Dalam bahasa
Sunda saya menanyainya apakah ada
> jalan masuk ke makam Junghuhn.
Nenek yang baik ini menunjukkan jalan
> gang di antara rumah-rumah
yang bisa membawa saya masuk ke taman
> tersebut.
> 
>   Akhirnya saya dapat berdiri di depan makam Junghuhn, batu
nisannya
> dibentuk tugu, dikelilingi rantai.  Kondisinya cukup
bagus, terlihat
> baru dicat ulang. Daun-daun kina kering
berguguran berserakan di
> pelataran makam. Hm, pendekar kina ini
terbaring dikelilingi tanaman
> kina yang pernah dirintisnya
bersama Dr. Hasskarl kawannya dari Kebun
> Raya Bogor, tanaman
yang pernah membawa Indonesia sebagai penghasil pil
> kina
("pil Bandung") nomor satu  di dunia. Di nisannya tertulis :
Dr.
> Franz Wilhelm Junghuhn : lahir (dalam gambar bintang) 
> Mansfeld/Magdeburg 26 Oktober 1809, meninggal (dalam tanda
salib)
> Lembang 24 April 1864.
> 
>   Saya
berkeliling di taman atau cagar alam tersebut, ke arah baratlaut
>
dari jauh terlihat gunung Tangkuban Perahu, Sunda, dan Burangrang.
> Hampir 75 % taman ini ditumbuhi pohon-pohon kina yang sudah tinggi
dan
> tua - puluhan tahun. Di sebuah papan nama di dekat pintu
masuk  tertulis
> bahwa Cagar Alam Junghuhn ini sekaligus
merupakan tempat habitat plasma
> nutfah kina. Di tempat inilah
bibit asli kina yang dibawa dari Amerika
> Selatan mulai
dibudidayakan. Cagar alam ini ditetapkan sejak tahun 1919
> dan
kini ada di dalam pengawasan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa
> Barat, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam,
> Departemen Kehutanan.
> 
>   Kini, cagar
alam ini sudah dikepung rumah-rumah penduduk Desa Jayagiri.
>
Dulu, saat Junghuhn tinggal di sini menjelang tahun-tahun terakhirnya
> dalam keadaan sakit, ia masih bisa melihat panorama gunung-gunung
yang
> dicintainya itu dengan jelas. Kini tentu sangat sulit,
terhalang
> rumah-rumah penduduk.
> 
>   Menjelang
pulang, saya melihat banyak penduduk desa masuk ke taman ini,
>
tetapi bukan untuk melihat makam Junghuhn, ke mana mereka ? Saya
>
mengikutinya ke arah utara taman. O, rupanya persis di sebelah taman
ini
> ada pemakaman umum Desa Jayagiri. Rombongan penduduk desa
yang saya
> ikuti rupanya hendak mengikuti prosesi pemakaman
seorang penduduk yang
> kebetulan tengah dimakamkan di tempat
itu.
> 
>   Begitulah kunjungan singkat saya Kamis kemarin
ke makam seorang tokoh
> naturalis besar yang pernah meneliti Jawa
dan Sumatra, seorang tokoh
> yang lebih dari seorang perintis
pembudidayaan kina di Indonesia, tetapi
> juga seorang tokoh
perintis penelitian botani, topografi, geologi, dan
> vulkanologi
Jawa.
> 
>   Meskipun ia berdarah Jerman dan berkarier
dengan bangsa Belanda, dokter
> dan peneliti yang  berkiprah di
Jawa bersama teman-temannya yang kita
> kenal sebagai penjajah;
Junghuhn tetap berbeda dari
> kolonialis-kolonialis tulen seperti
Daendels, JP Coen, atau van den
> Bosch. Meskipun ia tak sepeka
Multatuli atau Groneman; ia patut kita
> hargai atas karya-karya
penyelidikannya. Konsistensinya mencintai alam
> patut diacungi
dua jempol, meskipun mungkin tanpa bantuan bangsa kita
> sebagai
pembantu2 lapangannya Junghuhn barangkali tak bisa berbuat
>
sebanyak itu. Penduduk Jawa selalu ramah memberi tumpangan kepadanya
> saat melakukan penyelidikan Jawa selama sembilan tahun itu. 
Sikap
> Junghuhn yang bersemangat luar biasa, daya kerja yang
sangat besar,
> disiplin, individu yang keras, dan berwawasan luas
adalah mengagumkan.
> 
>   Buku pertamanya tentang Jawa :
"Topograpische und Naturwissenschaftliche
> Reisen durch
Java" (1845) menjadi buku pertama tentang penyelidikan
>
geologi dan biologi pegunungan di Jawa. Buku adikaryanya yang terkenal
> "Java, Zijne Gedaante, Zijn Plantentooi, en Inwendige
Bouw" (judul ini
> suka berlainan dikutip para penulis
sesudah Junghuhn) yang ditulis dalam
> empat volume merupakan
karya komprehensif pertama tentang penelitian
> alam Jawa
(topografi, geologi, klimatologi, biologi).
> 
>   Setiap
peneliti alam Jawa semoga mendapatkan spirit setinggi seperti
>
pernah ditunjukkan Junghuhn. Ada hal-hal ekstrem yang harus dimiliki
> seseorang untuk mencintai profesinya dan bisa mengemuka. Ilmu
> pengetahuan menjadi maju berkat segolongan orang-orang ekstrem ini,
dan
> Junghuhn adalah salah satu daripadanya. Semoga kelak  dari
penduduk
> Jayagiri akan muncul ilmuwan nasional sekelas
Junghuhn.
> 
>   "Kebahagiaanmu, hiburanmu, harapan
dan kepercayaanmu hendaklah berakar
>   semata-mata dalam alam
raya..." (Junghuhn, 1835)
> 
>   salam,
>  
awang
> 
>   LAMPIRAN
> 
>   [iagi-net-l]
Junghuhn : Bukan Hanya Karena Kina
>   Awang Satyana
>  
Sun, 08 May 2005 23:03:46 -0700
> 
>   Bagaimana kita
mengenal Junghuhn ? Orang pertama yang membawa dan
> menanam
kina
>   (di Lembang) ? Sungguh lebih dari itu. Junghuhn adalah
sepenting
> Verbeek,
>   Fennema, dan van Bemmelen dalam
perkembangan pengetahuan geologi
> Indonesia.
> 
>
  Kalau sempat ke Bandung dan mampir ke perpustakaan P3G di Jl.
>
Diponegoro, ada
>   dua buku kuno sangat tebal tentang Jawa. Yang
satu tulisan Franz
> Junghuhn
>   (1848), "Java :
Deszelfs Gedaante, Bekleeding en Inwendige Structuur"
> dan
yang
>   lain tulisan Verbeek dan Fennema (1896),
"Geologische Beschrijving van
> Java en
>  
Madoera". Saya membuka2 buku2 itu hampir 17 tahun yang lalu, saat
> mengumpulkan
>   keterangan tentang Ciletuh. Semoga
sekarang masih terjaga dengan baik.
> 
>   Junghuhn,
adalah peneliti dan penulis pertama geologi Jawa. Datang ke
>
Indonesia
>   tahun 1835 sebagai seorang dokter tentara dengan
sikap hidup penuh
> kekecewaan
>   dan penderitaan akibat
perang di Jerman dan Prancis. "Hiduplah dengan
> dirimu
>   sendiri. Jangan bergaul dengan seorang pun. Jangan mencari
kepuasan hati
> pada
>   orang-orang lain, jangan mencari
kebahagiaan di luar dirimu, jangan
>   mendewa-dewakan sesuatu
selain alam raya" Begitulah sumpah dan
> "pengakuan
iman"
>   Junghuhn saat ia memasuki pelabuhan Pasar Ikan,
Batavia 12 Oktober 1835.
> 
>   Junghuhn lahir di Jerman
tahun 1809, dididik dengan sangat keras oleh
> ayahnya,
> 
 masuk ke kedokteran, dipaksa keluar untuk berdinas di ketentaraan
Prusia
>   (Jerman). Dijatuhi hukuman 10 tahun akibat pelanggaran
disiplin.
> Meringkuk 20
>   bulan di penjara kuno, lari
ke Prancis. Mendaftar sebagai tenaga
> sukarela
>  
tentara Prancis. Bertugas di Afrika. Dikirim pulang ke Prancis karena
> sakit.
>   Lari ke Belanda, mendaftar sebagai tentara dan
dikirim ke Oost Indies
>   (Indonesia).
> 
>   Di
Indonesia, Junghuhn hanya bertugas tiga tahun tujuh bulan sebagai
> dokter di
>   Batavia, Bogor, Semarang, Yogyakarta. Dia
menghabiskan waktu bujangannya
> dengan
>   berkelana
SEMBILAN tahun dari Ujung Kulon ke Banyuwangi, dari pantai
> Laut
Jawa
>   ke pantai Samudera Hindia. Mendaki semua gunung di Jawa,
berjalan
> bersama para
>   kulinya meneliti batuan,
flora, fauna, mengambil sampel, tidur di
> gubuk-gubuk
>  
penduduk atau berkemah di tengah hutan.
>   Tentu dia kini bahagia
sebab mendapatkan panggilan hidupnya.
> 
>   Tahun 1848,
Junghuhn kembali ke Belanda sebagai cuti sakit. Kali ini dia
>
tidak
>   lari lagi, tetapi menggunakan waktu cuti sakitnya untuk
menulis semua
> hasil
>   penelitian sembilan tahunnya,
maka keluarlah bukunya yang terkenal itu
> dalam
>   empat
volume. Kalau mau berapa tebalnya bukunya itu kalau ditumpuk,
>
silakan
>   main ke P3G Bandung, moga-moga masih ada...
>

>   Tahun 1855, Junghuhn kembali ke Indonesia membawa dua hal :
kina dan
> seorang
>   istri. Dengan pengetahuannya yang
komprehensif tentang Jawa, dia tahu
> bahwa di
>   Lembang
lah kina paling baik harus ditanam. Nah, atas jasa Junghuhn lah
>
kalau
>   Indonesia pernah menjadi produsen pil kina nomor 1 di
dunia.
> 
>   Setelah punya isteri dan anak-anak, Junghuhn
tak berkelana lagi. Tak ada
> tempat
>   di Jawa yang tak
pernah didatanginya. Dia memilih tinggal di lereng
> Gunung
>   Tangkuban Perahu, yang dia sebut sebagai "batin manusia yang
aman
> tenteram".
>   Tahun 1864, Junghuhn
menghembuskan nafasnya yang terakhir di sebuah
> kamar
>  
dengan jendela terbuka ke arah gunung-gunung dan hutan-hutan di
>
Priangan. "Aku
>   ingin berpamitan dengan gunung-gunung dan
hutan-hutanku tercinta" Itulah
>   kata-kata terakhir yang
diingat dr. Groneman sahabat yang menemani saat2
>  
terakhirnya.
> 
>   Begitulah yang tertulis dalam buku Rob
Nieuwenhuys "Oost Indische
> Spiegel"
>  
(1972), sebuah buku bagus yang memuat ulasan2 tentang 30 buku penting
> yang
>   diterbitkan dari pertengahan 1800an sampai
pertengahan 1900an. Di
> pedagang buku
>   bekas, tak
jarang kita akan menemukan buku2 bagus dan penting...
> 
>
  "Kebahagiaanmu, hiburanmu, harapan dan kepercayaanmu hendaklah
berakar
>   semata-mata dalam alam raya yang secara diam-diam,
namun tetap abadi
> bergerak
>   di dalam
makhluk-makhlukNya" (Franz Wilhelm Junghuhn, 1835).
> 
>   salam,
>   awang
> 
>  between 0000-00-00
and 9999-99-99
> 
> 
> This email was Anti Virus
checked by Administrator.
> http://www.bpmigas.com
> 
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
> * acara utama: 27-28 Agustus
2008
> * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
>
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
> * batas akhir
penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
> * abstrak / makalah
dikirimkan ke:
> www.grdc.esdm.go.id/aplod
> username:
iagi2008
> password: masukdanaplod
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
> * pendaftaran calon
ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
> * penghitungan suara: waktu PIT
IAGI Ke-37 di Bandung
> AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG
JUGA!!!
> 
>
-----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123
0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
> shall IAGI and its members be liable for
any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data
or profits, arising out of or in connection with
> the use of any
information posted on IAGI mailing list.
>
---------------------------------------------------------------------
> 
> 


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.

--------------------------------------------------------------------------------
PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod

--------------------------------------------------------------------------------
PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke