Betul sekali apa yg disampaikan Mas Noel, JORC hanya sekedar guidence bagi 
seorg member Ausimm untuk membuat public report dalam melaporkan: Exploration 
Result, Resource and Reserve.
Salah kaprahnya adalah bahwa apa yg direportkan tsb dianggap telah 
tersertifikasi.
Padahal yg dimaksud adalah CP sipembuat reportnya.
Juga mungkin harus digaris bawahi bahwa tidak serta merta seorg member of 
ausimm adalah otomatis menjadi CP.
Masuknya divisi coal iagi menjadi bagian ROPO adalah salah satu impian kita dan 
untuk memulainya adalah dgn adanya sertifikasi profesi bagi para anggotanya.

Alangkah sangat tragisnya kita hari ini, tahun kemarin negara kita adalah 
pengekspor terbesar coal, tapi sampai hari ini iagi yg menjadi wadah profesi 
kita masih belum bisa masuk ke dlm ROPO.

Mas Noel mungkin bisa dijelasin ke rekan2 lainnya kenapa dgn konsep TMC ini 
kepentingan masyarakat yg berinvestasi ditambang dapat terlindungi dari risk yg 
mungkin muncul. Biar Abah Tony dan rekan2 lainnya juga paham.

PS. Aku skrg lagi di blackwater nih sampe jum'at, sampean ada dimana mas? Trus 
yg jadi ngegarap project evaluasinya sampean siapa?

Salam,
Yoga

----- Original Message -----
From: Noel Pranoto <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Wed Jun 25 03:09:03 2008
Subject: Re: [iagi-net-l] JORC dan sertifikasi geologi (was BATUBARA, LUMBUNG 
ENERGI UNTUK SIAPA ?)

Rekan-rekan,
Saya ganti subjeknya agar sesuai dengan isi.

Saya agak bingung mengenai apa yang dibicarakan sebelumnya tentang
sertifikasi JORC. Sepengetahuan saya tidak ada yang namanya sertifikasi yang
dikeluarkan oleh Joint Ore Reserve Committe (JORC). Saya coba mereka-reka
yang dimaksud mungkin adalah Competent Person (CP) sebagai salah satu dari 3
basis pelaporan sumberdaya (resources) dan/atau potensi (reserves) yakni
Transparency, Materiality dan Competency seperti yang disampaikan Pak
Chairul Nas. Tentang CP ini bisa dilihat pada Clause 10 JORC 2004 (bisa
diunduh dari http://www.jorc.org/main.php?action=4).

Seperti bisa dibaca pada website www.jorc.org, perubahan yang signifikan
dari JORC 1999 dengan 2004 terletak pada (saya kutip langsung/utuh):

   - the requirement for a Competent Person to be responsible for the
   documentation relating to the reporting of Exploration Results, and
   - the extension of the approved professional bodies to which a Competent
   Person may belong, to include 'Recognised Overseas Professional
   Organisations'.

Syarat menjadi CP tidak rumit. Sesuai Clause 10, selain wajib menjadi
anggota AusIMM atau AIG atau salah satu dari organisasi profesi luar
Australia yang diakui (Recognised Overseas Professional Organisation, ROPO),
seorang CP harus memiliki sedikitnya pengalaman 5 tahun untuk jenis
mineralisasi dan tipe deposit yang sesuai (relevant).

Coal Guideline 2003 yang disampaikan juga oleh Pak Chairul Nas, atau
lengkapnya Australian Guidelines for Estimating and Reporting of Inventory
Coal, Coal Resources and Coal Reserves, umumnya juga dirujuk oleh perusahaan
dalam pelaporan resmi ke pemerintah (statutory reporting) atau selain untuk
tujuan investasi.

Sayangnya tidak ada ada organisasi profesi Indonesia, baik PERHAPI maupun
IAGI, yang masuk dalam daftar ROPO sehingga untuk menjadi seorang CP tidak
harus menjadi anggota AusIMM. Mungkin bisa diusahakan sebagai salah satu
program pengurus IAGI mendatang sehingga anggota yang bersertifikasi IAGI
juga sdh memenuhi syarat sebagai CP menurut Clause 10 JORC.

Selain dari pengalaman dan keanggotaan organisasi profesi, tiap-tiap
perusahaan biasanya memiliki cara dan kebijakan masing-masing dalam menunjuk
seorang CP. Misalnya di perusahaan tempat saya bekerja, seorang project
geologist/geoscientist yang memenuhi kriteria di atas biasanya ditunjuk
menjadi CP untuk daerah eksplorasinya setelah mengikuti kursus/pelatihan
internal dan workshop secara periodik. Di lain perusahaan ada juga yang
langsung dtunjuk tanpa proses apapun dan ini pun sah-sah saja.

Menyinggung pernyataan Abah Tonny saya setuju, sertifikasi atau keanggotaan
dalam suatu organisasi profesi tidak menjamin bahwa isi laporannya bisa
dipertanggungjawabkan. Tapi tetap ini adalah salah satu kontrol untuk
melindungi kepentingan masyarakat yang berinvestasi dalam industri
pertambangan di lantai bursa seperti halnya Afrika Selatan menggunakan The
South African Mineral Resource Committee (SAMREC), Amerika dengan Security
Exchange Commision (SEC)  atau Canadian Securities Administrator (CSA) di
Kanada.

Salam,
Noel

2008/6/25 Chairul Nas <[EMAIL PROTECTED]>:

> Hi, Pak Yoga dan Mas Yudi:
> Berkat do'a Pak Yoga, hari ini saya sudah mulai bekerja kembali - walaupun
> masih dlm proses pemulihan. Saya senang dengan komitmen Pak Yoga dan Mas
> Yudi yg begitu tinggi untuk mewujudkan Sertifikasi Coal Geologists
> Indonesia. Smoga dlm waktu dekat ini kita bisa memulai prosesnya; dan itu
> pulalah yg diharapkan oleh Abah Yanto Sumantri (mantan Ketua Umum IAGI) dan
> Pak Ridwan Djamaluddin (Sekjen IAGI sa'at ini).
>
> Apa yg Pak Yoga temukan itu, serupa dgn yg saya jumpai selama saya kerja di
> AUSTINDO 1997 - 2001. Perbedaannya adalah, waktu itu JORC code yg th 1999;
> sekarang JORC code 2004 dgn Coal Guideline 2003. JORC yg baru ini tentu
> lebih tegas dan lebih jelas, sesuai dgn tuntutan zaman, dan tentunya bebasis
> kepada 3 hal: TMC (Transparancy, Materiality, dan Competency). Saat ini,
> sebagai seorang Member AusIMM, saya sedang mempelajari dgn sangat seksama
> ttg penerapan apa-apa yg tersurat dan tersirat di dlm CGD (Code, Guidline,
> dan Deffenition) dari JORC 2004 tsb. Sebagai Member AusIMM, kita harus paham
> benar dengan CGD tsb, walaupun kita diberikan kebebasan di dlm interpretasi
> geologi dari setiap daerah yg sedang kita eksplorasi. Suatu hari, tentu saya
> perlu konsultasi dgn Pak Yoga, krn Pak Yoga dan Pak Pat Hanna sudah banyak
> pengalaman dlm menerapkan standard JORC 2004 ini.
>
> Dlm waktu dekat ini, IAGI akan mengadakan pertemuan terbatas Ahli-ahli
> Geologi Batubara Senior, membicarakan dan merumuskan: Apa yg dpt kita
> sumbangkan kpd perbatubaraan Indonesia. Pakar-pakar seperti Pak Yoga, Mas
> Yudi dan geologists Indo yg pernah bekerja secara internasional tentu kita
> harapkan hadir dlm pertemuan tsb. Usulan ini sebenarnya datang dari Pak
> Yanto Sumantri dan disambut baik oleh Pak Ridwan Djamaluddin (Sekjen), lalu
> kemudian diteruskan kpd saya sebagai Ketua Divisi Batubara IAGI. Dlm
> pelaksanaannya, saya juga sudah minta bantuan Pak Agus Budiluhur (Arrow
> Energy, Australia) dan Pak Sofwandi Tarmizi (Bintang Mandiri Perkasa) - dan
> beliau-beliau bersedia membantu. Kemungkinan akan diselenggarakan di
> Bidakara dlm tempo 2 minggu mendatang. Mohon tanggapan dari teman-teman
> anggota IAGI !!!!!!!
>
> Wassalam,
> Chairul Nas
>
>
> --- Pada Rab, 25/6/08, Wahyudi Adhiutomo <[EMAIL PROTECTED]>
> menulis:
>
> Dari: Wahyudi Adhiutomo <[EMAIL PROTECTED]>
> Topik: Re: [iagi-net-l] BATUBARA, LUMBUNG ENERGI UNTUK SIAPA ?
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 25 Juni, 2008, 12:00 PM
>
> Mas Yoga,
>
> Bener banget, mas. Saya sudah membuktikan itu, tapi ada nyebut konsultan
> asing? siapa ya kira-kira??? SRK, SMGC, MinarcoMineconsult, GMT... itu kan
> asing semua -- mana ya konsultan Indonesia yang berstandar JORC??-- Banyak
> sekali pemain-pemain baru yang --bisa dibilang-- tertipu oleh omongan
> "eksplorasi berstandar JORC" oleh --apa ya nyebutnya?-- geologist
> yang
> mereka percaya untuk melakukan eksplorasi. Padahal jauh banget dari standar
> itu...
> Kalo kata temen-temen saya sih... "Habis gimana, mas. Owner maunya gitu ya
> kita nurut". Masa' jawaban geologist begitu? Lucu ya...
> hahahahahaha...
> Soal rencana P.Chaerul Nas? Saya setuju sekali. Saya dukung sekali.
>
>
> Cherio,
> Yudi
> SMGC, Jakarta
>
> 2008/6/25 Suryanegara, Yoga <[EMAIL PROTECTED]>:
>
> > Sayang ya mas Yudhi, booming ini juga tdk diikuti oleh kesiapan para
> > "geologist" yg bisa jadi kompeten person utk menghasilkan
> explorasi data
> > yang sesuai standard.
> >
> > Aku baru dapat masukan dari temen2 di mining contractor and mining
> company
> > lainnya, ternyata dari beberapa due dill yg mereka lakukan thd beberapa
> > exploration report, mereka temukan banyak report yg katanya base on JORC
> > tapi kenyataannya jauh dari standard yg ada.
> > Jangan salah lho, beberapa report2 tsb yg saya lihat justru dibuat oleh
> > konsultan asing.
> >
> > Beberapa kali saya berdiskusi dgn beberapa geologist, banyak diantara
> > mereka yg menjalankan standard explorasi tanpa mengerti metode apa yg
> > standard yg harus mereka jalankan.
> >
> > Ujung2nya banyak explorasi yg harus re-do untuk mencapai hasil yg sesuai
> > dgn standard yg acceptable.
> >
> > Bahkan reason kapan dan kenapa sampling hrs dilakukan ply by ply, dan
> > berapa tebal minimum ply yg harus diambil banyak yg salah mengerti.
> > Sehingga akhirnya program explorasi banyak yg dijalankan asal irit, tapi
> > karena hasilnya tdk maksimal, ujung2nya malah jadi boros (karena hrs
> > diulang).
> >
> > Mungkin apa yg sedang kemarin diperjuangkan oleh Pak Chaerun Nas utk
> adanya
> > sertifikasi coal geo., hrs segera terlaksana agar "geologist"
> kita bisa
> > banyak yg mumpuni dan punya international standard.
> >
> > Salam,
> > Yoga
> > SRK-Brisbane
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: Wahyudi Adhiutomo <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: iagi-net@iagi.or.id <iagi-net@iagi.or.id>
> > Sent: Tue Jun 24 20:56:20 2008
> > Subject: Re: [iagi-net-l] BATUBARA, LUMBUNG ENERGI UNTUK SIAPA ?
> >
> > Pakdhe,
> >
> > Bener banget itu... Batubara memang sedang "in" di Indonesia
> banyak
> > "pemain-pemain baru" yang bermain di situ. Saya di konsultan
> merasakan
> > dampaknya, banyak job untuk JORC Resources Statement dari para pemain
> baru
> > tersebut. Katanya... JORC Statement itu mau buat pinjam uang di bank :-)
> >
> > Cherio,
> > Yudi
> > SMGC, Jakarta
> >
> > 2008/6/25 Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>:
> >
> > > Seperti ajakan Pak Sekjen yang mulai berbicara no migas saja ....
> > > Pak Singgih Widagdo direktur ICS yang menulis artikel dibawah ini
> > kebetulan
> > > juga (pernah menjadi) geologist.
> > >
> > > RDP
> > > ====================================
> > > BATUBARA, LUMBUNG ENERGI UNTUK SIAPA ?
> > > Oleh  :  Singgih Widagdo
> > >
> > > ...being President of the United States isn't about doing
> what's easy.
> > It's
> > > about doing what's hard. It's about doing what's right.
> Leadership isn't
> > > about telling people what the want to hear -it's sbout telling
> them what
> > > they need to hear. Barrack Obama.
> > >
> > > Apa yang disampaikan Calon Presiden Amerika dari Partai Demokrat
> dalam
> > > pidatonya  ( Real Leadership for a Clean Energy Future),Oktober 2008
> > begitu
> > > pas untuk kita yang sedang membangun kebijakan bidang energi.  Kita
> tahu,
> > > dengan penduduk yang tidak jauh beda, Indonesia 250 juta dan Amerika
> 300
> > > juta, tercatat listrik yang sudah terpasang di Amerika 850.000 MW,
> jauh
> > > berbeda dengan yang kita miliki, 25.000 MW.  Hanya dengan 93 milyar
> > > (resources) dan 19 milyar (reserved), apakah pengelolaan sumber daya
> > > batubara hanya kita biarkan sedemikian rupa, di atas elektrifikasi
> yang
> > > baru
> > > mencapai 58 % dan kemiskinan 40 juta penduduk ?
> > >
> > > Batubara
> > >            Seminggu ini, batubara begitu hangat diperbicangkan. Di
> awal
> > > minggu        (Kompas,2/06) mantan memperind, Hartarto, begitu
> menariknya
> > > bicara mengenai penyelesaian masalah bangsa terhadap energi, atas
> > > pandangannya terhadap prospek pencaiaran batubara (coal
> liquefaction).
> > > Penulis mengikuti sejak tahun 90'an pada saat harga minyak bumi
> masih di
> > > bawah USD 25 dan dikatakan proyek pencairan batubara akan ekonomis
> pada
> > > saat
> > > harga minyak bumi pada level sama atau di atas USD 25.00. Namun,
> sampai
> > > saat
> > > ini harga minyak sudah mendekati USD 140, proyek ini  pun belum
> > > terealisasi.
> > > Semestinya seperti di Afrika Selatan (Sasol) yang saat ini mampu
> > > berproduksi
> > > 150.000 barrel per hari (bph), Pemerintah mesti tegas berada di garis
> > depan
> > > dalam setiap proyek pionir. Namun sebaliknya saat ini,  begitu
> > > memprihatinkan, batubara lebih diperdebatkan sebagai komoditi semata.
> > > Perburuan batubara, siapapun disini, terkesan hanya berjalan menuju
> > >  kepentingan sesaat (profit) di luar kepentingan bangsa untuk jangka
> > > panjang, apalagi bicara kebutuhan energi bagi generasi mendatang.
> > >            Belum lama, penulis mendapatkan pertanyaan dari salah satu
> > staf
> > > senior PLN mengenai rencana PLN untuk mengakuisisi tambang batubara ,
> di
> > > waktu yang sama pula beberapa staf PLN sedang berada di Kalimantan
> untuk
> > > mencari-cari prospek usaha pertambangan batubara di Pulau tersebut.
> > > Singkat,
> > >  penulis sampaikan " Pak, negara ini mau dibawa kemana ? Di saat
> PLN
> > tidak
> > > sedemikian mudah melakukan deregulasi serta harus berjalan dengan
> beban
> > > Public Service Obligation (PSO), Bapak mesti tegas kepada pemerintah
> saat
> > > ini ?  Tanpa campur tangan pemerintah, mustahil Bapak mau
> bicaranational
> > > security energy dengan kebutuhan  batubara PLN  yang  akan mencapai
> 82
> > juta
> > > di tahun 2010. "
> > > Penulis tambah terkejut ( Kompas, 06/06), atas niat PLN untuk
> > mengakuisisi
> > > 2
> > > (dua) tambang batubara di Kalimantan dan Sumatra. Penulis memandang
> > positif
> > > langkah korporasi tersebut,  namun di sisi lain penulis yakin,
> tambang
> > yang
> > > akan di akuisisi ini pun bukan sekelas tambang besar/Perjanjian Karya
> > > Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang akan mampu mengamankan
> PLN
> > > untuk mengamankan kebutuhan batubara secara menyeluruh.Semestinya,
> sikap
> > > PLN
> > > bukan sekedar melakukan langkah korporasi dengan mengambil alih
> tambang
> > > tanpa berhitung secara lebih detail, namun seharusnya pekerjaan rumah
> > > pertama PLN, semestinya lebih berani mempertanyakan dan mendesak
> > pemerintah
> > > terhadap tanggung jawabnya akan kondisi tata niaga batubara yang saat
> ini
> > > yang jauh menguntungkan PLN (pemerintah). Pada dasarnya Pemerintah
> yang
> > > hanya meminjam dari negara atas hak pengelolaan tambang (mining
> right),
> > > semestinya harus berjuang bagaimana batubara yang notabene hak milik
> > rakyat
> > >  (mineral right) dan jelas tertulis di UUD 45 (33), sehingga dapat
> > > diciptakan lumbung energi bagi kepentingan nasional.  Bukan malah
> ironis,
> > > di
> > > saat batubara diburu sedemikian bebasnya,  lampu harus padam
> bergiliran
> > dan
> > > rakyat harus masih berdesakan di atas atap KRL menuju Ibukota, yang
> mana
> > > kebijakan energi dilahirkan.
> > > Saat ini, kita harus memberikan apresiasi kepada perusahaan tambang
> > > batubara
> > > baik skala PKP2B  atau KP (Kuasa Pertambangan), yang masih mau
> memasarkan
> > > batubara ke pasar  dalam negeri di saat harga ekspor sedemikian
> tinggi
> > > (Barlow Jonker Index 12/06 USD 155.50)
> > >  Di atas masalah batubara sekedar sebagai komoditi, yang diuntungkan
> pula
> > > dengan Indeks Barlow Jonker yang terus meningkat ( kenaikan USD 69.30
> > dalam
> > > 6 bulan terakhir ini)   serta perdagangan Swap News Q4 2008 masih
> pada
> > > level
> > > USD 157.00, penulis hanya dapat bertanya, akan dibawa kemanakah
> kebijakan
> > > energi republik ini ?  Dimiliki siapakah sebenarnya lumbung energi di
> > > negeri
> > > kita ini, India-kah ? , China-kah ?, Korea-kah ? Taiwan-kah ?,
> > > Malaysia-kah.
> > > Mestikah kita hanya bisa bertanya pada rumput yang bergoyang ?
> > >
> > > KEBIJAKAN
> > >            Pemerintah mengangkat proyek 10.000 MW, penulis acungkan
> > jempol.
> > > Dengan proyek Low Rank Coal (LRC) ini , pemerintah dengan kepastian
> akan
> > > dapat menjadi lokomotif pertumbuhan usaha pertambangan batubara dan
> > daerah
> > > secara lebih cepat. Dengan PLTU yang terbangun, tentu akan mengangkat
> > > batubara sebagai economic booster di pasar domestik, dan jelas akan
> > > terbangun  economic welfare yang mengarah kepada kepentingan
> nasional.
> > >            Namun, dengan kondisi tata niaga batubara yang dibiarkan
> > > berjalan bebas seperti saat ini, penulis yakin, pemerintah (PLN) pun
> akan
> > > mati di lumbung padi (energi). Bahkan untuk membeli "nasi
> aking"/(LRC)
> > pun,
> > > PLN belum tentu mampu bersaing dengan negara lain yang dipastikan
> lebih
> > > unggul di sisi financial dan teknologi batubaranya.
> > >            Apa yang dengan lantang disampaikan oleh Dirjen Mineral,
> > > Batubara dan Panas Bumi saat CoalTrans di Bali (02/06) tentang
> kewajiban
> > > pemenuhan kebutuhan batubara untuk pasar dalam negeri, sudah tepat,
> namun
> > > perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan yang pasti demi mengamankan
> > > kebutuhan
> > > energi di dalam negeri. Apapun alasannya, kebutuhan batubara dalam
> negeri
> > > dipenuhi terlebih dahulu sebelum bermain di pasar ekspor.  Tekad yang
> > telah
> > > disampaikan tentu akan menjadi nilai manfaat dengan kepastian
> keluarnya
> > >  regulasi yang jelas jelas memihak kepada kepentingan nasional.
> > >            Pendefinisian arti cukup atau aman hanya dengan
> membandingkan
> > > antara produksi batubara nasional dengan kebutuhan batubara dalam
> negeri
> > > harus dirubah. Dengan kondisi setiap tender PLTU Skala Besar yang
> > melayani
> > > Jawa Bali (Tanjung Jati , Paiton, Suralaya dan Cilacap) yang hanya
> selalu
> > > diikuti 1 (satu) atau 2 (dua) perusahaan hanya akan menjadikan tata
> niaga
> > > batubara nasional menjadi berkembang secara tidak sehat.
> > > Akhirnya, kita harus mendorong pemerintah dengan tegas untuk
> meletakkan
> > > batubara lebih sebagai nilai energi dibandingkan sekedar harga
> (profit).
> > > Kita harus mengingatkan bahwa kepemilikan batubara ("mineral
> right") ada
> > di
> > > tangan rakyat. Kita harus mengingatkan bahwa negara,pemerintah dan
> > > perusahaan pertambangan hanya sebatas pada "mining right"
> nya saja.
> > Dengan
> > > pengelolaan yang tepat, baik pemerintah maupun korporasi akan
> diuntungkan
> > > bersama.  Dengan menempatkan batubara pada wilayah yang benar, hanya
> > dapat
> > > dikoreksi dengan pertanyaan,  apakah batubara secara benar dikelola
> untuk
> > > kepentingan rakyat atau bukan.
> > >
> > > Penulis : Direktur Indonesian Coal Society (ICS)
> > >
> >
>
>
>
>  ___________________________________________________________________________
> Dapatkan nama yang Anda sukai!
> Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>

Kirim email ke