Seandainya, "kita semua melupakan asal mula dan penyebab lusi" tetapi kita 
mencoba mencari model solusi dengan pendekatan DRR (disaster risk reduction) 
dalam penanganan krisis permukaan. Beberapa yang sedang dan akan kami lakukan :
1. Kompilasi peta resiko bahaya yang related selama erupsi berlangsung 
(menggunakan semua data BPLS dan patnertnya).
2. Mengembangkan deleneasi kecenderungan bahaya dalam mikrozonasi sekitar lusi, 
sampai melihat pada risk sosial, infrastruktur, dan permukiman, akhirnya pada 
tata ruang.
3. Respon dari kawan di BPLS via telp ke saya (minggu lalu), sangat mendukung 
ide yang sedang kami set-up.
4. Respon dari kawan-kawan ITS (cak Amien Widodo)..jelas mendukung banget, 
karena ide DRR ini sudah lama dan penggagas ide (termasuk saya, banyak hambatan 
teknis dan kesibukan saja), bahkan batasi publikasinya. Peta-peta mikrozonasi 
sekitar lusi bisa sangat sensitif bagi pers.
5. Sounding ke salah satu direktur yang menangani DRR di Bappenas (hari 
kemarin), sudah saya lakukan. Responnya : diam dan ada ketakutan tertentu 
beliau sebagai direktur jika bergerak menggunakan metode DRR, karena selama ini 
konsep DRR teraplikasikan pada natural disaster.
6. Sounding pada beberapa NGO besar : malah ditertawain..., itu Lusi bukan pada 
ranah natural disaster. Jadi jika ada yang masuk ke wilayah pengaruh Lusi 
dengan pendekatan DRR ke masyarakat yang terdampak (baik terdampak sesuai 
dengan peta dampak yang berSK Presiden, maupun peta terdampak sesuai kajian 
mikrozonasi bahaya geologi yang dikompilasi beberapa pihak), maka tim kami akan 
mendapat perlakukan keras / resistensi masyarakat. (gek...nanti banyak clurit 
di meja jika metode pendampingan DRR ke masyarakat di sekitar Lusi).  
7. Respon reaktif dari beberapa NGO : "tidak cukup dibahas dalam ruang seminar 
saja bicara dampak sosial dan ekonomi Lusi"
8. Respon negatif masyarakat dan beberapa NGO sudah kami tangkap gaya bahasanya 
: dibayar Lapindo berapa orang-orang kampus ini memasuki wilayah dampak lusi 
dengan cara DRR. Ungkapan sinis ini, pernah saya terima saat menjembati model 
DRR singkat antara konflik masyarakat sekitar dengan Holcim di Cilacap : 
"Sampeyan dibayar berapa oleh Holcim koq beraninya menjelaskan hubungan 
pertambangan batugamping di Nusakambangan dengan risk tsunami Pangandaran, 
tidak terkait???" Pertanyaan ini bisa muncul jika DRR memasuki wilayah 
terdampak berdasarkan kajian geologi. (pernah saya ulas konflik ini dalam 
milist IAGI tahun 2006 lalu, dimana mobil dinas presdir PT Holcim + sopirnya, 
jam 00 dini hari harus menjemput saya di Jogja untuk ke Cilcap yang besoknya 
diminta menghadapi demo msayarakat dan nelayan yang akan menyerang holcim). 
Aneh..., ada demonstrasi yang menghadapi malah seorang geologist. Maklum 
geologistnya dulu hobby-nya tukang demonstran...di bulaksumur.
 Gojeg...2x..
Masyarakat yang kami dampingi, hampir berkali-kali tatap muka, akhirnya bisa 
memahami bedanya risk tsunami dengan risk kegiatan pertambangan. Pemahaman DRR 
ini menjadi sangat strategis bagi kawasan Porong ketika pemerintah akan 
merealisasikan relokasi infrastruktrur umum (jalan raya, rel kereta api) di 
area pengaruh bahaya geologi selama erupsi lusi terlangsung berlangsung.
9. Sounding ke Pejabat PU (saat saya berkesempatan bersilahturahmi ke rumah 
Menteri PU di Jkt, 19 Juni 2009 lalu): juga sangat hati-hati mendiskusikan hal 
ini. Lalu, kenapa Peta Terdampak Lusi yang di SK Presiden tidak direvisi??? 
Jangan-jangan nunggu urusan ganti-rugi dari Minarak Lapindo terselesaikan 
dengan baik / 100% clear?? Aku gak ngerti urusan ini. 

Akhirnya masuk laci semua....; dan ganti urusan..

salam, agus hendratno 








________________________________
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 23, 2009 3:14:17 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi


Walaupun Lusi telah memecah-belah para ahli geologi maupun ahli pemboran 
nasional dan internasional kepada pengkubuan pendapat-pendapat tentang asal 
Lusi, yang saling menyerang baik secara tak langsung dan santun  maupun secara 
frontal dan kasar, Lusi sebagai sebuah fenomena tetap menarik untuk dipelajari 
dan dipelajari lagi.

Ia pun tidak sepi dari perbincangan. Minggu lalu, 15 Juli 2009, ITS Surabaya 
bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar seminar yang 
membahas dampak fisik dan sosial-ekonomi akibat bencana Lusi setelah Lusi lebih 
dari 3 tahun mengirim lumpur panas dari bawah permukaan ke atas permukaan.

Kita semua : Pemerintah, masyarakat, para ahli, kalangan hukum, industri 
perminyakan, dan yang terkait lainnya, tak terbiasa dengan kasus seperti Lusi 
ini. Maka akibatnya, belumlah ada penyelesaian yang final atas kasus ini -para 
ahli masih berdebat tentang asal Lusi, polisi dan kejaksaan masih bingung 
bagaimana membawa kasus Lusi sebagai kasus hukum, industri perminyakan menjadi 
gamang takut di areanya ada kasus seperti Lusi, hubungan Pemerintah-masyarakat 
korban-Lapindo soal ganti rugi masih pasang-surut keharmonisannya, dll.

Semua masih perlu belajar, menangani kasus Lusi ini.

Akan halnya laporan2 konsultan drilling yang disewa Medco untuk memberikan 
pendapatnya soal asal Lusi yang kemudian tersebar luas ke publik melalui 
Aljazeera, saya menafsirkannya hanya sebagai partnership yang buruk antara 
Lapindo dan Medco soal kasus Lusi ini. Apakah isi kedua laporan itu benar atau 
tidak, saya juga memahaminya sebagai dua laporan yang sesaat saja, yang dengan 
cepat dibuat untuk keperluan aspek legal client-nya, laporan dengan data lama, 
yang tak menggunakan semua data dan analisis yang ada yang berkembang sampai 
saat ini, dan laporan yang hanya memandang sumur, tanpa sedikit pun menengok ke 
ruang dan waktu geologi.

salam,
Awang

--- On Thu, 7/23/09, Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com> wrote:

> From: Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com>
> Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Thursday, July 23, 2009, 2:31 PM
> Amatan saya sekarang ini, kasus
> lumpur di porong dalam konteks ranah saintifik dan teknis
> memunculkan ketakutan yang luar biasa. Bahkan dalam studi
> G&GR pada wilayah yang berdekatan dengan blok tersebut,
> ketika para ahli seismik, geofisik, geologi (yang sudah
> berpengalaman lebih dari 10th dalam G&GR) semua
> mencermati penampang seismik yang dekat-dekat dengan blok
> brantas, harus dibikin pusing dengan melihat berbagai
> jendulan-jendulan aneh dengan tafsiran yang macem-macem.
> Bahkan perlu melihat kembali seismik yang dimiliki oleh blok
> yang ada lusinya itu, dan repotnya menjadi panjang berurusan
> dengan otoritas migas yang ada. Dua manzdab besar tentang
> proses lusi sudah banyak diketahui publik dan ilmuwan, yang
> ternyata tidak ketemu di ranah hukum dan pengadilan.
> Sekarang lusi maupun kasus lusi ini dua fakta yang berbeda
> dengan barang yang sama. Ternyata mulai digiring dan sengaja
> atau tidak sengaja "dijebloskan" pada ranah politik, impact
> ekonomi, krisis
>  sosial, dan bahkan pertarungan ideologi. Gak bakalan
> rampung itu!!! OK, gak rampung, bagaimana dengan krisis di
> permukaan, kalau krisis bawah permukaan ternyata belum bisa
> clear?? Krisis permukaan juga gak rampung!!. Jangan-jangan
> semua lini organisasi pemerintah, dan berbagai komunitas
> sudah lupa Lusi dan Kasus Lusi, karena semua sedang trend
> untuk mengungkap kasus bom Jkt..., yaach...kasihan juga
> korban Lusi...
> salam, gus hend
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: sudung situmorang <sudung...@yahoo.co.id>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thursday, July 23, 2009 1:23:30 PM
> Subject: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi
> 
> 
> Memang terasa bosan karena ngak ada jalan keluarnya. Yang
> ada cuma bahasan prosesnya saja.
> 
> 
> 
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: Amir Al Amin <amir.al.a...@gmail.com>
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Terkirim: Rabu, 22 Juli, 2009 15:18:30
> Judul: [iagi-net-l] Lusi lagi
> 
> maaf , mungkin udah pada bosen ngomongin Lusi..
> baru2 saja, saya mendapat email laporan internal perusahaan
> sbb, kok beredar
> di milis2..?
> mudah2an bisa menjadi masukan , bagi IAGI.
> 
> 1.    http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/
> 2009/6/17/
> 2009617151210657 572TriTech_ Lukman_report_ -_East_Java_
> Well_Blow-
> out_Assessment_ -_Preliminary_ Report_Document.
> pdf<http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009/6/17/2009617151210657572TriTech_Lukman_report_-_East_Java_Well_Blow-out_Assessment_-_Preliminary_Report_Document.pdf>
> 
> 2.    http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/
> 2009/6/17/
> 2009617151816979 683Final% 20Report% 20Sidoarjo%
> 20Neil%20Adams.
> pdf<http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009/6/17/2009617151816979683Final%20Report%20Sidoarjo%20Neil%20Adams.pdf>
> 
> 
> 
> -- 
> ***********************************
> Amir Al Amin
> Operations/ Wellsite Geologist
> (62)811592902
> amir13120[at]yahoo.com
> amir.al.amin[at]gmail.com
> ************************************
> 
> 
> 
>       &quot;Coba Yahoo! Mail baru yang
> LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
> http://id.mail.yahoo.com";
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak
> biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
> yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
> 13-14 Oktober 2009
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be
> liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting from loss of use, data or profits, arising out of
> or in connection with the use of any information posted on
> IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
>       




--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------


      

Kirim email ke