Prof. Dwikorita: Kembangkan Pemetaan Risiko Bencana Berbasis Partisipasi Masyarakat Submitted by agung on Wed, 05/05/2010 - 07:01.
Upaya pengurangan risiko bencana gerakan tanah merupakan permasalahan yang kompleks. Ia tidak hanya dikontrol oleh kondisi geologi saja, tetapi juga oleh berbagai permasalahan sosial, psikologi, ekonomi, hukum dan lingkungan. Menurut Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D berbagai upaya teknik untuk pengendalian dan pencegahan gerakan tanah menjadi tidak efektif dan berkelanjutan jika masyarakat setempat tidak turut memahami permasalahan ini. Terlebih bila masyarakat tidak peduli terhadap teknologi ataupun upaya untuk pencegahan dan pengendalian. "Tantangan yang paling sulit diatasi dalam mengurangi resiko bencana gerakan tanah adalah membuat masyarakat peduli dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya mitigasi gerakan tanah," ujarnya di Balai Senat, Rabu (5/5) saat dikukuhkan sebgai Guru Besar Fakultas Teknik UGM. Mengucap pidato "Peran Geologi Teknik dan Lingkungan Dalam Pengurangan Risiko Bencana Gerakan Tanah", Dwikorita mengungkapkan guna menjawab tantangan dalam menghadapi risiko bencana gerakan tanah, British Council melalui program Development Partnership in Higher Education (DelPHE) bekerjasama dengan KKN PPM UGM mulai tahun 2007 telah mengembangkan suatu metoda inovatif untuk "Pemetaan Bahaya Gerakan Tanah Berbasis Partisipasi Masyarakat". Bahwa penerapan konsep Geologi Teknik yang mendapat dukungan pemikiran disiplin Ilmu psikologi dan Ilmu Sosiologi terbukti efektif dalam proses pengembangan metoda pemetaan bahaya longsor melalui partisipasi masyarakat. "Dengan Peta bahaya longsor ini masyarakat dapat mengetahui zona aman dan zona yang terancam bahaya longsor di wilayah desa mereka, sehingga mereka dapat selalu berupaya untuk memelihara lingkungan, agar zona bahaya tidak berkembang menjadi zona bahaya longsor," papar istri Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D. Dengan peta tersebut, kata Dwikorita bermanfaat pula untuk penyusunan rencana pengembangan wilayah atau penataan lahan desa sehingga potensi sumber daya lahan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus meminimalkan terhadap potensi kejadian longsor. Oleh karena itu partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam proses pemetaan ini. "Semua ini agar menjamin peta yang dihasilkan benar-benar dapat dipahami dan efektif dimanfaatkan masyarakat desa," katanya. Ibu Amiluhur Priyanto dan Umayra Priyanto pun menyatakan untuk menyebarluaskan metode inovatif pemetaan dan agar mampu dimanfaatkan masyarakat di negara-negara berkembang, maka berbagai paper ilmiah yang merinci inovasi konsep, justifikasi dan prosedur standard pemetaan dengan metoda geologi berbasis partisipasi masyarakat telah diajukan ke International Association of engineering Geology (IAEG). "Pada akhirnya konsep dan metoda pemetaan ini mendapat respon baik dari masyarakat internasional. Bahkan konsep ini akan dipresentasikan dan dikaji lebih lanjut dalam International Conggress yang akan digelar IAEG pada tanggal 5-10 September 2010 mendatang di Auckland, New Zealand," tuturnya. Sementara itu untuk pengembangan dan penerapan sistem peringatan dini gerakan tanah meski penting dan bermanfaat bagi penyelamatan jiwa manusia, pada kenyataan iapun menghadapi permasalahan yang cukup komples dan penuh tantangan akibat berbagai kendala yang terjadi, mulai dari persiapan teknis hingga pada tahap penerapan sistem tersebut di komunitas masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor. Serentetan tantangan yang harus dipecahkan antara lain meliputi: ketepatan pemilihan lokasi pemasangan dan penentuan design jenis peralatan deteksi dini longsor, keakuratan dalam penentuan kondisi kritis yang menetapkan kapan sirene harus berbunyi, serta jaminan efektivitas dan berkelanjutan penerapan sistem deteksi dini tersebut. Untuk itu, lanjutnya dibutuhkan pendekatan multi disiplin yang terdiri dari disiplin Teknik Geologi (bidang ilmu Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan), Teknik Sipil dan Lingkungan, Teknik Elektro, Teknik Geodesi, serta Ilmu Sosial dan Ilmu Psikologi. Penerapan bidang ilmu Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan sangat diperlukan terutama untuk mengidentifikasi dan memprediksi model dan mekanisme gerakan, sehingga desain jenis peralatan dan jaringan sistim harus dipasang dapat ditentukan secara tepat. "Begitulah hasil pemetaan bahaya gerakan tanah ini sangat diperlukan untuk menentukan prioritas lokasi pemasangan alat serta sistem pemantauan dan deteksi dini longsor. Jadi jelaslah bahwa upaya pengurangan resiko bencana gerakan tanah sangat memerlukan pendekatan multi disiplin, dimana Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan menjadi dua bidang ilmu kunci yang perlu disinergikan dengan berbagai disiplin atau bidang ilmu lainnya, guna mendukung upaya pengurangan risiko bencana secara efektif," pungkas perempuan kelahiran Yogyakarta 6 Juni 1964 ini. (Humas UGM/ Agung) http://ugm.ac.id/new/index.php?q=id/news/prof-dwikorita-kembangkan-pemetaan-risiko-bencana-berbasis-partisipasi-masyarakat -- You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do it any way ... not just discuss it in the hall way.