Apa penyebab erupsi "Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis, sampai obrolan di café atau warung kopi. Peliputan media cetak dan elektronik yang luas atas issue ini telah menyebabkan kasus Lusi diketahui umum di mana pun. Dua school of thought yang menjadi bahan perdebatan telah mengerucut menjadi dua : (1) gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai penyebab, dan (2) pemboran sumur eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo Brantas, Mei 2006) sebagai penyebab. Walaupun, sepengamatan saya, orang awam lebih banyak berpihak kepada teori nomor (2) – itu sebagian besar karena pemberitaan media; tidak begitu yang terjadi dengan perdebatan di antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama kuat, ahli-ahli di masing kubu bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan pendapat para ahli yang dipanggil sebagai saksi ahli dalam pengadilan telah menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera tuntas diadili. Minggu ini pun, pengadilan negeri Jawa Timur mulai memanggil kembali beberapa saksi ahli untuk dimintai keterangan. Apakah nanti pada akhirnya akan diperoleh kesepakatan di antara para ahli ? Saya tak yakin akan itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan bukan lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah dalam ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya banyak contohnya. Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat yang bisa mendiamkan semua perdebatan dan terpaksa satu pihak harus mau menerima pendapat pihak lainnya. Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics ketika bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua benua saat ini tengah bergerak dan mantle tomography menunjukkan bahwa kerak samudra sedang menyusup di bawah benua ? Pada saat baru diumumkan, teori ini memicu perdebatan yang sengit lebih dari 20 tahun. Contoh lain, apakah kita masih percaya dengan teori geosentris ketika bukti-bukti astronomi dengan gamblang menunjukkan bahwa Bumi walaupun planet hidup bukan pusat Alam Semesta ? Bahkan, Matahari kita pun bukan (heliosentris). Kita juga punya contoh perdebatan yang tak kunjung selesai, misalnya antara yang percaya dan tidak teori evolusi (tahun depan, perdebatan ini akan memasuki tepat 150 tahun). Kembali ke Lusi, melihat perdebatan yang mungkin tak akan mudah diselesaikan, maka AAPG (American Association of Petroleum Geologists) dalam pertemuan tahunan internasionalnya yang pada tahun 2008 ini akan digelar di Capetown, South Africa, 26-29 Oktober 2008, akan mengadakan acara khusus tentang Lusi dalam program teknisnya. Sesi khusus ini diberi judul ”Lusi Mud Volcano : Earthquake or Drilling Trigger”. Di dalam acara ini akan diberi kesempatan kepada tokoh-tokoh dari dua kubu pemikiran menyampaikan pendapatnya. Acara sidang ilmiah ini akan diketuai oleh Jon Gluyas (Fairfield Energy, Middlesex, England) yang dijamin AAPG akan bertindak ”fair” alias netral. Berikut judul-judul presentasi yang akan digelar :
”Causes and Triggers of the Lusi Mud Volcano, Indonesia” (Mazzini, Svensen, Planke, Akhmanov) “East Java Mud Volcano (Lusi) : Drilling Facts and Analysis” (Istadi) “The Lusi Mud Eruption of East Java” (Tingay, Heidbach, Davies, Swarbrick) “The East Java Mud Volcano (2006 to Present) : An Earthquake or Drilling Trigger” (Davies, Brumm, Manga, Swarbrick, Rubiandini, Tingay) Acara ditutup oleh presentasi tentang deformasi Lusi akibat erupsinya : “Deformation due to Eruption of a Mud Volcano : The Lusi Mud Volcano (2006-Present), East Java” (Abidin, Davies, Kusuma, Sumintadiredja, Andreas,Gamal) “We need to agree first on the cause, so we expect an active debate”, kata John Snedden (ExxonMobil), penggagas acara perdebatan itu. Apakah bisa diharapkan dalam acara sekitar dua jam itu akan terjadi persetujuan tentang penyebab Lusi ? Saya meragukannya. Pertemuan-pertemuan ilmiah (seminar) tentang penyebab Lusi telah beberapa kali diadakan baik di Indonesia maupun di luar negeri (Australia, Amerika, Eropa), baik mempertemukan dalam satu ruangan tokoh-tokoh masing kubu pemikiran, maupun tidak (masing-masing kubu pemikiran mengadakan pertemuannya sendiri). Publikasi kunci tentang kedua penyebab ini pun telah beredar : Davies, R., Swarbrick, R., Evans, R., Huuse, M., 2007, Birth of a mud volcano : East Java, 29 May 2006, GSA Today, 17, p. 4-9. Mazzini, A., Svensen, H., Akhmanov, G.G., Aloisi, G., Planke, S., Sørenssen, M., Istadi, B., 2007, Triggering and dynamic evolution of the LUSI mud volcano, Indonesia, Earth and Planetary Science Letters, 261 (2007), p. 375-388. Presentasi kunci yang pernah dilakukan tentang kedua pendapat ini adalah : Brumm, M., Manga, M., Davies, R.J., 2007, Did an earthquake trigger the eruption of the Sidoarjo (LUSI) mud volcano ?, American Geophysical Union, Fall Meeting, December 2007. Svensen, H., Mazzini, A., Akhmanov, G.G., Aloisi,G., Planke, S., Sørenssen, A., Istadi, B., 2007, Triggering and dynamic evolution of the LUSI mud volcano, Indonesia, American Geophysical Union, Fall Meeting, December 2007. Beberapa publikasi penting yang berhubungan dengan hal gempa dan mud volcano yang baik dipelajari adalah : Manga, M. and Brodsky, E., 2006, Seismic triggering of eruptions in the far field : volcanoes and geysers, Annu. Rev. Earth Planet. Sci, 34, p. 263-291. Mellors, R., Kilb, D., Aliyev, A., Gasanov, A., and Yetirmishli, G., 2007, Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions, Journal of Geophysical Research, vol. 112. Demikian, adalah perlu dikaji terus dengan pikiran terbuka dan kepala dingin kedua kemungkinan penyebab Lusi ini. Kalau ada rekan-rekan milis yang nanti kebetulan akan ke Capetown, South Africa untuk menghadiri pertemuan internasional 2008 AAPG, jangan dilupakan acara perdebatan Lusi di sana. Walaupun perdebatan tersebut bukan untuk pertama kalinya digelar, tetap menarik untuk disaksikan, siapa tahu kita menemukan kunci-kunci ke arah pemecahan yang lebih baik. Salam, awang