Rekan2 milis;
 
Berikut komentar dari Pak Wayan, penulis paper tentang Ngrayong di IPA 1993 
yang saya kutip. 
 
salam,
awang

--- On Wed, 9/10/08, Wayan Ardana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Wayan Ardana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Bls: FW: [iagi-net-l] Fw: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus 
Deepwater : the Debate Continues
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, September 10, 2008, 10:49 AM








--- Pada Rab, 10/9/08, Nyoman Suta <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: Nyoman Suta <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: FW: [iagi-net-l] Fw: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : 
the Debate Continues
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Rabu, 10 September, 2008, 12:26 AM

Bli, apakah ikutan milis IAGI? Ini ada lagi.

salam

Dear teman2 IAGI tercinta,

Saya tertarik sekali untuk urun pendapat mengenai Ngrayong yang masih menjadi 
perdebatan sampai sekarang ini karena belum bisa di buktikan secara tuntas 
dengan pengeboran yang baru. Saya sendiripun jadi penasaran dan ingin 
mengebornya sendiri dilokasi yang saya anggap tepat.

Pertama kali saya mengenal konsep Turbidites untuk Ngrayong sands dari John 
Wilson (Expl Mng JOB Trend Tuban 1990-1992) yg menugaskan saya study Ngrayong 
tsb. John menulis di internal reportnya JOB PTT begini: "The Ngrayong sands may 
be shallow marine sediments in the north but equivalent sandy turbidites may 
exist in the deeper basin to te south". Dan saya beruntung ditugaskan oleh John 
untuk studi ini, melakukan fieldworks, fieldtrips di Sydney basin dan 
California dan  di supply dengan banyak sekali data sumur dan seismic yg 
meliputi hampir semua data di Jawa Timur saat itu.

Mungkin perlu saya jelaskan sedikit mengenai konsep saya tentang Ngrayong sands 
supaya tidak menyebabkan salah pengertian. Saya tidak menginterpretasikan semua 
Ngrayong sands adalah endapan laut dalam turbidites. Ada cross-bedded shelfal 
sands yang banyak tersingkap di sepanjang pantai utara Jawa Timur dan Madura 
dan ada turbidites di beberapa tempat diselatan termasuk di Kawengan. Ini tentu 
berbeda dengan konsep Peter Lunt yang menyatakan bahwa cross-bedded sands juga 
adalah endapan laut dalam. Kami berdua memang bekerja hand in hand di JOB PTT 
dimana Peter Lunt sebagai Paleontologist-Biostratigrapher. Hasil analisa 
fossil2nya sangat reliable dan saya pakai didalam regional study, walaupun kami 
berbeda dalam aplikasinya terhadap sistim pengendapan Ngrayong sands. Saya pun 
cross-check dengan pak Darwin Kadar yang waktu itu juga sedang menganalisa 
paleontology/biostratigraphy Ngrayong sands di Kawengan Fields. Beliau juga 
menemukan bathyal indicative
 fauna didalam Ngrayong sandy units di lapangan tersebut. Saya juga mengunjungi 
MOBIL yang sedang interpretasi turbidite system di offshore Mahakam Delta.

Saya sangat setuju kalau suatu saat kita bertemu untuk membahas topik ini, 
tidak harus keluar dengan satu interpretasi. Mungkin bisa di organize oleh IAGI 
atau BPMIGAS. Mohon pak Darwin Kadar juga di undang.

Terimakasih dan Salam Hangat
I Wayan Ardana Darma


-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 09, 2008 11:43 AM
To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Fw: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater :
the Debate Continues

Berikut komentar bagus dari Pak Djuhaeni.
 
Pak Dju, komentarnya saya sebarkan di milis ya untuk bahan pemikiran kita
bersama.
 
salam,
awang

--- On Tue, 9/9/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate
Continues
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 9, 2008, 6:45 PM

Buat Kang
 Awang,
Terima kasih banget atas diskusinya ttg Ngrayong Sand. Saya sangat
berharap dan mendukung bila pada suatu saat ada kumpul2 untuk diskusi
Ngrayong Sand.
Sekitar tahun 1994, sepulang saya dari Perancis, ada paper Lunt yang
menyimpulkan bahwa Ngrayong Sand, baik yg tersingkap maupun subsurface
ditafsirkan sebagai endapan turbidit sistem kipas laut-dalam.
Pertama kali saya memang kaget tetapi dia menyebutkan beberapa data fosil
bentos seperti Cyclamina cancelata sbgai ciri laut-dalam. Kebetuln ada mhs
S2 bimbingan saya yg mau mempelajari biostratigrafi dan sikuen. Fosil tsb
ditempat yg sama diambil dan dijumpai Cyclamina dlm jumlah melimpah.
Sebagai seorang micropaleontologist, siapapun orangnya pasti menafsirkan
lingkungan tsb laut-dalam termasuk Lunt.
Perlu diketahui dilokasi tsb sampel tadi berada di lempung karbonan dan 3m
ke atas dijumpai sisipan batubara. Oleh Lunt batubara tsb ditafsirkan
diendapkan
 di laut-dalam dg analogi di tempat lain.
Buat saya menjadi sangat menarik, dlm tesis saya saya jelaskan adanya
storm deposits yg melanda daerah tidal flat.
Ketertarikan saya tsb membuat, hingga saat ini saya selalu mengumpulkan
informasi ttg Ngrayong Sand.
Secara konsep "submarine fan system" perlu adanya submarine canyon yg
berhubungan dg sistem delta di transisi. Pasokan sedimen dari turbidit
submarine fan tsb berasal dr delta tsb. Endapan delta perlu DAS sungai yg
luas. Saya sedang mencari daerah luas tsb dimana? Di utara Ngrayong sand
yg tersingkap, offshore Laut Jawa merupakan endapan paparan karbonat pd
saat yg sama dg Ngrayong.
Saya tdk menolak endapan pasir kuarsa sbgai endapan turbidit tapi berada
di Cekungan Kendeng dan bukan submarine fan system, yg merupakan bagian
bawah (N9-N11) dari Formasi Kerek, selanjutnya Kerek berkembang sbgai
volcanic turbidite yg bersumber dari selatan.
Ardhana menyebut
 Ngrayong sebenarnya Ngrayong Time, yg disusun juga oleh
lempung gampingan Formasi Wonocolo di Lapangan Kawengan, dimana lingkungan
Wonocolo memang laut-dalam.Kerancuan satuan stratigrafi semacam ini sudah
kami bahas dlm workshop stratigrafi di P3G dulu.
Maaf kalau terlalu panjang lebar kemana-mana. Yang jelas saya senang
sekali bila ada pertemuan dan diskusi Ngrayong Sand, sukur kalau disertai
ekskursi sekalian antara dua aliran Ngrayong tsb.
Sekali lagi terima kasih Kang Awang, sampai ketemu untuk diskusi
selanjutnya.
Salam,
djuhaeni


> Iman,
>  
> Terima kasih atas responnya.
>  
> Ngrayong yang dianggap shelf terselip di antara dua satuan batuan Wonocolo
> (neritik luar-bathyal atas) dan Tawun (neritik luar-bathyal atas) pernah
> dikomentari Lunt (1991) sebagai tak mungkin bahwa Ngrayong shelf, sebab ia
> relatif tipis diapit dua satuan batuan yang lebih
 dalam.
>  
> Konsep2 yang dikembangkan Lunt (1991) pernah diuji oleh satu dua sumur
> yang dibor JOB Trend/Santa Fe Tuban antara tahun 1991-1993, sayang
> sumurnya gagal menemukan deposit Ngrayong tersebut. Apakah konsep ini
> berarti gagal ? Belum tentu sebab pengujiannya belum cukup, Saat itu Trend
> sibuk dengan lapangan yang baru ditemukannya, yaitu Mudi. Konsep2 yang
> dikembangkan Ardhana (1993) sampai saat ini belum mendapatkan pengujian.
> Ardhana (1993) mengevaluasi secara komprehensif Ngrayong di seluruh Jawa
> Timur. Beberapa konsepnya memang pernah diacu oleh teman2 Santos saat
> mencari deepwater Ngrayong di Selat Madura. Sulit sekali mencarinya, sumur
> yang dibor Santos pun gagal menemukan deposit Ngrayong. Di wilayah slope,
> sand biasa ter by-pass, berharap menemukan submarine channel yang confined
> tak selalu gampang, apalagi data seismik tak
 menunjang.
>  
> Boleh dikatakan konsep2 Lunt (1991) dan Ardhana (1993) belum berhasil dan
> belum mendapatkan pengujian yang layak.
>  
> Kapan-kapan kalau para geologist berkumpul khusus membicarakan Ngrayong
> ini, saya berharap Iman dapat aktif mengambil bagian.
>  
> salam,
> awang
>
> --- On Tue, 9/9/08, iman firman <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> From: iman firman <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate
> Continues
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
"'IAGI'"
> <iagi-net@iagi.or.id>, "'Geo Unpad'"
<[EMAIL PROTECTED]>, "'Forum
> HAGI'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi
BPMIGAS'"
> <[EMAIL PROTECTED]>,
 "'Iwan
rudiyanto'"
> <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eddy
Purnomo'"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Tuesday, September 9, 2008, 8:32 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
> Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Pak Awang atas apresiasinya
> terhadap makalah yang Saya dan Pak djuhaeni tulis.
>  
> Sebenarnya sumur-sumur yang saya tampilkan pada makalah kemarin tidak utuh
> dari MD 0 sampai ke total depth, yang saya tampilkan adalah hanya pada
> interval yang saya definisikan sebagai Formasi Ngrayong saja, definisi
> Formasi Ngrayong-nya sendiri saya simpulkan dari beberapa peneliti
> terdahulu yang mungkin masuk ke dalam kelompok satu (menurut Pak Awang),
> seperti Pringgoprawiro (1983). Pada sumur2 tersebut, di atas Formasi
> Ngrayong dan Bulu terdapat Formasi Wonocolo yang berdasarkan foram
>
 bentonik, sebagian menunjukkan lingkungan yang lebih dalam dari Formasi
> Ngrayong, yaitu neritik luar – Bathiyal Atas. Demikian pula pada bagian
> bawah dari Formasi Ngrayong, yaitu Formasi Tawun atau Tuban, berdasarkan
> foram bentonik, sebagian juga menunjukkan lingkungan yang lebih dalam dari
> Formasi Ngrayong, yaitu neritik luar – Bathiyal Atas. Sehingga,
sebenarnya
> saya tidak menampikkan adanya endapan laut dalam pada daerah cepu, namun
> di sini saya mengeluarkannya
>  atau memberikan penamaan yang berbeda (bukan sebagai Ngrayong).
> Dari situ saya menyimpulkan juga bahwa Formasi Ngrayong diendapkan pada
> batimetri yang paling dangkal (dibandingkan dengan atas dan bawahnya),
> didukung oleh rasio planktonik bentonik yang kecil dan juga jumlah
> populasi foram planktonik dan bentonik yang menurun, tentunya ini
> mendukung pendapat bahwa Ngrayong diendapkan pada fase
 regresi. Secara
> teoritis jumlah populasi foram akan semaik sedikit jika batimetrinya
> semakin dangkal.
>  
> Melalui paper tersebut saya sebenarnya tidak bermaksud untuk menyaingi
> pendapat-pendapat yang sebelumnya sudah ada, tentunya konsep Peter Lunt
> dan Wayan Ardhana sudah menghasilkan hidrokarbon yang cukup banyak selama
> ini. Dari sisi ilmiah saya hanya ingin mengingatkan kembali bagaimana
> sebenarnya suatu satuan batuan dapat dikelompokkan berdasarkan
> litostratigrafi dan bagaimana kaitannya dengan kronostratigrafi. Sedangkan
> dari sisi eksplorasi, mungkin saja ini dapat dijadikan suatu pendekatan
> baru dalam mencari hidrokarbon. Mungkin perlu juga kita mendengar pendapat
> teman-teman lainnya khususnya yang spesifik mengerjakan eksplorasi daerah
> Cepu, mungkin berdasarkan data2 yang lebih baru akan ada pendapat-pendapat
> baru lagi. Ayo
 teman-teman ditunggu pendapatnya.
>  
>  
> Salam,
>  
> Iman Firman S.
> Staf G&G Divisi Eksplorasi
> Aset Musi Benakat
>
> Menara Standard Chartered, lantai 23
> Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164
> Jakarta 12950
> Telp : (021)5789-3452
>  
>  
>  
>  
>
> From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, September 09, 2008 1:08 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Cc: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Fw: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate
> Continues
>  
>
>
>
>
>
> Sdr. Iman dan Pak Djuhaeni,
>
>  
>
> Sekedar info diskusi saya di milis.
>
>  
>
> salam,
>
> awang
>
> --- On Tue, 9/9/08, Awang Satyana
 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate
> Continues
> To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Geo Unpad"
<[EMAIL PROTECTED]>,
> "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi
BPMIGAS"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Tuesday, September 9, 2008, 12:59 AM
>
>
>
>
> Para geologist yang pernah bekerja di Cekungan Jawa Timur mengenal
> perdebatan ini : Ngrayong sebagai endapan paparan (shelf) dan Ngrayong
> sebagai endapan lautdalam (deepwater/deep marine). Tidak akan jadi
> perdebatan kalau yang dimaksud adalah unit Ngrayong di dua tempat sebab
> wajar saja di satu tempat yang lebih dekat ke darat Ngrayong sebagai
> endapan paparan, dan di tempat lain yang lebih jauh dari darat
 Ngrayong
> sebagai endapan lautdalam. Masalahnya adalah, untuk satu tempat yang sama
> yaitu di wilayah Cepu, Ngrayong telah ditafsirkan secara berbeda : shelf
> deposits atau deepwater deposits (?). Lalu persoalan ini makin meluas
> sebab perdebatan di Cepu itu telah dibawa ke mana-mana di seluruh Cekungan
> Jawa Timur.
>  
> Dua school of thought berkembang : (1) shelf Ngrayong dan (2) deepmarine
> Ngrayong.
>  
> Kelompok pertama boleh kita sebut sebagai pandangan klasik. bahwa Ngrayong
> di Cepu adalah endapan laut dangkal atau paparan telah dianut sejak para
> geologist Belanda bekerja di sini sampai disertasi-disertasi doktor yang
> memasukkan Ngrayong sebagai bahan penelitiannya (Harsono Pringgoprawiro,
> 1983; Abdul Muin, 1985; Djuhaeni, 1994). Pak Abdul Muin sekarang Wakil
> Kepala BPMIGAS. Saat Pak Muin pertama datang ke BPMIGAS tahun 2003,
 saya
> sempat ngobrol dengan beliau soal perdebatan Ngrayong ini. Dengan Pak
> Djuhaeni (ITB) tentu saya pun suka ngobrol sambil lalu masalah Ngrayong
> ini. Kelompok pertama ini mendapat sokongan dari geosaintis Exxon,
> misalnya Johnstone dkk., (2006).
>  
> Kelompok kedua boleh kita sebut diwakili oleh Peter Lunt dan Wayan
> Ardhana, saat mengemukakan pendapatnya bahwa Ngrayong di Cepu adalah
> endapan lautdalam (Lunt, 1991; Ardhana, 1993), keduanya adalah geologist
> JOB Pertamina-Trend Tuban. Peter Lunt dan Wayan saat ini keduanya
> konsultan bebas. Saya cukup intensif berhubungan dengan Peter Lunt saat ia
> masih di Indonesia bekerja untuk Coparex dan Lundin. Dua minggu lalu saya
> bertemu Pak Wayan di PIT IAGI Bandung .
>  
> Kesimpulan saya ngobrol dengan “tokoh2 Ngrayong” ini menyimpulkan :
mereka
> tetap berpendapat sesuai kelompoknya.
 Nah : the debate continues…
>  
> Mengapa saya tiba-tiba mengulas soal Ngrayong ini ? Sebab dua minggu lalu
> di PIT IAGI Bandung ada satu paper dan presentasi menarik dari kelompok
> pertama, ditulis dan dipresentasikan dengan baik oleh Iman Sjamsuddin
> (Pertamina EP) dengan co-author Pak Djuhaeni (paper ini adalah tesis
> master Iman, Pak Djuhaeni adalah pembimbingnya). Judul paper Iman dan
> Djuhaeni (2008) “Biostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan Formasi
> Ngrayong di Cepu”. Paper ini adalah paper kedua yang menantang Ardhana
> (1993) setelah Johnstone dkk. (2006) untuk pertama kalinya menantang
> pemikiran Ardhana (1993).
>  
> Maka, empat paper kunci untuk memahami problem Nrayong tersedia : Lunt
> (1991 – PIT IAGI, Jakarta : Neogene geological history of East Java –
some
> unusual aspects of stratigraphy), Ardhana (1993 – PIT IPA,
 Jakarta : A
> depositional model for the early Middle Miocene Ngrayong Formation and
> implications for exploration in the East Java Basin), Johnstone dkk.(2006
> : A revised sequence stratigraphic and depositional interpretation for the
> Miocene clastic interval in the Cepu region, East Java Basin, Proceedings
> Simposium Jakarta2006), dan Sjamsuddin dan Djuhaeni (2008, PIT IAGI,
> Bandung : Biostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan Formasi Ngrayong di
> Cepu). Sebenarnya ada satu dua paper dipublikasi geosaintis Exxon Cepu di
> simposium Geoscience Jakarta 2006, tetapi tak spesifik membahas perdebatan
> soal Ngrayong itu.
>  
> Saya kutipkan kesimpulan paper terbaru soal Ngrayong ini dari Sjamsuddin
> dan Djuhaeni (2008)  << Lingkungan tempat diendapkannya Formasi
Ngrayong
> sampai saat ini masih diperdebatkan. Penelitian mengenai lingkungan
>
 pengendapan Formasi Ngrayong dengan menggunakan data yang komprehensif,
> antara lain biostratigrafi dan litostratigrafi, akan memberikan pemahaman
> yang lebih baik mengenai batas interval, umur serta lingkungan pengendapan
> dari Formasi Ngrayong, khususnya di daerah Cepu. Formasi Ngrayong di
> daerah Cepu dibatasi oleh batugamping Formasi Bulu pada bagian atas dan
> batugamping Formasi Tawun pada bagian bawah, serta terdiri dari tiga
> kelompok fasies, yaitu fasies batupasir, batugamping dan serpih. Formasi
> Ngrayong pada daerah Cepu diendapkan pada lingkungan paparan. Pengendapan
> Formasi Ngrayong ditafsirkan berhenti pada lingkungan paparan 100 – 200
m
> atau zona neritik luar, setelah itu berkembang endapan batulanau dan
> serpih Formasi Tawun hingga
>  lingkungan bathyal. Rasio batupasir – serpih dari Formasi Ngrayong di
> daerah Cepu relatif semakin menurun ke arah
 selatan seiring dengan
> perubahan zona batimetri ke arah yang lebih dalam. Dominasi fosil laut
> dangkal terhadap fosil laut dalam pada sumur Cepu-1 ditafsirkan bahwa
> telah terjadi proses badai pada pengendapan Formasi Ngrayong di daerah
> Cepu. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa endapan di daerah Cepu
> yang berada pada kisaran N9 – N12 tidak seluruhnya berkembang Formasi
> Ngrayong, namun sebagian diendapkan Formasi Tawun yang diendapkan pada
> lingkungan bathyal dengan indikasi telah terjadi proses turbidit.
> Sementara Formasi Ngrayong di daerah Cepu diendapkan pada lingkungan
> paparan dengan indikasi proses badai. >>
>  
> Johnstone dkk (2006) dari ExxonMobil dan Esso yang bekerja di Cepu
> berpendapat bahwa Ngrayong adalah endapan delta dan laut dangkal, dan
> bukan endapan lautdalam. Ngrayong menurut mereka merupakan urutan 
>
 prograding fluvio-deltaic lowstand systems, dan deltaic serta
> shallow-marine transgressive systems. Suatu second-order eustatic fall
> pada Miosen Tengah (Serravallian dan Tortonian) bertanggung jawab untuk
> membawa mature quartzose clastics ke wilayah Cepu melalui lowstand
> fluvio-deltaic systems. Delivery-nya dilakukan melalui incised feeder
> channels. Lowstand systems tract ini  ditutupi oleh backstepping
> (retrogradational) parasequence set di lingkungan paparan dan berciri
> transgressive systems tract. 
>  
> Saya kutipkan sedikit kesimpulan paper Ardhana (1993). << The
Ngrayong
> Formation represents a complete regressive-transgressive sedimentary cycle
> which ranges from coarse-grained sandy clastics in the lower part grading
> to fine-grained clastics and limestones
> towards the top. Within the study area, the Ngrayong is shown to
 comprise
> five principal sedimentary facies. These are tidally-influence
> cross-bedded sandstones, sandy turbidites, contourites, hemipelagic
> mudstones and bioclastic carbonates which are locally reefal.
> Cross-bedded sandstones, capped by thin bioclastic carbonates are widely
> distributed in the shelf and upper slope area that outcrops in the
> northern part of the study area. The contemporaneous turbidites,
> contourites and hemipelagic mudstones were deposited
> on the lower slope and in the deep basin to the south. The distribution of
> the turbidites is localized being found mainly in submarine fans and
> channels. The sandy turbidite facies have been the most productive and
> forms the primary exploration target. >>
>  
> Saya kutipkan kesimpulan paper Lunt (1991) <<The Middle Miocene
Ngrayong
> sandstone is interpreted as deepmarine
 deposit, contrary to the
> eastablished view that it is a fluvio-deltaic or beach related sediment.
> Erosional unconformity is identified close to the end of the Miocene that
> is also deepmarine in many places. A link is suggested between the
> submarine currents necessary to produce the deepmarine unconformity and
> the traction currents needed to produce the sedimentary structures in the
> earlier Ngrayong sandstone>>
>  
> Silakan paper-paper tersebut dipelajari lagi dan putuskan mana yang lebih
> mendekati kebenaran. Boleh saya simpulkan bahwa saat ini bandul tengah
> berpihak kepada kelompok pemikiran pertama : bahwa Ngrayong di Cepu adalah
> endapan paparan, dan bukan lautdalam. Pembela bahwa Ngrayong lautdalam
> sudah lama tak mengeluarkan publikasi terbarunya. 
>  
> Sayangnya, type section Ngrayong belum didefinisikan secara
 resmi,
> meskipun orang banyak datang ke Ngepon atau antiklin Lodan di utara Cepu
> kalau mau melihat dan mempelajari singkapan Ngrayong. Status formasi
> Ngrayong pun belum jelas, apakah ia memang formasi, atau anggota saja. Van
> Bemmelen (1949) menulis Ngrayong sebagai “Ngrajong horizon of brown
quartz
> sandstones” within the Wonocolo.
>  
> Asal kuarsa di Ngrayong pun menarik sebab banyak spekulasinya. Pandangan
> klasik adalah bahwa ia datang dari Karimun Jawa High, ada juga yang bilang
> bahwa ia dari Kalimantan sebab hampir seumur dengan Formasi Balikpapan
> yang juga kaya kuarsa. Beberapa paper terbaru dari Smyth et al. (2003,
> 2005 –Proceedings IPA) menulis bahwa asal kuarsa tak mesti dari kontinen
> granitik, ia bisa lokal dari hasil volkanisme tipe erupsi Plinian.
>  
> Nah, para geologist East Javanist sungguh tak akan kehabisan problem
 atau
> misteri untuk dipecahkan. Itu baru dari Ngrayong saja, ada masalah juga
> dengan Kerek yang tak kalah menarik, atau Mundu-Selorejo dari Selat
> Madura-Cepu - satu-satunya globigerinid sandstones/limestones produktif di
> Indonesia.
>  
> Salam,
> awang
>  
>
>
> NOTE: The information contained in this e-mail is intended only for the
> use of the individual or entity named above and may contain information
> that is privileged, confidential and exempt from disclosure under
> applicable law. If you are not the intended party to receive the message
> and its attachment(s), you are hereby notified that any dissemination,
> distribution or copy of the message is strictly prohibited. Please
> immediately notify the sender and delete the message as soon as possible.
> Thank you for kind attention.
>
> CATATAN: Email yang
 terkirim melalui PT. PERTAMINA EP bersifat pribadi dan
> mungkin rahasia. Jika secara tidak sengaja Anda menerima surat elektronik
> ini, mohon maaf. Sekiranya berkenan, mohon untuk memberitahu kepada pihak
> pengirim akan kekhi lafannya serta menghapus suratnya. Terima kasih atas
> perhatian Anda.
>
>
>
>





      




Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
br> Cepat sebelum diambil orang lain!


      

Kirim email ke