Masyarakat paniknya paling 1-2 hari, habis itu lupa lagi dan business as 
usual.Rephrasing pak Iwan, cukuplah untuk mengalihkan perhatian publik dari 
tremor-tremor (belum gempa bencana) politik yang sedang menggoyang ibukota.
Yang harus dibuat 'panik' adalah instansi-instansi terkait. Apakah tatakota 
benar-benar sudah menerapkan dan mengawasi building code tahan gempa untuk 
gedung2 tinggi di Jakarta ? Apakah ada rencana mitigasi bencana untuk 
pusat-pusat industri di Cilegon dan Merak ? Apakah jembatan selat sunda sudah 
betul-betul di desain dengan multi-redundancy ? Jangan sampai tragedi Fukushima 
terjadi di tanah air.....


--- On Mon, 23/5/11, Ismail Zaini <lia...@indo.net.id> wrote:

From: Ismail Zaini <lia...@indo.net.id>
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Fwd: [bencana] Inilah Alasan Mengapa Andi  Arief 
Bicara tentang Potensi Gempa 8,7 SR di Jakarta
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Monday, 23 May, 2011, 9:12 PM



 





 




 
kadang masyarakat luas ( awam) lebih mudah mencerna 
berita yg sifatnya "bombantis" yg disampaikan dg bahasa sederhana, karena 
memang 
pemahamnnya juga msih sederhana. Kalau diambil hikmahnya  saja adalah 
perlunya lebih ditingkatkan sosilasisasi permasalahan yg menyangkut 
Pergeologian  dengan bahasa awam.( misalnya  kalau ada yang bikin 
tulisan di Media / Koran terkait dg penyataan si AA tsb dg bahasa awam/populer 
misalnya judulnya "Mungkinkah Jakarta digoyang gempa besar diatas 8 SR " terus 
dimuat di Kompas misalnya ini akan lebih efektip )
 
ISM
 
 

  ----- Original Message ----- 
  From: 
  Kuntadi, Nugrahanto 
  

  
  Terkait dengan 
  provokasi yang sedang riuh rendah ini…sudah saatnya pula kurikulum pendidikan 
  dasar dan menengah di Republik kita utk dirubah paradigma nya untuk mendidik 
  tunas tunas bangsa yang tidak lagi memahami bahwa bumi pertiwi nya masih kaya 
  akan potensi minyak gas dan bahan tambang lain spt timah, nikel, emas, 
  tembaga, seperti di masa keemasannya paling tidak hingga dua dasawarsa 
  silam. 
     
  Ini penting karena 
  dengan disiapkannya mereka untuk menyadari bahwa potensi bahan tambang 
semakin 
  sulit maka ditanamkan sejak dini pola hidup hemat energi, kerja keras mencari 
  potensi baru ataupun teknologi baru utk menggapainya, dan yang terpenting 
  melihat potensi bagian dunia lain yang bisa dijadikan tempat untuk menanamkan 
  modal bekerja sama mengolah bahan tambang untuk kemakmuran dan kesejahteraan 
  Republik ini.  Go Beyond menjadi suatu keniscayaan bagi tunas bangsa ke 
  depan melihat kenyataan di depan mereka tidak seindah kata kata di dalam 
paket 
  buku pelajaran IPS dan IPA sekolahnya. 
     
  Saatnya pula untuk 
  menjadi negara kehutanan, agrikultur, dan kelautan mandiri yang mapan karena 
  opsi inilah harapan terbesar negara untuk bisa terus bersaing ke depan yang 
  kita tahu lahan terbuka, hutan, laut yang sangat luas jangan sampai hanya 
  duduk tak termanfaatkan, atau hanya dimanfaatkan untuk beroperasinya penjarah 
  hutan ilegal, atau lahan berpindah masyarakat setempat, atau sekedar untuk 
  dibangun pusat-pusat perbelanjaan dan perumahan yang pada akhirnya hanya utk 
  investasi mati tak berpenghuni, serta banyak lagi hal lain yg mubazir tak 
  terurus. 
     
  Salam, 
     
  
  Kuntadi 
  Nugrahanto 
  
  
  
   

Kirim email ke