Waktu saya sekolah di SMA Negeri XI Bulungan, Jakarta (Sekarang SMA 70) tahun 
1971 - 1973, pelajaran Geografi disana rasanya berbeda dengan pelajaran 
Geografi di SMA lain. Bpk. Malani waktu itu sudah membuat Diktat sendiri yang 
pelajarannya meliputi Geomorfologi, Geologi Dasar, Sedikit Geologi Minyak Bumi. 
Saya belajar mengenai Sand Dunes, Karst Topography, Meandering river, patahan, 
lipatan, dlsb layaknya pelajaran Geomorfologi dan Geologi Dasar di Perguruan 
Tinggi waktu tingkat satu. Saya yang masuk geologi karena "kesasar", bisa jadi 
merasa tidak "kesasar" bahkan jadi betah di jurusan geologi karena bekal dari 
SMA itu bisa membuat nilai2 Geomorfologi, Geologi Dasar, dll. menjadi bagus. 
Bpk. Malani, guru saya itu sangat menguasai materinya dan bisa membuat semua 
murid2 menunggu-nunggu mata pelajarannya dan membuat kami tak ingin berhenti 
walau jam pelajaran sudah habis! Belakangan, seperti cerita Pak Awang, saya 
juga terkesima melihat materi buku2 SMP dan SMA yang demikian lengkap dan bagus 
dimana kami dulu baru mendapatkannya di SMA, bahkan di Perguruan Tinggi. Saya 
sempat heran bagaimana anak2 saya bisa mencerna pelajaran2 itu dengan baik, 
karena mereka nampak sangat santai, jarang belajar, main games melulu! Kalau 
anak2 itu serious dan gurunyapun bagus2, tak salahlah kalau anak2 Indonesia itu 
hebat2 saya pikir. Kalau guru2 saya di SMP Negeri XIII Jakarta dan SMA XI 
Bulungan- Jakarta waktu itu alhamdulillah bagus2 semua karena rata2 guru2nya 
orang2 kaya (istri Jendral, istri pengusaha, anak Duta Besar, dll.) yang 
mengajar bukan untuk mencari uang, tetapi untuk mengisi waktu karena mereka 
semua sarjana2 yang nganggur karena pasangannya orang2 sukses. Jadi mereka 
mengajarnya sangat mendalam, tidak harus mengajar dibeberapa tempat. Guru 
sejarahpun sudah mendatangi situs2 sejarah di Mancanegara, dlsb.
Semoga pendidikan di Indonesia tambah maju. Para pensiunan, mungkin mau 
mengajar di SD, SMP, SMA?? Saya rasa hal ini sangat mulia!
Habash 
Sent via BlackBerry from Maxis

-----Original Message-----
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: Fri, 24 Sep 2010 13:27:24 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; 
Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] Ilmu Kebumian Belum Memenuhi Standar
IPBA - Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, merupakan penerjemahan atas Earth 
and Space Sciences (ESS). Di luar negeri, ESS sudah diajarkan sejak lama bahkan 
sejak elementary school sebagai subjek tersendiri, bukan bagian dari fisika, 
kimia dan biologi. 

Di Indonesia, sedikit tentang IPBA mulai muncul sebagai bagian mata pelajaran 
IPA sejak sekolah dasar. Yang pada masa 1970-1976 sebagai anak SD (seperti 
saya) tentu ingat kita pernah diajarkan tentang batuan yang muncul dalam buku 
teks bagus dari Departemen P & K, yaitu Manuasia dan Alam Sekitarnya. Tetapi 
sebagai ilmu tersendiri, IPBA mulai diajarkan pada tahun 1978, sebagai "pengisi 
waktu" ketika Pak Daoed Joesoef, Menteri P & K saat itu, memanjangkan masa 
sekolah dari satu tahun menjadi 1 1/2 tahun sebagai tes diagnostik. Itulah 
satu-satunya tahun semua murid bersekolah 1,5 tahun, itu pula yang sampai 
sekarang mengubah awal dan akhir masa sekolah menjadi ke pertengahan tahun. 
Sebelum tahun 1978, awal sekolah dimulai Januari dan akhir sekolah Desember, 
sekarang tidak seperti itu kan.

Nah, untuk mengisi waktu 6 bulan itu banyaklah pelajaran baru didatangkan, a.l. 
IPBA itu. Saya pada tahun 1978 adalah anak SMP kelas 2, dan kepada saya 
diajarkan IPBA itu. Buku paket IPBA dibuat secara serius, disusun oleh ahli2 
geografi (Pak Djenen Bale), ahli astronomi (Pak Bambang Hidayat), ahli geologi 
(Pak Purbo-Hadiwidjojo), ahli meteorologi (Pak Bayong Tjasjono) dan beberapa 
ahli lain. Isi buku sangat menarik meskipun guru yang mengajarkannya belum 
tentu menguasasinya, maklum pelajaran baru. Adalah pelajaran IPBA kelas 2 SMP 
yang telah menggiring saya memilih geologi sebagai ilmu yang akan ditekuni saat 
kuliah.

Tahun 1979-1981/1982, Pelajaran IPBA terus diajarkan, saat itu saya adalah anak 
sekolah kelas 3 SMP-2 SMA. Sayangnya, kelihatannya Departemen P & K tak lagi 
serius menggarap buku teks IPBA-nya, buku2nya semakin tipis dari tahun 
1978-1982. Sampai sekarang, keempat buku IPBA SMP dan SMA itu masih saya 
simpan, sebagai kenangan bahwa saya menyukai geologi karena buku2 itu. Lalu, 
Departemen P & K setelah tahun 1982 tak lagi mengeluarkan buku-buku teks IPBA. 
Para penerbit swasta kemudian menggantikan penerbitan buku2 IPBA, saya 
memilikinya beberapa, tetapi penerbitan pihak swasta iyu hanya bertahan 
beberapa tahun, seiring dengan lenyapnya pelajaran IPBA dari sekolah2 menengah.

Anak-anak SMP dan SMA sekarang belajar sedikit tentang ilmu kebumian (geologi, 
oseanografi, meteorologi) dari buku geografi yang menjadi satu dengan geografi 
budaya (manusia, sosial, dll.). Anak2 SMP-SMA sekarang belajar sedikit tentang 
astronomi dari pelajaran fisika. Mereka, saya yakin, tak diajarkan bagaimana 
melukis posisi benda langit (deklinasi, tinggi bintang, acsensio recta, dsb) 
sebab waktunya tak cukup dan gurunya belum tentu menguasai. Padahal, ketika 
saya SMP diajarkan hal itu di IPBA, sebagai bagian ilmu lukis bintang (ilmu 
falak).

Seiring lenyapnya IPBA sebagai ilmu khusus yang mempelajari astronomi, geologi, 
oseanografi dan meteorologi dari sekolah2 menengah; maka janganlah mengharapkan 
anak2 SMP-SMA kita akan unggul bersaing dengan teman2 sebaya mereka dari 
mancanegara yang dari sekolah dasar dan menengahnya diajarkan Earth & Space 
Sciences.

Bila kita mau meningkatkan lagi pemahaman ilmu kebumian dan kelangitan untuk 
anak2 sekolah menengah kita, keluarkan subjek geografi fisik dari geografi umum 
dan kombinasikan dengan astronomi lalu jadikan dan hidupkan lagi IPBA. 
Sosialisasi2 yang dilakukan geologist kepada masyarakat dan anak2 sekolah baik 
saja, tetapi menjadikan IPBA sebagai bagian kurikulum sekolah adalah usaha yang 
terbaik sebab sosialisasi hanya insidental sementara kewajiban kurikulum adalah 
permanen.

Sebagai negara yang diapit dua benua, dua lautan, pertemuan para lempeng, dan 
duduk di equator; Indonesia dianugerahi fenomena geologi, oseanografi, 
meteorologi dan astronomi yang menakjubkan.  Maka ketika anak2 sekolah menengah 
kita kalah dalam kompetisi geologi, oseanografi, meteorologi dan astronomi oleh 
anak2 sebayanya yang berasal dari negara2 yang secara fisik biasa2 saja, 
hm...cukup menyedihkan. Bukan salah anak2 kita, yang salah tentu kita para 
senior mereka yang tak mendidiknya, atau salah mendidiknya...

Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki.

salam,
Awang

--- Pada Kam, 23/9/10, Maryanto <maryan...@yahoo.com> menulis:

> Dari: Maryanto <maryan...@yahoo.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Ilmu Kebumian Belum Memenuhi Standar
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Kamis, 23 September, 2010, 4:43 PM
> Salam,
> Wah makin menarik diskusinya.
> 
> Dari Mas Agus Hend, sebutkan adanya guru-guru yang telah
> akan memasukkan ilmu 
> bumi ke dalam ilmu alam. Masalah ini  ternyata sudah saya
> tulis beberapa bulan 
> lalu. Apa arti IPBA ?  Mas AM Putra, sebutkan Ilmu
> Pengetahuan Bumi dan 
> Antariksa. Ini bukan IPB dan Alam. Difinisi awal tadi
> akan lebih pas, dalam 
> difinisi Bumi dan Langit. Dimana semuanya adalah di Alam.
> Ilmu alam, ilmu 
> se-alam, jadi salamology. 
> 
> 
> Dari Pengetahuan Arab "Ardh", menjadi Earth (bumi) setelah
> di bawa ke Eropa abad 
> renaisanse. Atau Sun dari kata Syam (bhs Arab) (berarti
> matahari). Juga banyak 
> kata-kata lain dari Arab ke Inggris, Prancis, Spanyol, dll.
> 
> 
> 
> Ada pengelompokan lain: geografi, demografi, geologi,
> geodesi, oseanografi, 
> gempa bumi, paleontologi, sejarah, sosiologi, politik,
> ekonomi, dll. Mana yang 
> mau di masukkan ke IPBA itu ? Tapi setidaknya geologi
> (struktur-stratigrafi 
> lapisan buymi), dan paleontologi. 
> 
> 
> Ada yang berfikir, sosial adalah bukan eksata. Padahal,
> sosial artinya 
> banyak berhubungan dengan manusia. Bahwa semua di alam itu
> adalah ada ukurannya. 
> Jadi sosial jugalah eksata.  
> 
> Lulusan Teknik, gelarnya insinyur. Lulusan FMIPA adalah
> Drs, atau kini Sarjana 
> Science (S.Si). Bagaimana kesamaan insinyur dan sarjana
> science itu ?  Insinyur 
> menghubung-hubungkan benda, menyusun sedemikian rupa
>  untuk menjadi barang 
> berguna. Misal mobil, pesawat, gedung, jembatan. Harganya
> misal 700.000.000.000 
> US$. Barang yang di buat sarjana ilmuwan adalah susunan
> huruf-huruf, dan 
> sedemikian rupa akan menjadi suatu kalimat yang berguna.
> Misalnya begini dari 
> studinya: Di lokasi ini akan terdapat minyak 10 BBOE,
> seharga 700.000.000.000 
> US$.
> 
> Maunya, Salamology ilmu se-alam, dan di nadanya akan banyak
> mempengaruhi banyak 
> ilmu, termasuk yang telah di tulis tadi. 
> 
> Wass,
> Maryanto. 
> 
> 
> 
> 
>________________________________
> From: mohammad syaiful <mohammadsyai...@gmail.com>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thu, September 23, 2010 3:38:38 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ilmu Kebumian Belum Memenuhi
> Standar
> 
> mungkin juga ya; wah saya yg lupa kalo gitu...
> tapi via IPBA inilah diajarkan batuan. betul begitu, pak?
> 
> suwun n salam,
> syaiful
> 
> 2010/9/23  <put...@gmail.com>:
> > Bung Ipoel,
> >
> > Kalau tidak salah IPBA itu singkatan Ilmu Pengetahuan
> Bumi dan Antariksa (bukan 
> >Alam).
> >
> > Salam,
> > am
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Qtel
> >
> > -----Original Message-----
> > From: mohammad syaiful <mohammadsyai...@gmail.com>
> > Date: Thu, 23 Sep 2010 15:07:13
> > To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Ilmu Kebumian Belum Memenuhi
> Standar
> > jaman saya sekolah sma, tahun 1981-1984, pelajaran yg
> terkait adalah
> > IPBA, singkatan dari Ilmu Pengetahuan Bumi dan Alam.
> entah bagaimana
> > nasibnya sekarang, sebab dulu juga ada buku berjudul
> IPBA utk
> > pelajaran tsb.
> >
> > salam,
> > syaiful
> >
> > 2010/9/23 Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com>:
> >> Kompetisi International Ilmu Kebumian yang ke-4,
> sekarang masih berlangsung 
> di
> >> UGM sampai 28 September nanti, memang mengacu
> kurikulum ilmu kebumian
> >> international level SMA meliputi : unsur geosfer,
> astronomi, meteorologi, dan
> >> oceanografi. Sebagian memang belum diajarkan dalam
> kurikulum yang sedang 
> jalan
> >> dari MP.geografi di SMA. Oleh karena itu, Teknik
> Geologi UGM (termasuk dari
> >> Geofisika UGM) dan Kemendiknas sebagai host untuk
> kompetisi ini melibatkan 
> tim
> >> dari Prodi Astronomi ITB, Meteorologi ITB juga
> BMKG, dan Puslit Oseanologi 
> >>LIPI.
> >> Yang dari Indonesia memang sebagian besar adalah
> kelompok IPA. Dari semua
> >> peserta tsb, ada 1 peserta yang sdh terlanjur jadi
> mhs teknik geologi ugm 
> >masuk
> >> tahun 2010. Ybs masuk ke Teknik Geologi UGM
> sebagai mhs berpretasi unggulan 
> >dan
> >> ber-beasiswa.
> >>
> >> Sekedar wacana : apakah mungkin nama Mata
> Pelajaran Geografi di SMA saat ini
> >> menjadi nama Mata
> >>
> >> Pelajaran/ MP. Ilmu Kebumian yang merupakan bagian
> dari Ilmu Pengetahuan 
> Alam,
> >> jadi buka MP.Geografi. Ini yang mungkin mengusik
> para pengambilan keputusan 
> di
> >> Diknas terkait kurikulum pendidikan menengah. Tapi
> ini juga membutuhkan
> >> kebijakan yang progresif tanpa ketegangan dan
> pemberatan pada siswa. Bukan 
> >>dumeh
> >> kita menjadi pemegang mandat untuk mempelajari
> atau menekuni bidang geologi/
> >> teknik geologi sebagai bagian dari profesi
> khalifatul fill ardh. "Ardh" 
> >sendiri
> >> cenderung dan domain dimaknai dan secara hakekat
> serta spiritnya adalah Bumi
> >> tempat kita bermukim dan berproses (baca :
> dinamis).
> >>
> >>
> >> Kalau melihat ulasan Pak Zaim, kita gak perlu
> sedih dan prihatin dengan 
> >kondisi
> >> aktual dari semua lini kehidupan termasuk sektor
> ilmu dan pendidikan bidang 
> >>ilmu
> >> kebumian baik dari level SMA, Perguruan Tinggi
> atau aplikasi ke ranah
> >> keteknikannya / ekstraksi sumberdaya bumi. Semua
> itu sangat membutuhkan
> >> leadership yang progresif dan agak revolusiner
> yang plurar. Saatnya 
> >orang-orang
> >> pintar, pegang amanah, relatif masih mudah untuk
> tampil sebagai leader yang
> >> progresif / yang mandatory di berbagai lini
> pengambilan keputusan publik yang
> >> menyangkut hajat hidup orang banyak.
> >> Pemerintah skrg masih bingung untuk ambil
> keputusan bahwa kurikulum Sarjana/ 
> >S1
> >> akan tetap 144 sks (minimal) atau akan berubah
> menjadi 130 sks (minimal)
> >> termasuk kurikulum TeknikGeologi. Panduan dari
> Badan Standarisasi Nasional 
> >>sudah
> >> ada, tapi Keputusan politik untuk 144 sks atau 130
> sks, GAK JELAS. Sama 
> >seperti
> >> regulasi pengembangan sektor energi panasbumi,
> lingkungan, pertambangan, 
> >migas,
> >> bagi hasil, yang terkait dengan ilmu kebumian.
> >>
> >> salam bumiku lestari, agus hendratno.89
> >>
> 
> 
>       



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke