Betul dan setuju sekali dengan ide mas MJP, hayo IAGI & HAGI siapa takut ...
wass, nyoto 2011/6/1 Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com> > Wah wah … tambah berbobot nih diskusinya terutama setelah penjelasan > ilmiah Pak Danny Hilman ala Naek L. Tobing tentang “horny dan orgasme-nya” > si cantik LUSI he he he J > > Tidak boleh dilewatkan nih, ini bisa dijadikan langkah awal untuk > menuntaskan persoalan teknis MV Sidoarjo ini. > > > > Kalau boleh mengusulkan kepada IAGI dan HAGI yang akan ber-Joint Convention > di Makassar pada 26-29 September 2011 nanti, apakah memungkinkan jika > disediakan sesi khusus (½ hari diluar parallel session) “debat ilmiah” > mengenai penyebab semburan lumpur Sidoarjo? Aturan bisa dibuat; tidak boleh > bicara politik atau kepentingan ekonomi pribadi dan kelompok, tidak boleh > asumsi diatas asumsi, hanya interpretasi terhadap data teknis berdasarkan > ruang dan waktu untuk mengungkap fakta (walaupun sulit mengklaim > interpretasi sebagai fakta) yang dikedepankan. Untuk menuju kesana, data > pemboran BJP-1 dan data seismic disekitarnya perlu disharing oleh > teman-teman LAPINDO, BPMIGAS dan Ditjen MIGAS kepada yang berminat setelah > terlebih dahulu menandatangani Confidentially Agreement. Apapun hasil debat > ilmiah ini nanti kemudian menjadi rekomendasi resmi IAGI dan HAGI kepada > Rakyat dan Pemerintah. Rekomendasi dihasilkan ala sidang MK, tetap > meninggalkan ruang bagi adanya *dissenting opinion* bagi yang berpendapat > lain. Rekomendasi resmi dibukukan sebagai warisan ter-fosilkan (meminjam > istilah Pak Rovicky) bagi anak cucu. Itu akan lebih berarti ketimbang uang > kecil pengisi kencleng Peduli Korban. > > > > Salam, > > MJP > > > > *From:* mohammadsyai...@gmail.com [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] > *Sent:* Wednesday, June 01, 2011 7:44 AM > > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Jadi ada 3 kemungkinan penyebab lusi: > 1) Gempa Yogya > 2) Pemboran Bpj-1 > 3) Tektonik > > Menarik juga jika lebih banyak pilihan. > > Salam, > Syaiful > > Mohammad Syaiful > * handphone: +62-812-9372808 > * business: msyai...@etti.co.id > ------------------------------ > > *From: *asikin_suken...@yahoo.com > > *Date: *Wed, 1 Jun 2011 00:21:10 +0000 > > *To: *<iagi-net@iagi.or.id> > > *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id> > > *Subject: *Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Pak Hilman, selamat atas penjelasannya yg menarik. Arahnya sebenarnya sama > dg yg saya sampaikan di simposium di Surabaya. Hanya karena waktunya terlalu > pendek (20 mnt), biasanya kalau kuliah tektonik minimal 45 mnt. Kesimpulan > saya yg tidak sempat ditayangkan adalah : Lusi bukan karena pemboran dan > bukan karena gempa jogya, tetapi gejala tektonik yang menimpa P.Jawa > khususnya Jawa Timur yang dpt memicu gempa Jogya karena ada sesar Opak yg > re-activated, meningkatkan aktivitas Merapi dan di Jawa Timur mempengaruhi > cekungan Porong yg mempunyai kondisi yg khas (anomali negatif tinggi dg > endapan yg tebal dan disana-sini sudah memperlihatkan gejala diapirsm). > Kemudian pengendapan yg relatip cepat sehingga menambah beban unt memicu > keluarnya diapir. Ditambah lagi cekungan ini dibatasi oleh sesar-2 aktip yg > dpt aktip kembali karena ada gerak tektonik yg dpt memicu keluarnya diapir. > Didaerah itu sudah banyak gunung-2 lumpur yg sudah mati atau mulai mati. > Jadi itulah pk Hilman. Kalau bp sebagai ahli gempa menampilkan data-2 yg > lengkap sehingga kebih jelas lagi. > Jadi kesimpulan saya bukan karena pemboran dan bukan juga karena gempa, dg > segala kekurangannya. > Karena saya diminta ngomong, ya keahlian saya hanya sebatas tektonik > (menerapkan konseo tektonik lempeng di P.Jawa > > Salam hangat SA > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > ------------------------------ > > *From: *"Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com> > > *Date: *Tue, 31 May 2011 22:51:34 +0700 > > *To: *<iagi-net@iagi.or.id> > > *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id> > > *Subject: *RE: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ? > > > > Halo Kang Sunu, Masih melototin geliatnya Si Lusi toh J > > Tadinya ingin baca- baca dulu makalah-makalah mereka sebelum > mendiskusikannya. Tapi okay lah kalau sekedar tinjauan umum. Sebelumnya, > saya kira perlu kita consider bahwa kalaupun LUSI itu tidak ada kaitannya > dengan gempa Bantul tidak berarti bahwa kejadian ini bukan bencana alam. > Menurut hemat saya, apabila sudah jelas bahwa tidak ada kesalahan dalam > prosedur pemboran maka LUSI itu secara hukum bisa dianggap sebagai bencana > alam (apapun penyebabnya) meskipun kejadian mud volcano ini barangkali > memang benar dipicu oleh pemboran. Yang harus dijaga, kejadian ini tidak > boleh terulang lagi dengan cara lebih memahami prosesnya dan barangkali ada > prosedur pemboran yang harus diperbaiki atau ditambah (aspek mitigasi > bencana alamnya). > > > > Fenomena yang dikemukakan Neng Amanda adalah hal biasa. Waktu seminar Lusi > di Borobudur duluu Si Jim Mori juga mempresentasikan hal sama tapi pake > contoh dari Jepang. Sebetulnya tidak perlu jauh-jauh cari contoh fenomena > ini ke Amerika dan Jepang, di Indonesia juga banyak, khususnya di Sumatra > karena saya lama meneliti di situ. Jadi, adalah fenomena yang umum > ditemukan bahwa suatu kejadian gempa dapat memicu aktifitas gempa/tektonik > dan volkanik di sekitarnya, tidak perlu dibuktikan lagi. Tapi yang penting > untuk kita pahami adalah bahwa “FENOMENA/PRINSIP” ini SAMA SEKALI BELUM > MEMBUKTIKAN adanya keterkaitan antara gempa Jogya 2006 dengan peristiwa > munculnya Mud Volcano di Porong, Setahu saya dua pakar itu (Mori dan > Clarke) sama-sama mengatakan bahwa mereka tidak bilang bahwa LUSI dipicu > Gempa Bantul 2006, harus diteliti lebih lanjut dulu. > > > > Sebagai ilustrasi, contoh dari Sumatra: Gempa Aceh 2004 (Mw9.2) memicu > Gempa Nias 2005 (Mw8.7). Dua gempa besar ini juga memicu banyak gempa-gempa > kecil di Patahan Sumatra. Kemudian selanjutnya dua gempa ini juga bisa > dibilang memicu gempa Bengkulu 2007 (Mw8.4). Demikian juga gempa Padang > 2009 (Mw7.6) memicu Gempa di patahan Sumatra dekat Danau Kerinci (Mw6.6) > yang berjarak sekitar 250km dari Padang setelah 12 jam kemudian. Yang aneh, > Segmen Megathrust Mentawai yang sebetulnya sudah stress banget kok masih > diam saja digoyang gempa M>8 tiga kali, M>7 puluhan kali, dan M>6 ratusan > kali.... > > Gempa Liwa 1933 (M7.5) dalam 14 hari memicu letusan phreatic di Lembah Suoh > karena Suoh ini memang persis diujung selatannya segmen patahan yang > bergerak, yaitu di zona transtension. Demikian juga Gempa Singkarak Maret > 2007 (Mw6.4) memicu kenaikan aktifitas vulkanik Gunung Talang. > > NAMUN, tentu jauh lebih banyak patahan-patahan dan gunung-gunung api YANG > TIDAK TERPICU. > > > > Jadi, ada berbagai persyaratan yang harus dibuktikan bahwa pemicuan itu > memang terjadi, tidak bisa main “copy – paste” saja. > > Beberapa parameter dan prinsip dasarnya adalah: > > - Seberapa besar gempanya > > - Seberapa jauh jarak sumber gempa ke lokasi > > - Suatu *gunung api hanya dapat dipicu* oleh gelombang gempa *apabila > *gunung itu memang *sedang dalam fasa aktif* magmanya, tidak bisa > sekonyong-konyong meletup-letup. > > - Suatu *patahan hanya dapat dipicu untuk bergerak apabila > patahan itu memang termasuk patahan aktif dan kebetulan akumulasi > stress/strainnya sudah cukup tinggi*. Tentu *tidak bisa patahan yang > sudah mati sekonyong-konyong bisa bergerak karena dipicu gempa*, emangnya > ada gempa zombie J. Dengan kata lain, istilah pemicuan gempa artinya > hanya membuat akumulasi strain di suatu patahan menjadi terlepas (lebih > cepat) karena digoyang getaran gempa. > > - Demikian juga dengan Mud Volcano. Gempa atau gerakan tektonik > sekalipun tidak bisa sekonyong-konyong memicu sebuah MV,kecuali kalau memang > sudah ada ‘bahan’nya, artinya ada “lapisan very > unstable-saturated-overpressure” yang bisa meledak kalo digoyang. Mungkin > analoginya adalah seperti peristiwa liquifaction yang banyak terjadi di > wilayah gempa, hanya skala dan kedalamannya beda. > > Demikian ulasan prinsip-prinsip dasarnya. Sekarang kita lebih fokus ke si > LUSI. Kita diskusikan dengan dialog saja deh biar enak. > > > > Q: Apakah Gempa Bantul 2006 (Mw6.4) dapat memicu kejadian Mud Volcano di > Porong yang jauhnya sekitar 280 km? > > A: Gempa Bantul itu hanya menghasilkan getaran gempa sekitar 0.008g saja (~ > MMI I atau II) . Sedangkan sudah banyak gempa-gempa yang lebih besar/dekat > di sekitar Porong yang mmberikan getaran gempa jauh lebih besar, seperti > terlihat pada data di tabel yang saya buat di bawah. Bahkan menurut > catatan sejarah pernah terjadi gempa besar pada tahun 1850-an yang > memberikan intensitas gempa di wilayah ini mencapai MMI VII. Jadi, kalau > gempa Bantul 2006 ini dianggap dapat memicu MV porong kenapa sebelumnya yang > malah tiga kali lipat lebih besar tidak memicu? > > > > 1867 – Mw>6.4 - Gempa Bantul (Patahan Opak) – jarak= 276km , pga di > Porong > 0.008 g > > 1937 – Mw=7.2 - Gempa Zona Subduksi – Selatan Jatim – Jarak= 250km, pga > di Porong = 0.03 g > > 1967 – Mw>6.8 - Gempa Zona Subduks – Selatan Jatim – jarak= 150km, pga di > Porong = 0.03 g > > 1977 – Mw=8.1 - Gempa NormalFault-Selatan Lombok – jarak= 632km , pga di > Porong = 0.03 g > > 1994—Mw=7.8- Gempa Zona Subduksi di Selatan Jatim – Jarak= 300km, pga di > Porong= 0.03 g > > 2006 – Mw=6.4 - Gempa Bantul (Patahan Opak) –jarak= 276km , pga di Porong > = 0.008 g > > Catatan: 0.03 g ~ MMI V, 0.01 g ~MMI III, pga = peak ground acceleration > > > > Q: Bagaimana kalau misalnya saat gempa Bantul terjadi kebetulan si LUSI ini > “lagi horny-horny”nya sehingga disentuh dikit langsung ‘orgasme’ hayoo? > > A: O..walah, jangan porno ah, maksudnya ibarat orang yang dibawa ke bibir > jurang sehingga dengan sentuhan sangat halus sekalipun bisa limbung terus > jatuh juga ya? J. Pertanyaannya apakah ada proses alam yang dalam kurun > waktu 12 tahun (sejak 1994) bisa membawa LUSI ke tahap very very fragile, > ataukah lebih masuk akal kalau ada intervensi non-alamiah (baca: pemboran) > yang membawanya si LUSI ini menjadi siap orgasme?...eeeh ikut-ikutan porno > nih. > > > > Q: Tapi kata orang bukan cuma goyangan gempa yang memicu LUSI tapi goyangan > itu membuat“REAKTIFASI” Sesar (Watukosek) terus gerakannya bikin si LUSI > engga tahan gitu lho? > > A: Ente pantang nyerah rupanya ya. Tuh liat si Amanda yang nyebar gossip > aja mesem-mesem denger omongan ente yang napsu gitu J Gini ya, buang itu > istilah REAKTIFASI, Engga laku di sini. Reaktifasi itu terjadi apabila > sesar yang sudah lama mati karena posisinya sudah engga sesuai dengan medan > tektoniknya kemudian setelah pergerakan tektonik selanjutnya selama > berjuta-juta tahun patahan tersebut kembali ke posisi tertentu yang > “favourable” lagi dengan tatanan tektonik yang berlaku sehingga menjadi > aktif lagi. Kita engga ngomong perubahan tatanan tektonik atau proses > jutaan tahun di sini. > > Q: Okay deh, maksud saya *apakah gempa Bantul* *itu bisa memicu Sesar > Watukosek* dan apakah kemudian gerakan si Watukosek ini bisa *memicu > LUSI*? > > A: Weleh-weleh, bener-bener ya...., ini namanya hipotesa berdasarkan > ‘asumsi di atas asumsi’. Saya tanya balik deh mendingan: > > - Apakah SesarWatukosek itu sudah terpetakan dengan baik? Kalau > emang iya ada, apakah termasuk sesar aktif? Kalau jawabannya “belum ada > bukti keaktifannya” maka hipotesa ini gugur sampai di sini saja (sorry-sorry > Jack!). Susah kalau membuat hipotesa berdasarkan asumsi yang belum jelas. > Okay lah, kita lanjutkan berandai-andai. Kalau ternyata nanti ada yang bisa > membuktikan bahwa Si Watukosek ini aktif, inipun belum selesai, kita masih > harus membuktikan bahwa Watukosek itu memang terpicu oleh gempa Bantul. > Terus kita andaikan lagi, kalau ternyata nanti ada juga orang yang bisa > buktikan bahwa si Watukosek ini memang terpicu dan bergerak di diantara > kejadian Gempa Bantul dan Semburan LUSI, inipun belum juga cukup buktinya. > Orang masih harus membuktikan bahwa gerakan si Watukosek ini dapat membuat > si LUSI muntah (catatan: belum ada contoh kasusnya).... Naaah jadi panjang > kan PR-nya. Makanya bikin hipotesa jangan yang aneh-aneh...bikin repot > sendiri.... > > > > Q : Tapi kata Pak Awang ada yang menemukan ‘gejala-gejala’ di sepanjang > kelurusan yang diduga adalah Sesar Watukosek, gimana tuh? > > A : He he he, salut deh atas semangatnya J Tapi kata ADB dirinci dulu > gejala-nya apa, terus kronologisnya gimana. Jangan-jangan gejala yang > dimaksud cuma liat ada lumpur-lumpur yang menyembur-nyembur keluar > disepanjang kelurusan yang dimaksud. Kalau itu sih belum jadi bukti bahwa > Sesar Watukosek aktif dan bergerak, bisa saja cuman lumpurnya aja yang bocor > ke sepanjang ‘kelurusan’ yang diduga jalur sesar itu, iya toh? > > > > Q: Wuahh, tambah pusing nih. Jadi fakta apa yang harus dicari untuk > membuktikan Sesar Watukosek itu aktif? > > A: Keaktifan Sesar itu bisa dikenali dengan meneliti bentang alam (yang > khas-morpho-tektonik) disepanjang jalurnya akibat pergerakan yang terjadi. > Atau dari seismisitas-nya yang terekam di jaringan alat seismik. Atau bisa > dari sejarah pernah ada gempa (besar) di sepanjang jalurnya. Atau bisa dari > data pre-historic gempa kalau sudah dilakukan penelitian paleoseismologi di > situ. Kemudian kita bisa juga mendeteksi langsung pergerakannya dengan > metoda pengukuran GPS geodesi. > > > > Q: Kalau untuk membuktikan bahwa Sesar watukosek itu terpicu dan bergerak > diantara Gempa bantul dan Semburan LUSI bagaimana? > > A: Bukti yang “straight forward” ada dua: 1. Ada data rekaman gempa yang > terjadi di Sesar Watukosek (gempa itu terjadi karena gerakan deformasi > elastik pada sesar), 2. Bukti ada “fault displacement” di Watukosek, bisa > berupa ditemukan “offset” atau bukti pergerakan dari rekaman jaringan GPS > atau dari analisis In-SAR (memakai data image satelit). > > > > Q: Capek juga ya jadi peneliti ... Untung saya praktisi bukan peneliti, > jadi bisa ngomong nyeplos aja engga harus mikir susah-susah gitu J Ok. > jadi sekarang masalah si LUSI ini bagusnya diapain ya? > > A: Nah, seperti yang dibilang ADB, Pak Kusumah, Pak Kendar, dan > kawan-kawan lain, yang urgent adalah bagaimana mencari solusi masalah untuk > kepentingan orang banyak sekarang dan ke depan, termasuk memperkirakan > sampai kapan si LUSI ini bakalan orgasme terus dan apa dampaknya serta > bagaimana mengatasinya. Tentu masalah proses dan penyebab si LUSI > menggeliat ini baiknya terus diteliti, tapi bukan untuk berpolemik cari > siapa yang salah, melainkan supaya kita jadi lebih mengerti tentang fenomena > ini sehingga akan lebih waspada dan tidak terulang lagi kejadiannya... > setuju? > > > > Q: Jadi, mungkin ya ada sesar aktif di wilayah Porong ini? > > A: Ha ha ha, iya mungkin. Wilayah ini kan ada di ZONA LIPATAN KENDENG, > sedangkan dari Peta Geologi kelihatannya lipatan ini MENDEFORMASI LAPISAN > KUARTER tuh. Bahkan ada indikasi di bawah struktur lipatan-lipatan ini ada > sesar-sesar anjaknya. Jadi Jalur Kendeng ini struktur geologi yang POTENSI > AKTIF. Harus diteliti apakah struktur Kendeng ini juga mendeformasi sedimen > Holosen dan Resen atau tidak? Kalau benar, ya disebut aktif. Terus > mungkin bisa juga dilakukan pengukuran GPS dan studi paloseismologi, dll > untuk mengkaji lebih jauh > > Q: Terus kalau ternyata KENDENG ini aktif jadinya gimana? > > A: Jadinya bukan hanya masalah LUSI tapi berarti juga di bawah Kota > Surabaya yang persis di ujung Timur Jalur ini bisa terdapat “active blind > thrusts”... Kemudian kalau melihat panjang Jalur Kendeng yang mencapai > seratus kilometer lebih panjangnya berarti potensi gempanya juga besaar.... > > Q: Wuaduuh... Kok malah jadi nakut-nakutin nih! Masalah ancaman gempa > besar untuk Kota Jakarta belum selesai sudah bikin isyu baru di Surabaya... > gimana seeh. Gimana kalau benar-benar terjadi gempa besar , nanti “sudah > jatuh ketimpa tangga” dong > > A: Makanya kalo jatuh cepet bangun dan lebih siaga, jangan uyek-uyekan > terus di situ J > > > > Sekian dulu....Apabila rekan-rekan punya data-data yang lebih konkrit > silahkan dibuka supaya dialognya bisa berlanjut dan lebih Mak Nyus. > > > > Wassalam > > DHN > > > > *From:* Sunu Praptono [mailto:sunu.prapt...@gmail.com] > *Sent:* Tuesday, May 31, 2011 2:02 PM > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ?(was Re: [iagi-net-l] Andang Protes) > > > > Kayaknya pendekatan Pak LL ini yang menghasilkan kesimpulan bahwa gempa > Yogya "terlalu kecil" untuk mengetarkan Lusi pada peneliti terdahulu yang > dikutip Tingay. Tapi ga pa-pa dibahas di sini untuk penambahan pengetahuan > kita bersama. Maaf mungkin forumnya juga lebih cocok di HAGI ya, akan lebih > banyak yang nyamber topik ini. > > Dalam presentasinya Amanda membandingkan sederetan kejadian gempa dan > aktivasi venting system di Amrik sana yang dirangkum oleh Pak AHS, yang > diinduksi oleh gempa relatif besar pada jarak yang lebih jauh dari pada > Lusi-Bantul. Juga dia menyoroti deretan waktu kejadian antara gempa Bantul, > erupsi merapi, Lusi dan erupsi Semeru dan menyoroti kemiripan kedua > sirkumstansi itu. > > Sebenarnya yang saya ingin dari Pak DHN adalah komentar seberapa benar > analisa Clarke dan data yang dia ungkapkan apakah valid atau tidak, dan > apakah pendapat itu hanya milik Clarke seorang atau memang sudah menjadi > pendapat umum di antara para ustad gempa di sana. > > Salam, > > Sunu. > > 2011/5/31 Leonard Lisapaly <llisap...@fugro-jason.com> > > Ok, thanks. Nanti saya lihat. > > > > LL > > > ------------------------------ > > *From:* Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] > *Sent:* Tuesday, May 31, 2011 1:23 PM > > > *To:* iagi-net@iagi.or.id > > *Subject:* Re: [iagi-net-l] To Danny Hilman : Mampukah gempa Yogya memicu > Lusi ?(was Re: [iagi-net-l] Andang Protes) > > > > 2011/5/31 Leonard Lisapaly <llisap...@fugro-jason.com> > > Ada yang punya fault plane solution-nya gempa di Yogya yang diduga > menjadi pemicu? > > > > Saya bisa run quick ray tracing untuk memodelkan bahwa pengaruh gempa bisa > mencapai Sidoardjo. > > > > LL > > > > Fault planenya ada bermacam-macam Pak Leo. > Sudah saya dokumentasikan paling tidak ada 8 jenis fault yang mirip maupun > berbeda-beda ... hayoook ! > silahkan disimak ada di dua tulisan sini : > 1. Patahan Opak Yang > Unik<http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/patahan-opak-yang-unik/> > > *2. Patahan Opak Yang Unik – 2 (Yang mana penyebab gempa > itu?)<http://rovicky.wordpress.com/2010/08/22/2010/08/25/patahan-opak-yang-unik-2-yang-mana-penyebab-gempa-itu/> > * > > Tapi jelas bukan saya yang mesti nganalisa, lah aku ntar didamprat sama > para "ahli"-nya > > RDP > > > ***** This message may contain confidential and/or privileged information. > If you are not the addressee or authorized to receive this for the > addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this > message or any information herein. If you have received this communication > in error, please notify us immediately by responding to this email and then > delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the > proper and complete transmission of the information contained in this > communication nor for any delay in its receipt. ***** >