Rabu 14 April 2010 seminggu yang lalu sebuah gunungapi yang ditutupi gletsyer di area bernama Eyjafjallajokull, Pulau Eslandia, Atlantik Utara meletus hebat. Gletsyer meleleh, masuk ke sungai di sekitarnya membuat banjir setinggi tiga meter. Sebanyak 800 penduduk di sekitarnya mengungsi dalam ketakutan. Sementara itu, abu volkanik yang dilaporkan setajam pecahan kaca dilemparkan ke atmosfer ke sekelilingnya membuat ratusan jadwal penerbangan dari/ke Eropa Utara, Amerika Utara, Kanada dibatalkan membuat ribuan calon penumpang yang sempat pergi ke bandara2 terlantar. Beberapa kawan Indonesia yang akan kembali ke Tanah Air seusai menghadiri pertemuan AAPG 12-14 April 2010 sempat terlantar juga, misalnya yang transit di bandara New York. Dalam dunia petrotektonik (penafsiran tektonik berdasarkan ciri petrologi) atau volkanologi, magma/gunungapi Eslandia merupakan enigma (teka-teki, misteri) tersendiri. Eslandia adalah sebuah pulau yang muncul dari jalur pematang-tengah-samudera Atlantik Utara (mid-Atlantic ridge). Seperti kita tahu, pematang-tengah-samudera atau mid-oceanic ridge (MOR) adalah tempat berpisahnya dua lempeng oleh proses pemekaran dasar samudera (sea-floor spreading). Eslandia berposisi di tengah jalur pematang samudera yang memisahkan Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Eurasia. Dari tempat perpisahan ini, magma dari mantel naik ke permukaan dalam seri komposisi ultrabasa-basa (seri ofiolit) dan membanjiri/menutupi dasar samudera dengan basal. Paper klasik dari James Gilluly (1971), juga Engel dan Engel (1964), Engel et al. (1965), dan Nichols (1965) mengatakan bahwa magma sepanjang oceanic ridges aktif adalah tholeiitic basalt (basal samudera). Survei geomarin dengan cara mengeruk sampel di tengah samudera membenarkan hal ini. Meskipun demikian, ada beberapa yang menyimpang dari itu, tetapi yang paling menyimpang adalah apa yang terjadi di Eslandia. Gilluly (1971) dan (Mitchell-Thome, 1970) bahkan mengatakan bahwa dari pematang samudera di seluruh dunia yang panjangnya 40.000 mil itu, satu-satunya tempat yang paling menyimpang dari segi magmatiknya adalah Eslandia sebab menurut mereka di sinilah satu-satunya tempat di tengah pematang samudera terdapat granit dan riolit dalam jumlah besar. Sigurdssen (1968) menemukan banyak xenoliths granit dari banyak lubang kepundan sejumlah gunungapi di Eslandia. Letusan gunungapi di bawah gletsyer Eyjafjallajokull yang melemparkan abu volkanik barangkali mengindikasi magma asam ini sebab letusan eksplosif yang menghasilkan abu volkanik berasosiasi dengan magma asam-intermediat seperti gunung2 di Jawa. Tetapi, bagaimana sebuah pulau volkanik di jalur MOR yang terkenal punya magma basa dapat bersifat asam-intermediat ? Apakah telah terjadi diferensiasi magmatic ? Apakah basement Eslandia merupakan kontinen yang terperangkap ? Berbagai teori telah dikemukakan sejak awal tahun 1970-an. Melihat publikasi-pubiklasi terbaru tentang ini (Jonasson, 2005; Kelley dan Barton, 2008), rupanya asal magma yang nonbasa di Eslandia ini masih menjadi bahan perdebatan. Gilluly (1971) dan Deffeyes (1970) menolak pendapat bahwa sialic magma Eslandia sebagai hasil diferensiasi dari magma basa sebab tak ditemukan magma intermediate dalam jumlah yang cukup. Mereka menganggap bahwa kerak sialic telah terperangkap di Eslandia dan mengkontaminasi magma basalnya. Bagaimana proses pemerangkapannya, tak diterangkan lebih jauh. Sementara itu, Walker (1963, 1966) dan Thorarinssen (1967) berpendapat bahwa basement Eslandia adalah granitic. Jonasson (2005) masih menganggap bahwa magma Eslandia adalah basal, magma asamnya hanya sedikit saja, yang hanya terkonsentrasi di gunung2api yang disebutnya sebagai central volcanoes. Batuan asam (silicic) ini menurutnya terjadi sebagai lava, kubah lava, lapisan tefra, welded tuffs, ignimbrite yang dihasilkan oleh erupsi bersifat eksplosif (seperti letusan 14 April 2010) atau letusan efusif. Jonasson (2005) telah mengumpulkan 90 sampel dari banyak active central volcanoes di Eslandia yang telah mengerupsikan batuan silicic lalu dianalisis major dan trace elements-nya. Secara petrokimia, batuan ini bisa digolongkan sebagi dacites, trachytes, low-alkali rhyolites dan alkalic rhyolites. Analisis isotope secara sistematik ditafsirkan Jonasson (2005) menunjukkan bahwa batuan asam ini berasal dari batuan basaltic lebih tua dari gunungapi yang sama yang lalu menjadi batuan asam oleh proses diferensiasi yang melibatkan meteoric water. Sumber magma asam ini adalah kompleks intrusi di bawah central volcanoes, bukan dari long-lived magma chamber. Kelley dan Barton (2008) mengkonsentrasikan penelitiannya pada sampel2 yang disebutnya basaltic glass yaitu batuan volkanik yang dibentuk di dapur magma lalu magma bergerak sangat cepat ke permukaan dan mendingin sangat cepat di permukaan membentuk tampilan seperti kaca. Sebanyak 500 basaltic glass dari 28 gunungapi di Eslandia telah dianalisisnya untuk mengukur tekanan dan temperatur pembentukan basaltic glass ini. Kelley dan Barton pun melaporkan bahwa di setiap gunungapi di Eslandia terdapat complex groupings of magma chambers. Magma secara konstan mengalir melalui dapur magma ini dan diinjeksikan ke retakan-retakan di kerak Bumi mengakibatnya meningkatnya aktivitas volkanik. Aktivitas yang meningkat ini dalam periode lebih dari 1000 tahun akan membentuk basaltic glass. Analisis petrokimia senyawa oksida pada abu volkanik yang dilemparkan gunungapi Eyjafjallajokull (Oskarsson, 15 April 2010) menunjukkan kandungan SiO2 57,44-58,21 wt% (lebih asam daripada abu volkanik Merapi dan Semeru menurut Kusumadinata, 1979); Al2O3 14,92-15,84 %; Na2O 4,96-5,50%, K2O 1,71-1,74 %; TiO2 1,54-1,73 %, dan beberapa senyawa oksida lainnya. Kandungan SiO2 tersebut menunjukkan magma menengah (intermediate), kandungan TiO2-nya menunjukkan bahwa asal magmanya bukan basal tholeiitik (>2,5 %) maupun basal benua (< 1 %). Dalam klasifikasi petrokimia oksida menurut Carmichael (1974), magma letusan tersebut berkomposisi di antara andesit-dasit-riolit. Demikian, memang petrokimia magmatic/volkanik Eslandia menyimpang daripada sewajarnya sebuah pulau volkanik yang duduk di punggung tengah samudera yang didominasi basal tholeiitik. Tentang penyebabnya, barangkali masih merupakan enigma. Salam, Awang Beberapa referensi utama tentang hal ini : Gilluly, 1971, Plate tectonics and magmatic evolution, GSA Bull, 82, 2384-2396. Engel and Engel, 1964, Composition of basalts from the mid-Atlantic ridge, Science, 144, 1330-1333. Engel et al, 1965, Chemical characteristics of oceanic basalts and the upper mantle, GSA Bull, 76, 719-734. Nichols, 1965, Basalts from the deep ocean floor, Mineralogy Magazine, 34, 371-388. Sigurdssen, 1968, Petrology of acid xenoliths from Surtsey, Geology Magazine, 105, 440-453. Walker, 1966, Acid volcanic rocks in Iceland, Bull. Volcanology, 29, 375-406 Thorarinsson, 1967, Some problems of volcanism in Iceland, Geol. Rundschau, 57, 1-20. Jonasson, 2005, Silicic volcanism in Iceland: Composition and distribution within the active volcanic zones, www.sciencedirect.com. Petrologi gunungapi secara umum baik untuk dipelajari dari :
Muzil Alzwar dkk,1988, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Penerbit Nova, Bandung. Doddy Setia Graha, 1987, Batuan dan Mineral, Penerbit Nova, Bandung