Betul dan setuju sekali dengan ide mas MJP, hayo IAGI & HAGI siapa takut ...

wass,
nyoto



2011/6/1 Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>

>  Wah wah … tambah berbobot nih diskusinya terutama setelah penjelasan
> ilmiah Pak Danny Hilman ala Naek L. Tobing tentang “horny dan orgasme-nya”
> si cantik LUSI he he he J
>
> Tidak boleh dilewatkan nih, ini bisa dijadikan langkah awal untuk
> menuntaskan persoalan teknis MV Sidoarjo ini.
>
>
>
> Kalau boleh mengusulkan kepada IAGI dan HAGI yang akan ber-Joint Convention
> di Makassar pada 26-29 September 2011 nanti, apakah memungkinkan jika
> disediakan sesi khusus (½ hari diluar parallel session) “debat ilmiah”
> mengenai penyebab semburan lumpur Sidoarjo? Aturan bisa dibuat; tidak boleh
> bicara politik atau kepentingan ekonomi pribadi dan kelompok, tidak boleh
> asumsi diatas asumsi, hanya interpretasi terhadap data teknis berdasarkan
> ruang dan waktu untuk mengungkap fakta (walaupun sulit mengklaim
> interpretasi sebagai fakta) yang dikedepankan. Untuk menuju kesana, data
> pemboran BJP-1 dan data seismic disekitarnya perlu disharing oleh
> teman-teman LAPINDO, BPMIGAS dan Ditjen MIGAS kepada yang berminat setelah
> terlebih dahulu menandatangani Confidentially Agreement. Apapun hasil debat
> ilmiah ini nanti kemudian menjadi rekomendasi resmi IAGI dan HAGI kepada
> Rakyat dan Pemerintah. Rekomendasi dihasilkan ala sidang MK, tetap
> meninggalkan ruang bagi adanya *dissenting opinion* bagi yang berpendapat
> lain. Rekomendasi resmi dibukukan sebagai warisan ter-fosilkan (meminjam
> istilah Pak Rovicky) bagi anak cucu. Itu akan lebih berarti ketimbang uang
> kecil pengisi kencleng Peduli Korban.
>
>
>
> Salam,
>
> MJP
>
>
>
> *From:* mohammadsyai...@gmail.com [mailto:mohammadsyai...@gmail.com]
> *Sent:* Wednesday, June 01, 2011 7:44 AM
>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu
> Lusi ?
>
>
>
> Jadi ada 3 kemungkinan penyebab lusi:
> 1) Gempa Yogya
> 2) Pemboran Bpj-1
> 3) Tektonik
>
> Menarik juga jika lebih banyak pilihan.
>
> Salam,
> Syaiful
>
> Mohammad Syaiful
> * handphone: +62-812-9372808
> * business: msyai...@etti.co.id
>  ------------------------------
>
> *From: *asikin_suken...@yahoo.com
>
> *Date: *Wed, 1 Jun 2011 00:21:10 +0000
>
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu
> Lusi ?
>
>
>
> Pak Hilman, selamat atas penjelasannya yg menarik. Arahnya sebenarnya sama
> dg yg saya sampaikan di simposium di Surabaya. Hanya karena waktunya terlalu
> pendek (20 mnt), biasanya kalau kuliah tektonik minimal 45 mnt. Kesimpulan
> saya yg tidak sempat ditayangkan adalah : Lusi bukan karena pemboran dan
> bukan karena gempa jogya, tetapi gejala tektonik yang menimpa P.Jawa
> khususnya Jawa Timur yang dpt memicu gempa Jogya karena ada sesar Opak yg
> re-activated, meningkatkan aktivitas Merapi dan di Jawa Timur mempengaruhi
> cekungan Porong yg mempunyai kondisi yg khas (anomali negatif tinggi dg
> endapan yg tebal dan disana-sini sudah memperlihatkan gejala diapirsm).
> Kemudian pengendapan yg relatip cepat sehingga menambah beban unt memicu
> keluarnya diapir. Ditambah lagi cekungan ini dibatasi oleh sesar-2 aktip yg
> dpt aktip kembali karena ada gerak tektonik yg dpt memicu keluarnya diapir.
> Didaerah itu sudah banyak gunung-2 lumpur yg sudah mati atau mulai mati.
> Jadi itulah pk Hilman. Kalau bp sebagai ahli gempa menampilkan data-2 yg
> lengkap sehingga kebih jelas lagi.
> Jadi kesimpulan saya bukan karena pemboran dan bukan juga karena gempa, dg
> segala kekurangannya.
> Karena saya diminta ngomong, ya keahlian saya hanya sebatas tektonik
> (menerapkan konseo tektonik lempeng di P.Jawa
>
> Salam hangat SA
>
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> Teruuusss...!
>  ------------------------------
>
> *From: *"Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com>
>
> *Date: *Tue, 31 May 2011 22:51:34 +0700
>
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>
> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
>
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu
> Lusi ?
>
>
>
> Halo Kang Sunu,  Masih melototin geliatnya Si Lusi toh J
>
> Tadinya ingin baca- baca dulu makalah-makalah mereka sebelum
> mendiskusikannya.  Tapi okay lah kalau sekedar tinjauan umum.  Sebelumnya,
> saya kira perlu kita consider bahwa kalaupun LUSI itu tidak ada kaitannya
> dengan gempa Bantul tidak berarti bahwa kejadian ini bukan bencana alam.
> Menurut hemat saya, apabila sudah jelas bahwa tidak ada kesalahan dalam
> prosedur pemboran maka LUSI itu secara hukum bisa dianggap sebagai bencana
> alam (apapun penyebabnya) meskipun kejadian mud volcano ini barangkali
> memang benar dipicu oleh pemboran. Yang harus dijaga, kejadian ini tidak
> boleh terulang lagi dengan cara lebih memahami prosesnya dan barangkali ada
> prosedur pemboran yang harus diperbaiki atau ditambah (aspek mitigasi
> bencana alamnya).
>
>
>
> Fenomena yang dikemukakan Neng Amanda adalah hal biasa.  Waktu seminar Lusi
> di Borobudur duluu Si Jim Mori juga mempresentasikan hal sama tapi pake
> contoh dari Jepang.  Sebetulnya tidak perlu jauh-jauh cari contoh fenomena
> ini ke Amerika dan Jepang, di Indonesia juga banyak, khususnya di Sumatra
> karena saya lama meneliti di situ.  Jadi, adalah fenomena yang umum
> ditemukan bahwa suatu kejadian gempa dapat memicu aktifitas gempa/tektonik
> dan volkanik di sekitarnya, tidak perlu dibuktikan lagi.  Tapi yang penting
> untuk kita pahami adalah bahwa  “FENOMENA/PRINSIP” ini SAMA SEKALI BELUM
> MEMBUKTIKAN adanya keterkaitan antara gempa Jogya 2006 dengan peristiwa
> munculnya Mud Volcano di Porong,  Setahu saya dua pakar itu (Mori dan
> Clarke) sama-sama mengatakan bahwa mereka tidak bilang bahwa LUSI dipicu
> Gempa Bantul 2006, harus diteliti lebih lanjut dulu.
>
>
>
> Sebagai ilustrasi, contoh dari Sumatra: Gempa Aceh 2004 (Mw9.2) memicu
> Gempa Nias 2005 (Mw8.7).  Dua gempa besar ini juga memicu banyak gempa-gempa
> kecil di Patahan Sumatra.  Kemudian selanjutnya dua gempa ini juga bisa
> dibilang memicu gempa  Bengkulu 2007 (Mw8.4).  Demikian juga gempa Padang
> 2009 (Mw7.6) memicu Gempa di patahan Sumatra dekat Danau Kerinci (Mw6.6)
> yang berjarak sekitar 250km dari Padang setelah 12 jam kemudian.  Yang aneh,
> Segmen Megathrust Mentawai yang sebetulnya sudah stress banget kok masih
> diam saja digoyang gempa M>8 tiga kali, M>7 puluhan kali, dan M>6 ratusan
> kali....
>
> Gempa Liwa 1933 (M7.5) dalam 14 hari memicu letusan phreatic di Lembah Suoh
> karena Suoh ini memang persis diujung selatannya segmen patahan yang
> bergerak, yaitu di zona transtension.  Demikian juga Gempa Singkarak Maret
> 2007 (Mw6.4) memicu kenaikan aktifitas vulkanik Gunung Talang.
>
> NAMUN, tentu  jauh lebih banyak patahan-patahan dan gunung-gunung api YANG
> TIDAK TERPICU.
>
>
>
> Jadi, ada berbagai persyaratan yang harus dibuktikan bahwa pemicuan itu
> memang terjadi, tidak bisa main “copy – paste” saja.
>
> Beberapa parameter dan prinsip  dasarnya adalah:
>
> -          Seberapa besar gempanya
>
> -          Seberapa jauh jarak sumber gempa ke lokasi
>
> -          Suatu *gunung api hanya dapat dipicu* oleh gelombang gempa *apabila
> *gunung itu memang *sedang dalam fasa aktif* magmanya, tidak bisa
> sekonyong-konyong meletup-letup.
>
> -          Suatu *patahan hanya dapat dipicu untuk bergerak  apabila
> patahan itu memang termasuk patahan aktif dan kebetulan akumulasi
> stress/strainnya sudah cukup tinggi*.  Tentu *tidak bisa patahan yang
> sudah mati sekonyong-konyong bisa bergerak karena dipicu gempa*, emangnya
> ada gempa zombie J.  Dengan kata lain, istilah pemicuan gempa artinya
> hanya membuat akumulasi strain di suatu patahan menjadi terlepas (lebih
> cepat) karena digoyang  getaran gempa.
>
> -          Demikian juga dengan Mud Volcano.  Gempa atau gerakan tektonik
> sekalipun tidak bisa sekonyong-konyong memicu sebuah MV,kecuali kalau memang
> sudah ada ‘bahan’nya, artinya ada “lapisan very
> unstable-saturated-overpressure” yang bisa meledak kalo digoyang.  Mungkin
> analoginya adalah seperti peristiwa liquifaction yang banyak terjadi di
> wilayah gempa, hanya skala dan kedalamannya beda.
>
> Demikian ulasan prinsip-prinsip dasarnya.  Sekarang kita lebih fokus ke si
> LUSI.  Kita diskusikan dengan dialog saja deh biar enak.
>
>
>
> Q: Apakah Gempa Bantul  2006 (Mw6.4) dapat memicu kejadian Mud Volcano di
> Porong yang jauhnya sekitar 280 km?
>
> A: Gempa Bantul itu hanya menghasilkan getaran gempa sekitar 0.008g saja (~
> MMI I atau II) .  Sedangkan sudah banyak gempa-gempa yang lebih besar/dekat
> di sekitar Porong yang mmberikan getaran gempa jauh lebih besar, seperti
> terlihat pada data di  tabel yang saya buat di bawah.  Bahkan menurut
> catatan sejarah pernah terjadi gempa besar pada tahun 1850-an yang
> memberikan intensitas gempa di wilayah ini mencapai MMI VII.  Jadi, kalau
> gempa Bantul 2006 ini dianggap dapat memicu MV porong kenapa sebelumnya yang
> malah tiga kali lipat lebih besar tidak memicu?
>
>
>
> 1867 – Mw>6.4 - Gempa Bantul (Patahan Opak) – jarak= 276km ,   pga di
> Porong > 0.008 g
>
> 1937 – Mw=7.2 - Gempa Zona Subduksi – Selatan Jatim – Jarak= 250km,   pga
> di Porong = 0.03 g
>
> 1967 – Mw>6.8 - Gempa Zona Subduks – Selatan Jatim – jarak= 150km,   pga di
> Porong = 0.03 g
>
> 1977 – Mw=8.1 - Gempa NormalFault-Selatan Lombok – jarak= 632km   , pga di
> Porong = 0.03 g
>
> 1994—Mw=7.8- Gempa Zona Subduksi di Selatan Jatim – Jarak= 300km, pga di
> Porong= 0.03 g
>
> 2006 – Mw=6.4 - Gempa Bantul (Patahan Opak) –jarak= 276km   , pga di Porong
> = 0.008 g
>
> Catatan:  0.03 g ~ MMI V,  0.01 g ~MMI III, pga = peak ground acceleration
>
>
>
> Q: Bagaimana kalau misalnya saat gempa Bantul terjadi kebetulan si LUSI ini
> “lagi horny-horny”nya sehingga disentuh dikit langsung ‘orgasme’ hayoo?
>
> A: O..walah, jangan porno ah, maksudnya ibarat orang yang dibawa ke bibir
> jurang sehingga dengan sentuhan sangat halus sekalipun bisa limbung terus
> jatuh juga ya? J.  Pertanyaannya apakah ada proses alam yang dalam kurun
> waktu 12 tahun (sejak 1994) bisa membawa LUSI ke tahap very very fragile,
> ataukah lebih masuk akal kalau ada intervensi non-alamiah (baca: pemboran)
> yang membawanya si LUSI ini menjadi siap orgasme?...eeeh ikut-ikutan porno
> nih.
>
>
>
> Q: Tapi kata orang bukan cuma goyangan gempa yang memicu LUSI tapi goyangan
> itu membuat“REAKTIFASI” Sesar (Watukosek) terus gerakannya bikin si LUSI
> engga tahan  gitu lho?
>
> A:  Ente pantang nyerah rupanya ya.  Tuh liat si Amanda yang nyebar gossip
> aja mesem-mesem denger omongan ente yang napsu gitu J  Gini ya, buang itu
> istilah REAKTIFASI,  Engga laku di sini.  Reaktifasi itu terjadi apabila
> sesar yang sudah lama mati karena posisinya sudah engga sesuai dengan medan
> tektoniknya kemudian setelah pergerakan tektonik selanjutnya selama
> berjuta-juta tahun patahan tersebut kembali ke posisi tertentu yang
> “favourable” lagi dengan tatanan tektonik yang berlaku sehingga menjadi
> aktif lagi.  Kita engga ngomong perubahan tatanan tektonik atau proses
> jutaan tahun di sini.
>
> Q: Okay deh, maksud saya *apakah gempa Bantul* *itu bisa memicu Sesar
> Watukosek*  dan apakah kemudian gerakan si Watukosek ini bisa  *memicu
> LUSI*?
>
> A:  Weleh-weleh, bener-bener  ya...., ini namanya hipotesa berdasarkan
> ‘asumsi di atas asumsi’.  Saya tanya balik deh mendingan:
>
> -          Apakah SesarWatukosek itu sudah terpetakan dengan baik? Kalau
> emang iya ada, apakah termasuk sesar aktif? Kalau jawabannya “belum ada
> bukti keaktifannya” maka hipotesa ini gugur sampai di sini saja (sorry-sorry
> Jack!).  Susah kalau membuat hipotesa berdasarkan asumsi yang belum jelas.
> Okay lah, kita lanjutkan berandai-andai. Kalau ternyata nanti ada yang bisa
> membuktikan bahwa Si Watukosek ini aktif, inipun belum selesai,  kita masih
> harus membuktikan bahwa Watukosek itu memang terpicu oleh gempa Bantul.
> Terus kita andaikan lagi,  kalau ternyata nanti ada juga orang yang bisa
> buktikan bahwa si Watukosek ini memang terpicu dan bergerak di diantara
> kejadian Gempa Bantul dan Semburan LUSI, inipun  belum juga cukup buktinya.
> Orang masih harus membuktikan bahwa gerakan si Watukosek ini  dapat membuat
> si LUSI muntah (catatan: belum ada contoh kasusnya)....  Naaah  jadi panjang
> kan PR-nya.   Makanya bikin hipotesa jangan yang aneh-aneh...bikin repot
> sendiri....
>
>
>
> Q :  Tapi kata Pak Awang ada yang menemukan ‘gejala-gejala’ di sepanjang
> kelurusan yang diduga adalah Sesar Watukosek, gimana tuh?
>
> A :  He he he, salut deh atas semangatnya J  Tapi kata ADB dirinci dulu
> gejala-nya apa,  terus kronologisnya gimana.  Jangan-jangan gejala yang
> dimaksud cuma liat ada lumpur-lumpur yang menyembur-nyembur keluar
> disepanjang kelurusan yang dimaksud.  Kalau itu sih belum jadi bukti bahwa
> Sesar Watukosek aktif dan bergerak, bisa saja cuman lumpurnya aja yang bocor
> ke sepanjang ‘kelurusan’ yang diduga jalur sesar itu, iya toh?
>
>
>
> Q:  Wuahh, tambah pusing nih.  Jadi fakta apa yang harus dicari untuk
> membuktikan Sesar Watukosek itu aktif?
>
> A:  Keaktifan Sesar itu bisa dikenali dengan meneliti bentang alam (yang
> khas-morpho-tektonik) disepanjang jalurnya akibat pergerakan yang terjadi.
> Atau  dari seismisitas-nya yang terekam di jaringan alat seismik.  Atau bisa
> dari sejarah pernah ada gempa (besar) di sepanjang jalurnya.  Atau bisa dari
> data pre-historic gempa kalau sudah dilakukan penelitian paleoseismologi di
> situ.  Kemudian kita bisa juga mendeteksi langsung pergerakannya dengan
> metoda pengukuran GPS geodesi.
>
>
>
> Q: Kalau untuk membuktikan bahwa Sesar watukosek itu terpicu dan bergerak
> diantara Gempa bantul dan Semburan LUSI bagaimana?
>
> A:  Bukti yang “straight forward” ada dua: 1. Ada data rekaman gempa yang
> terjadi di Sesar Watukosek (gempa itu terjadi karena gerakan deformasi
> elastik pada sesar), 2. Bukti  ada “fault displacement” di Watukosek, bisa
> berupa ditemukan “offset” atau bukti pergerakan dari rekaman jaringan GPS
> atau dari analisis In-SAR (memakai data image satelit).
>
>
>
> Q:  Capek juga ya jadi peneliti ...  Untung saya praktisi bukan peneliti,
> jadi bisa ngomong nyeplos aja engga harus mikir susah-susah gitu J  Ok.
> jadi sekarang masalah si LUSI ini bagusnya diapain ya?
>
> A:  Nah, seperti yang dibilang  ADB, Pak Kusumah, Pak Kendar, dan
> kawan-kawan lain, yang urgent adalah bagaimana mencari solusi  masalah untuk
> kepentingan orang banyak sekarang dan ke depan, termasuk memperkirakan
> sampai kapan si LUSI ini bakalan orgasme terus dan apa dampaknya serta
> bagaimana mengatasinya.   Tentu masalah proses dan penyebab si LUSI
> menggeliat ini baiknya terus diteliti, tapi bukan untuk berpolemik cari
> siapa yang salah, melainkan supaya kita jadi lebih mengerti tentang fenomena
> ini sehingga akan lebih waspada dan tidak terulang lagi kejadiannya...
> setuju?
>
>
>
> Q: Jadi, mungkin ya ada sesar aktif di wilayah Porong  ini?
>
> A: Ha ha ha, iya mungkin.  Wilayah ini kan ada di ZONA LIPATAN KENDENG,
> sedangkan dari Peta Geologi kelihatannya lipatan ini MENDEFORMASI LAPISAN
> KUARTER tuh.  Bahkan ada indikasi di bawah struktur lipatan-lipatan ini ada
> sesar-sesar anjaknya.  Jadi Jalur Kendeng ini struktur geologi yang POTENSI
> AKTIF.  Harus diteliti apakah struktur Kendeng ini juga mendeformasi sedimen
> Holosen dan Resen atau tidak?  Kalau benar, ya disebut  aktif.  Terus
> mungkin bisa juga dilakukan pengukuran GPS dan studi paloseismologi, dll
> untuk mengkaji lebih jauh
>
> Q: Terus kalau ternyata KENDENG ini aktif jadinya gimana?
>
> A: Jadinya bukan hanya masalah LUSI tapi berarti juga di bawah Kota
> Surabaya yang persis di ujung Timur Jalur ini  bisa terdapat  “active blind
> thrusts”... Kemudian kalau melihat panjang Jalur Kendeng yang mencapai
> seratus kilometer lebih panjangnya berarti potensi gempanya juga besaar....
>
> Q: Wuaduuh... Kok malah jadi nakut-nakutin nih!  Masalah ancaman gempa
> besar untuk Kota Jakarta belum selesai sudah bikin isyu baru di Surabaya...
> gimana seeh.  Gimana kalau benar-benar terjadi gempa besar ,  nanti “sudah
> jatuh ketimpa tangga” dong
>
> A:  Makanya kalo jatuh cepet bangun dan lebih siaga, jangan uyek-uyekan
> terus di situ J
>
>
>
> Sekian dulu....Apabila rekan-rekan punya data-data yang lebih konkrit
> silahkan dibuka supaya dialognya bisa berlanjut dan lebih Mak Nyus.
>
>
>
> Wassalam
>
> DHN
>
>
>
> *From:* Sunu Praptono [mailto:sunu.prapt...@gmail.com]
> *Sent:* Tuesday, May 31, 2011 2:02 PM
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu
> Lusi ?(was Re: [iagi-net-l] Andang Protes)
>
>
>
> Kayaknya pendekatan Pak LL ini yang menghasilkan kesimpulan bahwa gempa
> Yogya "terlalu kecil" untuk mengetarkan Lusi pada peneliti terdahulu yang
> dikutip Tingay. Tapi ga pa-pa dibahas di sini untuk penambahan pengetahuan
> kita bersama. Maaf mungkin forumnya juga lebih cocok di HAGI ya, akan lebih
> banyak yang nyamber topik ini.
>
> Dalam presentasinya Amanda membandingkan sederetan kejadian gempa dan
> aktivasi venting system di Amrik sana yang dirangkum oleh Pak AHS, yang
> diinduksi oleh gempa relatif besar pada jarak yang lebih jauh dari pada
> Lusi-Bantul. Juga dia menyoroti deretan waktu kejadian antara gempa Bantul,
> erupsi merapi, Lusi dan erupsi Semeru dan menyoroti kemiripan kedua
> sirkumstansi itu.
>
> Sebenarnya yang saya ingin dari Pak DHN adalah komentar seberapa benar
> analisa Clarke dan data yang dia ungkapkan apakah valid atau tidak, dan
> apakah pendapat itu hanya milik Clarke seorang atau memang sudah menjadi
> pendapat umum di antara para ustad gempa di sana.
>
> Salam,
>
> Sunu.
>
>  2011/5/31 Leonard Lisapaly <llisap...@fugro-jason.com>
>
> Ok, thanks. Nanti saya lihat.
>
>
>
> LL
>
>
>  ------------------------------
>
> *From:* Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> *Sent:* Tuesday, May 31, 2011 1:23 PM
>
>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu
> Lusi ?(was Re: [iagi-net-l] Andang Protes)
>
>
>
> 2011/5/31 Leonard Lisapaly <llisap...@fugro-jason.com>
>
>  Ada yang punya fault plane solution-nya gempa di Yogya yang diduga
> menjadi pemicu?
>
>
>
> Saya bisa run quick ray tracing untuk memodelkan bahwa pengaruh gempa bisa
> mencapai Sidoardjo.
>
>
>
> LL
>
>
>
> Fault planenya ada bermacam-macam Pak Leo.
> Sudah saya dokumentasikan paling tidak ada 8 jenis fault yang mirip maupun
> berbeda-beda ... hayoook !
> silahkan disimak ada di dua tulisan sini :
> 1. Patahan Opak Yang 
> Unik<http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/patahan-opak-yang-unik/>
>
> *2. Patahan Opak Yang Unik – 2 (Yang mana penyebab gempa 
> itu?)<http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/2010/08/25/patahan-opak-yang-unik-2-yang-mana-penyebab-gempa-itu/>
> *
>
> Tapi jelas bukan saya yang mesti nganalisa, lah aku ntar didamprat sama
> para "ahli"-nya
>
> RDP
>
>
> ***** This message may contain confidential and/or privileged information.
> If you are not the addressee or authorized to receive this for the
> addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this
> message or any information herein. If you have received this communication
> in error, please notify us immediately by responding to this email and then
> delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the
> proper and complete transmission of the information contained in this
> communication nor for any delay in its receipt. *****
>

Kirim email ke