Maaf Pak Edo,

Mungkin itu akibat letusan gng Galunggung pd thn 1982, shg pilot memutuskan utk 
mendarat darurat di Halim.

Salam
Bayu
-----Original Message-----
From: edward_syaf...@murphyoilcorp.com
Date: Wed, 21 Apr 2010 07:32:28 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Enigma Magma Eslandia
Pak Awang,
Terima kasih atas Sharingnya, sungguh suatu ulasan yang manarik sekali..
cukup mengingatkan kembali ilmu petrologi dan gunung api yang sudah hampir 
lupa..

Mengenai larangan terbang sehubungan dengan Abu vulkanik, kalau saya tidak 
salah, pertama kali bahaya abu vulkanik terhadap penerbangan pernah 
ditayangkan terungkap ketika pesawat British Airways (kalau tidak salah 
ingat) terbang dari London ke Australia
Ketika melintasi udara Indonesia tepatnya diatas jawa sampai ke samudra 
Hindia,  pilot meilhat seperti adanya cahaya misterius dari luar yang 
menghalangi pandangan pilot dan juga mesin pesawat satu persatu mati 
secara mendadak, Pilot terpaksa melakukan pendaratan darurat dengan 
memutar balik dan semua penumpang mendarat dengan selamat di Bandar udara 
Halim Perdana Kusuma, Jakarta
Sesampai di Darat, terlihat dihampir semua body pesawat adanya 
goresan-goresan seperti bekas benda yang cukup tajam dan didalam mesin 
ditemukan gumpalan abu vulkanik dan diketahui bahwa ternyata pesawat telah 
melewati abu vulkanik yang disemburkan karena meletusnya Gunung Kelud 
setelah itu diketahui bagaimana bahayanya abu vulkanik terhadap 
penerbangan
Hal diatas sempat ditayangkan di channel National Geography tahun lalu...

salam
edo 





From:
Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To:
Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>, Eksplorasi BPMIGAS 
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Cc:
IAGI <iagi-net@iagi.or.id>, Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
Date:
04/20/2010 11:11 PM
Subject:
[iagi-net-l] Enigma Magma Eslandia



Rabu 14 April 2010 seminggu yang lalu sebuah gunungapi yang ditutupi 
gletsyer di area bernama Eyjafjallajokull, Pulau Eslandia, Atlantik Utara 
meletus hebat. Gletsyer meleleh, masuk ke sungai di sekitarnya membuat 
banjir setinggi tiga meter. Sebanyak 800 penduduk di sekitarnya mengungsi 
dalam ketakutan. Sementara itu, abu volkanik yang dilaporkan setajam 
pecahan kaca dilemparkan ke atmosfer ke sekelilingnya membuat ratusan 
jadwal penerbangan dari/ke Eropa Utara, Amerika Utara, Kanada dibatalkan 
membuat ribuan calon penumpang yang sempat pergi ke bandara2 terlantar. 
Beberapa kawan Indonesia yang akan kembali ke Tanah Air seusai menghadiri 
pertemuan AAPG 12-14 April 2010 sempat terlantar juga, misalnya yang 
transit di bandara New York.
Dalam dunia petrotektonik (penafsiran tektonik berdasarkan ciri petrologi) 
atau volkanologi, magma/gunungapi Eslandia merupakan enigma (teka-teki, 
misteri) tersendiri. 
Eslandia adalah sebuah pulau yang muncul dari jalur 
pematang-tengah-samudera Atlantik Utara (mid-Atlantic ridge). Seperti kita 
tahu, pematang-tengah-samudera atau mid-oceanic ridge (MOR) adalah tempat 
berpisahnya dua lempeng oleh proses pemekaran dasar samudera (sea-floor 
spreading). Eslandia berposisi di tengah jalur pematang samudera yang 
memisahkan Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Eurasia. Dari tempat 
perpisahan ini, magma dari mantel naik ke permukaan dalam seri komposisi 
ultrabasa-basa (seri ofiolit) dan membanjiri/menutupi dasar samudera 
dengan basal. 
Paper klasik dari James Gilluly (1971), juga  Engel dan Engel (1964), 
Engel et al. (1965), dan Nichols (1965) mengatakan bahwa magma sepanjang 
oceanic ridges aktif adalah tholeiitic basalt (basal samudera). Survei 
geomarin dengan cara mengeruk sampel di tengah samudera membenarkan hal 
ini. Meskipun demikian, ada beberapa yang menyimpang dari itu, tetapi yang 
paling menyimpang adalah apa yang terjadi di Eslandia. Gilluly (1971) dan 
(Mitchell-Thome, 1970) bahkan mengatakan bahwa dari pematang samudera di 
seluruh dunia yang panjangnya 40.000 mil itu, satu-satunya tempat yang 
paling menyimpang dari segi magmatiknya adalah Eslandia sebab menurut 
mereka di sinilah satu-satunya tempat di tengah pematang samudera terdapat 
granit dan riolit dalam jumlah besar. Sigurdssen (1968) menemukan banyak 
xenoliths granit dari banyak lubang kepundan sejumlah gunungapi di 
Eslandia. Letusan gunungapi di bawah gletsyer Eyjafjallajokull yang 
melemparkan abu volkanik barangkali
 mengindikasi magma asam ini sebab letusan eksplosif yang menghasilkan abu 
volkanik berasosiasi dengan magma asam-intermediat seperti gunung2 di 
Jawa. 
Tetapi, bagaimana sebuah pulau volkanik di jalur MOR yang terkenal punya 
magma basa dapat bersifat asam-intermediat ? Apakah telah terjadi 
diferensiasi magmatic ? Apakah basement Eslandia merupakan kontinen yang 
terperangkap ? Berbagai teori telah dikemukakan sejak awal tahun 1970-an. 
Melihat publikasi-pubiklasi terbaru tentang ini (Jonasson, 2005; Kelley 
dan Barton, 2008), rupanya asal magma yang nonbasa di Eslandia ini masih 
menjadi bahan perdebatan. Gilluly (1971) dan Deffeyes (1970) menolak 
pendapat bahwa sialic magma Eslandia sebagai hasil diferensiasi dari magma 
basa sebab tak ditemukan magma intermediate dalam jumlah yang cukup. 
Mereka menganggap bahwa kerak sialic telah terperangkap di Eslandia dan 
mengkontaminasi magma basalnya. Bagaimana proses pemerangkapannya, tak 
diterangkan lebih jauh. Sementara itu, Walker (1963, 1966) dan 
Thorarinssen (1967) berpendapat bahwa basement Eslandia adalah granitic.
Jonasson (2005) masih menganggap bahwa magma Eslandia adalah basal, magma 
asamnya hanya sedikit saja, yang hanya terkonsentrasi di gunung2api yang 
disebutnya sebagai central volcanoes. Batuan asam (silicic) ini menurutnya 
terjadi sebagai lava, kubah lava, lapisan tefra, welded tuffs, ignimbrite 
yang dihasilkan oleh erupsi bersifat eksplosif (seperti letusan 14 April 
2010) atau letusan efusif. Jonasson (2005) telah mengumpulkan 90 sampel 
dari banyak active central volcanoes di Eslandia yang telah mengerupsikan 
batuan silicic lalu dianalisis major dan trace elements-nya.  Secara 
petrokimia, batuan ini bisa digolongkan sebagi dacites, trachytes, 
low-alkali rhyolites dan alkalic rhyolites. Analisis isotope secara 
sistematik ditafsirkan Jonasson (2005) menunjukkan bahwa batuan asam ini 
berasal dari batuan basaltic lebih tua dari gunungapi yang sama yang lalu 
menjadi batuan asam oleh proses diferensiasi yang melibatkan meteoric 
water. Sumber magma asam ini
 adalah kompleks intrusi di bawah central volcanoes, bukan dari long-lived 
magma chamber.
Kelley dan Barton (2008) mengkonsentrasikan penelitiannya pada sampel2 
yang disebutnya basaltic glass yaitu batuan volkanik yang dibentuk di 
dapur magma lalu magma bergerak sangat cepat ke permukaan dan mendingin 
sangat cepat di permukaan membentuk tampilan seperti kaca. Sebanyak 500 
basaltic glass dari 28 gunungapi di Eslandia telah dianalisisnya untuk 
mengukur tekanan dan temperatur pembentukan basaltic glass ini. Kelley dan 
Barton pun melaporkan bahwa di setiap gunungapi di Eslandia terdapat 
complex groupings of magma chambers. Magma secara konstan mengalir melalui 
dapur magma ini dan diinjeksikan ke retakan-retakan di kerak Bumi 
mengakibatnya meningkatnya aktivitas volkanik. Aktivitas yang meningkat 
ini dalam periode lebih dari 1000 tahun akan membentuk basaltic glass.
Analisis petrokimia senyawa oksida pada abu volkanik yang dilemparkan 
gunungapi Eyjafjallajokull (Oskarsson, 15 April 2010) menunjukkan 
kandungan SiO2 57,44-58,21 wt% (lebih asam daripada abu volkanik Merapi 
dan Semeru menurut Kusumadinata, 1979); Al2O3 14,92-15,84 %; Na2O 
4,96-5,50%, K2O 1,71-1,74 %; TiO2 1,54-1,73 %, dan beberapa senyawa oksida 
lainnya. Kandungan SiO2 tersebut menunjukkan magma menengah 
(intermediate), kandungan TiO2-nya menunjukkan bahwa asal magmanya bukan 
basal tholeiitik (>2,5 %) maupun basal benua (< 1 %). Dalam klasifikasi 
petrokimia oksida menurut Carmichael (1974), magma letusan tersebut 
berkomposisi di antara andesit-dasit-riolit. 
Demikian, memang petrokimia magmatic/volkanik Eslandia menyimpang daripada 
sewajarnya sebuah pulau volkanik yang duduk di punggung tengah samudera 
yang didominasi basal tholeiitik. Tentang penyebabnya, barangkali masih 
merupakan enigma.
Salam,
Awang
Beberapa referensi utama tentang hal ini :
Gilluly, 1971, Plate tectonics and magmatic evolution, GSA Bull, 82, 
2384-2396.
Engel and Engel, 1964, Composition of basalts from the mid-Atlantic ridge, 
Science, 144, 1330-1333.
Engel et al, 1965, Chemical characteristics of oceanic basalts and the 
upper mantle, GSA Bull, 76, 719-734.
Nichols, 1965, Basalts from the deep ocean floor, Mineralogy Magazine, 34, 
371-388.
Sigurdssen, 1968, Petrology of acid xenoliths from Surtsey, Geology 
Magazine, 105, 440-453.
Walker, 1966, Acid volcanic rocks in Iceland, Bull. Volcanology, 29, 
375-406
Thorarinsson, 1967, Some problems of volcanism in Iceland, Geol. 
Rundschau, 57, 1-20.
Jonasson, 2005, Silicic volcanism in Iceland: Composition and distribution 
within the active volcanic zones, www.sciencedirect.com.
Petrologi gunungapi secara umum baik untuk dipelajari dari :

Muzil Alzwar dkk,1988, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Penerbit Nova, 
Bandung.
Doddy Setia Graha, 1987, Batuan dan Mineral, Penerbit Nova, Bandung




Kirim email ke