Pak Agus

Apa sudah ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
dilakukan siapa yang 
menanggung biaya - nya ? Lapindo atau
Pemerintah.

Si Abah


  Mungkin dengan cara
mendengarkan suara atau signal dari sumber lumpur dan
> juga
rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa diketahui
> estimasi kedalaman sumbernya ataupun distribusi
"fracture" yang
> ditimbulkan.
> mungkin
beberapa metoda geofisika seperti : "passive seismic",
>
"Microseismic", dan "cross-well seismic" atau
tomography bisa di
> modifikasi dan diaplikasikan untuk
mendengarkan suara2 rekahan atau
> pergerakan lumpur tersebut.
prinsipnya sama seperti gempa.
> source nya sudah ada (tekanan
lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
> lubang sumur untuk
memasang geophone (3 component) atau seismometer
> disekeliling
semburan. yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini
>
feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.
> 
> salam
> ags
> 
> 
> -----Original Message-----
>
From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id]
>
Sent: 21 June 2010 12:22
> To: iagi-net
> Subject: Re:
[iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
> 
> 
> 
> 
> 
>> OOOOOOH , kalau beliau memang
dapat berbicara begitu krn memang
> wawasannya,
>  
akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
> menuntun
pemboran.
>   Tantangan bagi ahli geologi untuk
>
menyediakan data tsb.
>    Bagaimana ya ?
> 
>    Si Abah.
> 
>    
Bah,,bukan kata saya
> lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya
beliau
>>
>>
> 2010/6/19 yanto R.Sumantri
<yrs...@rad.net.id>
>>
>>>
>>>
>>>
>>> > Rekan rekan
>>>
>>>   Apa yang dikatakan  oleh
>>> rekan OK
> Taufik banyak benarnya, apakah
Pemerintah membiarkan ???
>>>
> Saya tidak dapat
menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
>>>
"apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS". Nungkin
>
sinyalemen
>>> ini benar mungkin  juga tidak.''
>>>
> Khusus mengenai dynamic
>>>
drilling dengan relief well ,
> kebetulan saya  terlibat
langsung,
>>> kerena pada saat  kedua
> elief well
akan menembus Puncak Formasi
>>> Parigi saya menjadi
> gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
>>> Alm.
>>> Ada yang sangat membedakan antara
sumur Pasir Jadi - 1
>>> dengan  sumur Lapindo .
>>> Perbedaan yang paling
> mendasar adalah
>>> kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
>
kedalaman lapisan yang
>>> menyebabkan blow out , karena
> dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
>>> kita
sangat
> akurat.
>>> SEBAGAI mana yang beberapa ali
saya kemukakan
>>> dalam millis ini , bagaimana suatu
operasi penanggulangan degan
> tekini
>>> drilling
dapat dilakukan kalau kondisi geologi
> dibawah permukaan tidak
>>> diketahui.
>>> Semoga
> dapat menjadi
pertimbangan
>>>
>>> Si Abah
>>>
>>>     Menghentikan Semburan Lumpur
Lapindo
>>> >
>>> Senin, 31 Mei 2010 19:20
WIB
>>>
>>  Kebocoran dari pipa minyak bawah
>>> laut milik British
> Petroleum (BP) telah
>>> > memasuki minggu ketujuh.
>>> Meskipun
sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup
>>>
>>
kebocoran sumur
>>> bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
> ingin reputasinya
>>> > merosot,
>>>
BP mengerahkan
> aneka upaya dan berbagai macam teknologi.
Mereka
>>> >
>>> optimistis kebocoran bisa
dihentikan agar pesisir pantai
> Amerika
>>>
Serikat
>>> > tidak tercemar berat oleh
>
tumpahan minyak.
>>> >
>>> > Semburan
ini
> menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan
>>>
> migas.
>>> > Maklum, dengan
semburan 3.000-5.000 barrel
> minyak per
>>> hari,
insiden ini
>>> > merupakan
> pencemaran terburuk
dalam sejarah
>>> AS, melampaui bencana
>
tumpahan
>>> > minyak dari kapal tanker Exxon
>>>
> Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
>>> > laut lebih
> dari
>>> 245.000
barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
>>> >
sampai
>>> > 40 juta galon minyak mentah
> telah
mencemari Teluk Meksiko.
>>> >
>>> >
> Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan
>>>
> tekanan berat
>>> > dari
>>> > oposisi, pencinta
> lingkungan, dan
>>> warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
>>>
> agar
>>> > terus
>>> berupaya
> menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan
>>>
>> tegas mengatakan penanganan kebocoran dan
penanggulangan
>>> kerusakan
>>> >
lingkungan sepenuhnya menjadi
> tanggung jawab BP. Obama
>>> juga menebarkan
>>> >
> optimisme:
&rdquo;Kami tidak akan menyerah
>>> sampai
>
kebocoran bisa dihentikan,
>>> > hingga air dan
>
pantai-pantai
>>> dibersihkan, hingga orang-orang yang
jadi
>>> > korban bencana buatan
>>>
manusia mendapatkan
> hidupnya kembali.&rdquo;
>>>  >
>>> >
> Kondisi
>>> kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun
>
lalu, persisnya
>>> >
>>> per
>>> > 29
> Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan
lumpur panas
>>> yang
> terus
>>> >
terjadi
>>> > di Porong, Sidoarjo,
> Jawa
Timur.
>>> Sekitar 600 hektare kawasan terkena
>>> > dampak
>>> > semburan
>>> lumpur
> panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa
dipindahkan dari
>>>
>>
>>> lokasi
bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik,
> seperti jalan
>>> dan
>>> > rel
>>> >
> kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian
>>> sosial
dan ekonomi
> yang diderita
>>> > oleh rakyat
Jawa Timur akibat
>>> petaka lumpur panas itu.
>>> >
>>> >
> Jika BP berjuang
keras
>>> menghentikan kebocoran, sebaliknya
>
semburan lumpur
>>> > panas di
>>>
Sidoarjo
> cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap
>>> >
>>> sebagai
>>> >
fenomena alam, seperti putusan
> Mahkamah Agung bahwa
>>> lumpur Lapindo adalah
>>>
>>
bencana alam. Bahkan, muncul ide dari
>>> Presiden
>
Yudhoyono untuk menjadikan
>>> > pusat semburan lumpur
>>> sebagai kawasan wisata. Bencana lumpur dianggap
>>>
>> sebagai sesuatu
>>> yang layak
jadi tontonan.
>>>
>>
>>> >
Untuk mematikan semburan
>>> membutuhkan
> tekad dan
kesungguhan dari pelaksana.
>>> > Karena itu,
>>> kasus semacam ini sering melahirkan "pahlawan"
> sejati,
>>> seperti
>>> > yang
dilakukan Wang Jin
> Xi tahun 1960 saat menanggulangi
>>> semburan di
>>>
>> lapangan
Daqing, China utara. Karena spirit dan
>>>
>
inisiatifnya yang sangat
>>> > kuat itu Jin Xi diberi
> gelar
>>> "*Iron Man*". Berkat
>
&ldquo;pahlawan-pahlawan&rdquo; itu
>>>  >
pula
> kecelakaan serupa di Selat Timor, Utara Australia,
September
>>>
> 2009,
>>> >
berhasil dihentikan. Hampir semua negara di dunia
> yang
>>> memiliki lapangan
>>> > migas, puluhan
> kali terjadi kasus serupa, baik
>>> di Indonesia, di
AS,
>>> > Afrika,
>>> > Eropa, maupun
Asia. Semua
>>> semburan tersebut berhasil dijinakkan.
>>> >
>>> > Semburan migas
>>> yang tidak terkontrol dikenal
> dengan istilah
"*blow out*".
>>> > Di
>>>
>> Indonesia, ini pernah terjadi di kawasan laut, seperti
>>>
> di pantai Kalimatan
>>> > Timur,
pesisir Sumatra, dan pesisir
> Jawa.
>>> Semburan
migas di Indonesia dan
>>> >
> Selat Timor
terjadi pada
>>> kedalaman laut hanya beberapa puluh
> meter air
>>> > laut.
>>> >
>>>
> Sebaliknya, semburan di Teluk Meksiko berada pada
kedalaman sekitar
>>> 1500
>>> > meter.
Jadi, penangannya lebih sulit
> dan lebih mahal.
>>>
>
>>> > Karena air laut
> yang harus ditembus
begitu dalam, maka
>>> teknologi selubung
>>>
> menggunakan "Riser", yaitu pipa
>>>
>
yang menghubungkan dasar laut dengan
>>> > permukaan
yang
> memisahkan
>>> tercampurnya lumpur pemboran
dari air laut.
>>> > BOP (*blow
>>> >
>>> out
> preventer*) atau alat pencegah semburan
ditempatkan di dasar laut
>>> yang
>>> >
pengontrolannya dilakukan dari
> permukaan. Semburan dalam
>>> kasus di Teluk
>>> >
> Meksiko ini
sampai membuat Riser terputus dan
>>> lepas,
>
sementara BOP tidak
>>> > sempat mampu menahan tekanan
> yang
>>> datang dari bawah, sehingga semburan
>>> >
> terjadi mulai dari dasar
>>>
laut.
>>> >
>>> > Untuk menutupnya
dimulai dengan langkah
>>>
> "pendek",
yaitu melokalisasi
>>> > semburan dengan
>
cara
>>> menurunkan Kubah yang besar dan berat, dan di
>>> > puncaknya
>>> > dihubungkan dengan
pipa
> sebagai penyalur minyak sampai ke
>>>
permukaan. Ini
>>> > memungkinkan minyak dapat dialirkan
ke tanker dan
>>> tidak tersebar ke segala
>>>
> arah dan mencemari
> laut. Analogi serupa
>>>
dilakukan untuk menghentikan
>>> > semburan lumpur di
Sidoarjo, yaitu
>>> semburan
> diarahkan ke Sungai
Porong
>>> > dengan tanggul untuk
>>>
sementara waktu.
>>> >
>>> > Untuk
> mematikan semburan secara
>>> permanen dilakukan
tahap
> berikutnya dengan
>>> > teknologi
>>>
> "*Dynamic Killing*". Teknologi ini
membutuhkan beberapa sumur
>>> > miring yang dikenal
dengan "*Relief Well*" untuk
> saluran
>>>
menginjeksikan
>>> > lumpur berat ke
> sumur
sumber semburan. Lumpur
>>> berat tersebut akan
>
memiliki
>>> > tekanan hidrostatis yang cukup
>>>
> besar, sehingga mampu menahan tekanan yang
>>> > datang dari
> bawah
>>> yang
mendorong fluida ke permukaan. Di Teluk
> Meksiko,
>>> > kegiatan
>>> lokalisasi semburan
> sudah berhasil dilakukan. Kini memasuki tahap
>>>
> mematikan
> semburan dengan teknologi *dynamic killing*.
>>> >
>>>
>>> > Dengan metoda
serupa, semburan di Selat
> Timor bisa dimatikan
>>>
dalam waktu
>>> > lebih
> dari empat bulan. Di
Subang, Jawa Barat dan
>>> Randu-Blatung,
> Jawa
>>> > Timur,
>>> > memakan waktu sekitar
> lima
>>> bulan. Waktu tiga hingga enam bulan jadi
>>>
>> pegangan
>>> > para
>>> pelaksana dalam
> menanggulangi semburan pada
kegiatan pengeboran
>>> >
>>> migas.
>>> > Di Teluk Meksiko, dua *relief well*
> sudah
berjalan sejak
>>> 4 dan 26 Mei
>>> >
> 2010.
>>> > Di Sidoarjo telah disiapkan dua
>>>
> *relief well*. Sayangnya, kegiatan baru
>>> > berjalan
> sekitar 20
>>> persen
harus terhenti karena biaya terbatas.
>>> >
>>> >
>>> Lokalisasi semburan
> lumpur
di Sidoarjo tidak perlu dengan kubah besar
>>> >
> karena
>>> > terjadi di darat. Lokalisasi cukup
dengan
>>> mengalirkan ke Sungai Porong. Di
>>> > Teluk
> Meksiko, lokalisasi juga
>>> dibantu dengan menebar bahan kimia
> "*
>>> > surfactant*"
>>> yang
>
memungkinkan minyak bersatu dengan air laut dan membuat
>>>
>>
>>> minyak jatuh ke dasar laut
tidak menyebar di permukaan.
> Di Sidoarjo
>>>
tidak
>>> > memerlukan *surfactant*
> karena
semburan tidak mengeluarkan
>>> minyak secara
>>> > signifikan, hanya air-panas-asin yang mengandung
>>> tanah liar serta gas
>>> > hidrokarbon
sedikit
> yang tentunya akan
>>> menguap sendiri ke
permukaan.
>>> >
>>> > Untuk
mematikan
>>> semburan
> lumpur di Sidoarjo bisa
dilakukan dengan
>>> > metoda
>>>
*dynamic
>>> > killing* menggunakan *relief well*.
> Teknologi *dynamic
>>> killing* dengan
>>> >
> bantuan *relief well* menjadi pilihan
standar
>>> dalam setiap
> usaha mematikan
>>> > semburan pada kegiatan migas,
>>>
terutama yang memiliki semburan sangat kuat.
>>> >
> Teknologi ini sudah
>>> dikuasai ahli-ahli migas anak
negeri.
> Jadi, tidak
>>> > perlu
>>> > harus mengimpor
> ahli dan teknologi dari luar
negeri.
>>> >
>>> >
> Sebagai
contoh, tahun 1984 di Subang, Jawa Barat, pada 1997 di
>>>
lepas
>>> > pantai
>>> > Kalimantan,
> dan tahun 2001 di
>>> Randu-Blatung, Jawa Timur,
semuanya
>>> > ditangani
>>> > oleh
>>> tenaga
> ahli dari Indonesia. Begitu pula setelah
semburan lumpur di
>>>
>> Sidoarjo, pada Desember
2008 semburan lumpur di Gresik, Jawa
> Timur,
>>>
April
>>> > 2009, dan semburan lumpur
> dan gas
di Merbau, Sumatera
>>> Selatan, juga dapat
>>> > dimatikan oleh tenaga ahli dari Indonesia
>>>
> Sendiri.
>>> >
>>>
> Untuk semburan yang ringan,
> *dynamic
>>>
killing* bisa dilakukan pada sumur
>>>
>> yang
>>> > sedang
>>> menyembur dengan
>
menggunakan bantuan pipa yang dimasukan ke dalam
>>> >
lubang
> yang sedang menyembur. Kemudian semburan dialirkan ke
dalam
>>>
> pipa
>>> > tersebut
setelah di bagian bawah ada alat
> penyekat, disebut
>>> "*Packer*",
>>> >
>
diaktifkan. Metoda ini dipakai pada kasus
>>> ratusan sumur
di
> Irak, dekat
>>> > perbatan Kuwait, yang
diledakan
>>> saat perang Irak-Kuwait sepuluh tahun
>>> >
> lalu.
>>> >
>>> >
>>> Metoda ini,
> diberi nama
*Top Kill*, pernah dicoba di Teluk Meksiko.
>>>
>
Namun,
>>> > metoda ini tidak berhasil karena aliran
semburan
> cukup
>>> kuat. Metoda ini
>>> > juga
>>>
>> pernah
diaplikasikan di Sumur
>>> Banjarpanji, Jawa Timur,
> dikenal dengan
>>> > metoda
>>>
>
>>>
> "*Snubbing Unit*" dan
"*Side Tracking*". Namun,
> metoda
>>> ini
tidak berhasil
>>> > karena kualitas
> sumurnya
sudah permanen
>>> tersemen dan pipa selubung
>>> > casing-nya sudah penyok dan rusak.
>>>
>
>>> > Kecepatan dalam mengambil keputusan, seperti
dilakukan
>>> "*Iron Man*" di
>>>
> China
>>> > dan Obama di AS, untuk
>>>
mematikan semburan
> adalah sebuah kebutuhan.
>>>
> Kegiatan
>>> >
>>> tersebut didukung
sepenuhnya oleh segenap kemampuan peralatan
> dan
>>> > teknologi
>>> > yang dimiliki
manusia
> saat ini. Sejarah
>>> mencatat, dengan
langkah *all
>>> > out*,
>>> > tidak ada
satupun
>>>
> kejadian semburan *blow out* yang
tidak bisa dimatikan.
>>>
>>
>>>
Ironisnya, semburan lumpur di Sidoarjo empat tahun
> dibiarkan
merana
>>> tanpa
>>> > disentuh
teknologi
> apapun.
>>> >
>>> >
Jika
>>> semburan
> lumpur di Sidoarjo tidak
dihentikan, diperkirakan radius
>>>
>> retakan
yang diikuti semburan gas dan air tawar akan sampai sejauh
>>> tiga
>>> > kilometer dari pusat
semburan.
> Perkiraan itu muncul karena
>>> pusat
semburan
>>>
>> air di kedalaman tiga kilometer
dari permukaan
>>> tanah.
> Oleh karena itu,
>>> > sebaiknya warga yang berada di
> sekitar
>>> tiga kilometer atau kurang dari
>>> >
> pusat
>>> > semburan segera
>>>
dievakuasi atau
> menjauhkan diri. Karena, cepat atau
>>> > lambat,
>>> > area tersebut akan
turun atau ambles (*subsidance*) dan
> tanahnya
>>>
retak.
>>> > Hasilnya, di
> retakan-retakan
tersebut akan timbul
>>> semburan gas baru.
>>> >
>>> > Sampai saat ini jumlah
semburan
>>> baru mencapai 182 buah. Semburan baru itu
>>> >
> terjadi karena retakan
>>> di
permukaan tanah yang mengakibatkan
> air bercampur
>>> > gas metan
>>> keluar. Jika
>
semburan terus terjadi, tanah di bawah menjadi
>>> >
>>> berlubang dan membuat area sekitarnya tertarik turun.
> Akibatnya,
>>> retakan
>>> > akan
semakin banyak
> terjadi. Begitu pula semburan yang
>>> muncul akan kian
>>> > banyak. Bentuk
turunnya tanah akan seperti
>>>
> corong atau
seperti gelas es
>>> > krim. Jadi, di tengah
>
amblesnya
>>> akan paling dalam.
>>> >
>>> > Saat ini amblesan tanah permukaan
>>> di
dekat
> semburan sudah mencapai lebih
>>> > dari
14 meter. Jika
>>> dibiarkan, amblesan tersebut akan semakin
dalam. Area
>>> > yang
>>> terdampak
amblesan saat ini mencapai
> 1000 meter lebih. Karena itu,
>>> > area
>>> >
> tiga kilometer
dari pusat semburan sebaiknya tidak
>>> dibangun
>
infrastruktur
>>> > baru karena wilayah tersebut
daerah
> yang
>>> berbahaya.
>>>
>
>>> >
> Menurut analisa sejumlah pihak,
semburan
>>> lumpur di Sidoarjo
> bisa sepuluh
>>> > tahun, atau bahkan 100 tahun
>>>
> lamanya. Ini tidak penting, yang paling
>>> >
penting
>>> > justru
>>> jangan pasif
menunggu berhenti, tapi
> harus dihentikan. Sebab, yang
>>> > menyembur di lokasi
> lumpur Lapindo saat ini
adalah air asin panas
>>> dari
>>> >
bawah
>>> > tanah. Air itu tidak akan cepat
>
habis dan
>>> tak ada yang tahu kapan
>>>
>
> habisnya.
>>> >
>>> >
Biaya
>>> yang
> dibutuhkan untuk menutup semburan
lumpur di Sidoarjo
>>> >
>>>
diperkirakan
>>> > hanya sekitar 100 juta dollar
> Amerika. Biaya ini
>>> tergolong murah
>>> >
> dibandingkan dengan biaya menghentikan
semburan
>>> di Teluk
> Meksiko yang
>>> > makan
>>> > miliaran dolar
>
AS, 500
>>> juta dollar di antaranya untuk penelitian
>>> > lingkungan.
>>> >
>>>
Biaya 100
> juta dolar AS ini juga termasuk kecil dibandingkan
dengan
>>>
>> pendapatan tahunan dari usaha migas
di Indonesia yang sekitar 25
>>> miliar
>>>
> dolar AS, dan belanja industri migas
> mencapai 10 miliar
>>> dolar AS.
>>> >
> Diperlukan
>>> > keseriusan dan keberanian,
>>>
>
seperti halnya Wang Jin Xi dan Obama, dari para
>>> >
> pemimpin negeri
>>> ini untuk memutuskan penutupan
semburan
> lumpur Sidoarjo.
>>> >
>>> > Rudi Rubiandini
> R.S.
>>> >
Pakar Migas dari ITB
>>> >
>>> >
>>> > --
>>> > Sent from my
>
Computer®
>>> >
>>>
>>>
>>>
> --
>>>
_______________________________________________
>>>
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun
>
hate
>>> jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya
siar
> Ibadah kudu
>>> lakonan.
>>>
>>
>>
>>
>> --
>> Sent
from my Computer®
>>
> 
> 
> --
> _______________________________________________
>
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate
> jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu
lakonan.
> 
> 
>
--------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT,
lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL,
mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5
departemen, banyak biro...
>
--------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI,
Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
>
-----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123
0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for
any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data
or profits, arising out of or in connection with
> the use of any
information posted on IAGI mailing list.
>
---------------------------------------------------------------------
> 
> 


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.

Kirim email ke