Berkaitan dengan tergadainya bangsa ini melalui SDA....kalau ada waktu coba 
baca bukunya John Perkins: Confession of Economic Hitmen.

--- On Mon, 5/2/11, Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com> wrote:

From: Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] TANAH AIR TERGADAI?  "Orang Rantai"
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Monday, May 2, 2011, 1:27 PM

Kang Andri.., inilah repotnya kalau urusan nilai tambah mineral itu selalu 
datang terakhir. Yang rame kan investasi gali menggali, trading dan broker to? 
daripada mikirin "investasi nilai tambah mineral" apalagi berpikir tentang 
"konservasi mineral".., jaauuuhhhh.............
Regulasi nilai tembah mineral sdh dikampanyekan banyak pihak, termasuk Perhapi, 
IAGI, juga pak dirjend minerba saat dipegang Pak Simon Sembiring. Tapi 
bagaimana prosentasi yang investasi nilai tambah mineral dibandingkan dengan 
yang gali menggali..., heheeh...
Sekarang regulasi tentang "nilai tambah mineral dan konservasi mineral" sudah 
ada, tinggal implementasi dan good will para pelaku usaha tambang. Makanya yang 
laku keras itu lulusan geologi yang fokus eksplorasi atau tambang yang fokus 
eksplorasi atau perencanaan
 tambang melulu...., daripada tambang yang metalurgi. Lalu kemana lulusan 
Teknik Metalurgi saat ini? Prosesing mineral masih dalam tataran skala 
laboratorium, dan sebagian kecil masuk dalam tataran skala industri terbatas..

Lama-lama kita akan mengajarkan generasi ke depan : tentang kapan kita akan 
impor batubara? kapan kita akan impor nikel, timah, tembaga? hehehe....

Beberapa hari ini (akhir april 2011), saya sempat mampir ke Maninjau - 
Batusangkar - Talawi - Sawahlunto, kemudian tetirah di dalam Lobang Tambang 
Batubara "Lubang mbah Suro" di Kota Sawahlunto sebagai lubang pertama dibuat 
Belanda pada tahun 1892 untuk batubara Ombilin. Selama tetirah, saya 
menghabiskan bukunya Erwiza Erman dkk (2007 diterbitkan Pemkot Sawahlunto dan 
Penerbit Ombak Yogyakarta) tentang "Orang Rantai : dari penjara ke 
penjara".Erwiza Erman adalah putra minang yang lulus doktor ilmu sejarah dari 
Belanda dan desertasinya
 tentang : Politik dan ekonomi dari Tambang Batubara yang Membara pada tahun 
1892 - 1927. Buku ini mengisahkan bagaimana (sejarah perbudakan) kerja paksa 
tambang batubara ombilin yg pekerja paksanya adalah orang Jawa (sebagian orang 
Bugis, Madura, dan Sunda) dari tawanan Belanda di Jawa. Pekerja tambang 
batubara yang dipaksa harus "berantai pada kakinya" untuk melobangi dan 
menggali batubara di Cekungan Ombilin. Jelas, bahwa perekonomian Belanda dan 
Eropa saat itu, dan pasokan energi semua kebutuhan infrastruktur Hindia Belanda 
yang berpusat di Batavia dipasok dari batubara Ombilin saat. Makna lain kita 
sudah terjajah pada semua aspek kehidupan bangsa, dan tentunya tergadaikan 
tanah air kita saat itu dengan baju "penjajahan fisik dan ekonomi sumberdaya 
alam". Untuk mengangkut rempah-rempah, dan berbagai hasil pangan sebagai hasil 
perkebunan di Indonesia dari barat ke timur ke Eropa, Belanda menggunakan kapal 
uap yang energinya dipasok dari batubara. Saat
 di Jawa dan Sumbar, semua kereta-api untuk trekjing-trekjing para noni-noni 
Belanda, Mandor, dan pasokan sembako bagi kepentingan Hindai Belanda, juga 
dipasok dari batubara yang penggaliannya dilakukan secara kerja paksa dan 
dirantai pada kakinya (terutama pada tambang Ombilin). Ekonomi Hindia Belanda 
saat itu betul-betul pesta pora dengan temuan batubara di Cekungan Ombilin.

Refleksi dari kisah gali-menggali batubara oleh orang rantai yang kerja paksa 
pada era Hindia Belanda juga mencerminkan tidak jauh pada era modern ini 
terkait dengan regulasi politik pertambangan di republik ini sejak republik ini 
menggenjot perekonomiannya, maka sektor pertambangan energi ini menjadi taruhan 
pertama. Pemaknaan "Orang rantai yang menambang" yang tergadaikan energinya 
untuk memasok kebutuhan "energi dan ekonomi" Hindia Belanda dan Eropa pada saat 
itu, jangan-jangan saat ini semua pasokan energi dan sumberdaya mineral ini, 
yang kita cari/ eksplorasi, kita
 gali/ eksploitasi, lalu langsung kita jual (trading dan transportasi)..., 
masih dalam koridor "Orang Rantai" dengan wajah yang sangat modern dan berbasis 
IT, iPad, Blackberry tapi "ter-rantai oleh sesuatu yang kita tidak mampu 
mengurai rantai tsb". Artinya, kekuatan kolektif intelektual bangsa kita, 
kemampuan teknologi dari kolektif orang-orang pinter se-Nusantara,kekuatan  
regulasi, jagoan-jagoan lobby politik (seperti reinkarnasi Soekarno di Senayan 
saat ini) selama ini (50 th terakhir)., kekuatan "menggadaikan mineral dan 
energi nusantara" lebih besar daripada diolah sendiri, hehehe..
Kalau dulu kekuatan penambangan "orang rantai" hanyalah "pasrah dan manut" 
ketika betul-betul secara fisik "terantai". ..

Sekarang, secara fisik kita tidak terantai, tapi secara politik ekonomi 
sumberdaya alam / mineral, kolektivitas intelektual dan kolektivitas teknologi, 
kita masih "terantai", yang lebih berbahaya lagi kalau "caracter building" dalam
 penyiapan generasi bidang ilmu dan teknologi kebumian di kampus-kampus skrg 
ini..., masih mengajarkan "kurikulum terantai untuk menggadaikan mineral..." 
semoga keliru.., Na'udzubillah min dallik....

Maklum ini uneg-uneg dari orang bodo yang turut mengajarkan generasi masa 
depan, menjadi orang terantai untuk mengggadaikan mineral..., 
gedek-gedek..41x...dan mohon maaf...

salam,
agus hendratno.

From: "an...@gc.itb.ac.id" <an...@gc.itb.ac.id>
To: iagi-net@iagi.or.id; do...@itb.ac.id
Sent: Thu, April 28, 2011 1:49:07 PM
Subject: [iagi-net-l]
 TANAH AIR TERGADAI?  MINERAL GO SKY HIGH


Sudah bukan berita baru, bahwa sebagian komoditi mineral seperti Sn, Cu,
Au, Pb, Ni, Cr dll di Tanah Air going sky high. Tahun 60-70an Timah di
Babel, Ranah Laskar Pelangi, menjadi primadona Indonesia! Maklum ketika
itu industri "pelor" membutuhkan banyak timah panas selaras dengan perang
Vietnam. Banyak OKB di lingkungan dalam pemerintahan maupun di aparat
Babel pengelola timah. Selepas tahun 70an, tembaga di Papua sana melejit,
going sky high bersama kandungan emasnya yang kontroversial (waktu itu
banyak yang menggugat emasnya koq ndak dihitung). Kini Babel dan Papua
praktis menjadi tambang besar kelas dunia penghasil timah, tembaga dan
emas! Coba keluar sedikit dari kompleks industri timah di Bangka,
kemiskinan dimana-mana! Juga coba keluar sedikit saja dari kompleks FM di
Papua sana, sebagian besar masyarakat masih BERKOTEKA! Kontras ini juga
menyebabkan sebagian masyarakat mengais rejeki di lahan yang hampir
 sama.
Di Babel masyarakat di pesisir dan tepi sungai menggali timah yang
menimbulkan banyak genangan dan kerusakan lingkungan. Dan aneh bin
ajaibnya, hingga kini kita belum bisa jadi produsen  timah solder, kabel
dan lempengan tembaga juga sendok stainless steel padahal Indonesia
produsen utama Sn, Cu dan Ni di dunia! Makanya tidak heran sering ada
pencurian kabel telepon di kota-kota besar, padahal sebagain untuk buat
"langseng" atau "dandang" tembaga!  Kalau disebut mirip "Tikus mati
dilumbung padi", berarti pertiwi ini "KORUPTOR" semua? Apa ya? Tapi sudah
pasti sudah lebih dari setengah abad PEMERINTAH memang hanya bisa 'MENJUAL
TANAH AIR". Nikel, timah dan tembaga sejak dulu hanya dijual bijihnya
alias konsentrat yang terdiri dari batu, tanah, unsur logam dan air! Sejak
"BAHEULA" pemerintah hanya memelihara budaya tebang, panen, gali, jual"!
Tidah pernah terpikirkan bagaimana menanam, memelihara
 dengan baik,
memproses nikel menjadi jadi sendok stainless steel, tembaga menjadi kabel
dan dandang, timah jadi kawat solder dsb!! Padahal benefit "90%" berupa
devisa dan lapangan kerja serta melek "IPTEK" berada disektor processing
atau hilir!! Siapa produsen logam nikel terbesar di dunia ? Jepang !
Negaranya tidak lebih luas dibandingkan dengan areal tambang-tambang di
Sulawesi dan Halmahera! Dan Jepang tidak punya tambang nikel!! Produsen
logam tembaga dan timah solder terbesar juga Taiwan dan Jepang!
Negara-negara ini ( dan sebagain kecil Yang di Pemeritahan) betul-betul
menikmati "BARTER TANAH AIR"! Sampai kapan "TANAH AIR INI" DIGADAIKAN? Di
Maluku, Kalimnatan dan Sumatra "Ada hela "rotan" ne rutan jawa dst", tapi
Ratan furniture saja made in Singapore, Taiwan, Hongkong! Aye na mas
'BEAS" KANGGE KURING DATENG TI LEMBUR PIETNAM DEN!!!...IYE MAH SANES
PITNAH (Sekarang beras untuk kami didatangkan dari Vietnam)!
 Nu teu
kenging aya didieu mah "KEMBANG MAWAR TI PETNAM DEN"

She Gha Bay An

Andri S


--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To
 subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable
 for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages 
of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising 
out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing 
list.
---------------------------------------------------------------------


Kirim email ke