Minarwan & rekan2,

Terima kasih atas sumbangan pemikiran Minarwan atas diskusi ini.

Yang saya jadikan kasus hubungan antara rate of rifting dan rate of 
sedimentation rate adalah Makassar Strait yang sejak pembentukan riftingnya dan 
pengisiannya oleh sedimen berlokasi di iklim tropis, sehingga rate of 
sedimentation-nya memang tinggi seiring rate of rifting Makassar Strait sebelah 
utara yang tinggi. Di tempat-tempat lain yang nontropis, seperti yang ditulis 
oleh Minarwan, saya sependapat bahwa rate of rifting yang tinggi tak mesti 
diikuti rate of sedimentation yang tinggi. Rate of rifting yang tinggi hanya 
akan menyediakan space of accommodation yang tinggi, basin fill-nya tentu 
bergantung kepada provenance di sekitarnya, seperti yang saya tuliskan 
sebelumnya, bisa terjadi basin starvation bila provenance minimal, atau 
sedimentation rate yang tinggi bila provenance melimpah.

Kemiringan atau kelandaian bounding faults sebagai faktor yang berpengaruh 
kepada volume space of accommodation saat rifting terjadi, seperti yang 
dipublikasi Lambiase dan Morley (1999) saya meyakininya juga; dan saya juga 
sudah melihat exercise kasusnya pada Makassar Strait bagian utara dan selatan; 
kebetulan Chris Morley (PTTEP) memperlihatkannya saat ia melakukan studi 
struktur dan tektonik wilayah ini di South Mandar dan Malunda (unpublished).

Sedimentation rate pada rate tertentu betul justru akan meningkatkan kandungan 
organik, seperti telah diteliti oleh Johnson dan Ibach (1982) - kurvanya dapat 
dilihat juga di buku Richard Selley (1985): Essentials of Petroleum Geology; 
tetapi bila terlalu tinggi justru kemudian akan mengurangi kandungan organiknya 
karena faktor dilution. Minarwan mengambil kasus Delta Mahakam, katakanlah 
jenis sedimen source rocks-nya silty shale karena merupakan reworked dari 
deltaic coals. Menurut Johnson dan Ibach (1982), kekayaan organiknya akan 
mengaya seiring sedimentation rate meningkat, dan paling optimum, seperti yang 
telah saya tulis, adalah sekitar 21 m/my; kemudian bila terus meningkat, maka 
justru akan terjadi antiklimaks, kemudian kandungan organiknya akan makin 
berkurang seiring makin meningkatnya sedimentation rate.

Maka yang terbaik adalah lakukan saja analisis sedimentation rate di area 
depresi di mana kita menduga di situlah source beds-nya tersimpan. Tak semua 
depresi itu kitchen; jangan terlalu menyederhanakan analisis source dalam 
analisis petroleum system.

Gorontalo Basin jangan diasumsikan hanya menerima sedimen molassic dari lithic, 
volkaniklastik, metamorf, ofiolit dari tinggian-tinggian di sekitarnya. Betul 
itu memang terjadi, tetapi hanya di fase terakhir di Late Neogen. Sebelumnya, 
di Paleogen dan Mesozoic, Gorontalo Basin sangat berpotensi mempunyai sources 
sebaik Paleogen sources di circum-Sundaland basins, juga sebaik sources 
Aulstraloid Mesozoics. Gorontalo Basin adalah basin yang kompleks dengan 
poly-history tektonic dan stratigrafinya. Molassic sediments-nya hanya menjadi 
burial seds buat mematangkan sources Paleogen dan Mesozoics-nya.

Masalah overmaturity di Selat Makassar (bagian utara) saya tak sependapat. Saya 
justru berpendapat sebaliknya, cool basin. Heat-flow memang berpengaruh kepada 
pematangan source, tetapi gradient geothermal lebih disebabkan konduktivitas 
termal sedimen penimbunya daripada heatflow. Saat rifting Paleogen 
(Eosen-Oligosen), memang heatflow tinggi di area ini karena terjadi upwelling 
mantle plume yang sekaligus meretakkan kerak benua di wilayah ini. Tetapi saat 
itu sedimen hanya tipis. Setelah itu, karena rifting Makassar Strait gagal 
membuka terus menjadi sea-floor spreading, yang terjadi justru thermal cooling 
sepanjang Neogen; downwelling mantle plume. yang di permukaan dimanifestasikan 
dalam bentuk sagging yang sangat besar, dan terus sagging sampai sekarang 
sehingga kedalaman lautnya di tengah Selat Makassar >2500 meter. Sedimen 
burialnya tipis, juga ada efek cooling dari kolom air laut yang harus 
diperhitungkan. Semua itu akan membuat bahwa yang namanya
 overmaturity sulit dipercaya terjadi di Makassar Strait sebelah utara.

Pendapat saya di atas nampaknya sesuai dengan hasil analisis FIV (fluid 
inclusion volatile) dan analisis gas di sebuah sumur penemuan -nonekonomis yang 
dilakukan salah satu operator di wilayah ini. FIV menunjukkan bahwa generasi 
petroleum di wilayah ini baru saja terjadi (Resen) dan analisis gas yang ada 
menunjukkan: biogenic (!). Generasi petroleum Resen menunjukkan 
ketidakmungkinan suatu overmaturity. Kehadiran biogenic gas di satu sumur bisa 
menunjukkan thermal history 'cool'. 

Banyak konsep yang dibangun sebelumnya di area ini ternyata harus banyak 
dilakukan revisi. Begitulah sisi West Sulawesi Offshore, mari kita ikuti saja 
terus kemajuan eksplorasi di wilayah ini dan kita lakukan berbagai analisis dan 
evaluasi serta sinergikan konsep2nya.

salam,
Awang



--- Pada Jum, 26/8/11, MINARWAN <minarw...@gmail.com> menulis:

> Dari: MINARWAN <minarw...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Rate of Rifting & Organic Richness: Makassar Straits 
> Case
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Jumat, 26 Agustus, 2011, 12:10 AM
> Selamat pagi,
> 
> Saya ikut berkomentar karena kebetulan topik diskusinya
> berkaitan
> dengan analisis cekungan. Pertama mengenai Beta Factor atau
> stretching
> factor, yang secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai
> rasio
> antara panjang cekungan setelah rifting dengan panjang
> semula cekungan
> (diukur pada posisi sejajar dengan arah ekstensi). Ambil
> contoh, jika
> faktor Beta adalah 2, maka telah terjadi ektensi sebanyak
> 100%, yang
> berarti panjang cekungan sekarang adalah 2 kali panjang
> awal cekungan.
> 
> Seandainya kita membandingkan 2 cekungan rift yang membuka
> sebagai
> sebuah half graben, dimana sudut kemiringan boundary fault
> (active
> margin) kedua cekungan ini berbeda, kita asumsikan half
> graben A
> memiliki sudut kemiringan 45º dan half graben B 20º, maka
> untuk
> stretching factor yang sama, half graben A akan lebih dalam
> daripada
> half graben B. Dengan demikian, half graben A akan
> menghasilkan
> accomodation space yang lebih banyak daripada half graben
> B. Jadi,
> untuk mendapatkan accomodation space dan subsidence rate
> yang berbeda,
> stretching factor tidak harus berbeda. Ada makalah dari
> Lambiase dan
> Morley (1999) yang membahas tentang sudut kemiringan
> boundary fault
> dan bagaimana mereka bisa mengontrol depositional system.
> 
> Berkaitan dengan sedimentation rate, kalau saya tidak salah
> ingat
> hafalan ketika masih kuliah, sedimentation rate ditentukan
> oleh
> climate dan luas tidaknya catchment area. Berkaitan dengan
> beta factor
> cekungan rift yang tinggi, saya pikir tidak akan terus
> diikuti oleh
> sedimentation rate yang tinggi juga. Jika iklimnya kering,
> apakah
> memang suplai sediment ke cekungan akan setinggi cekungan
> di wilayah
> beriklim tropis?
> 
> Jika kita berada di iklim tropis dengan curah hujan tinggi
> dan
> catchment area juga luas, maka saya yakin tingkat erosi
> akan tinggi
> dan sedimentation rate juga tinggi. Mungkin kalau kita
> hendak
> mengambil contoh, kita ambil saja Delta Mahakam dan Kutei
> Basin,
> walaupun bukan persis rift basin yang sedang kita
> diskusikan.
> 
> Kita tahu bahwa Kutei Basin memiliki batuan induk, bahkan
> di bagian
> laut dalam ada model batuan induk yang katanya berasal dari
> material
> kayu/dedaunan/material yang mengandung carbon yang menjadi
> batuan
> induk beberapa lapangan gas/condensate. Dari contoh ini,
> saya berpikir
> bahwa sedimentation rate yang tinggi tidak serta merta
> membuat sebuah
> cekungan tidak memiliki potensi batuan induk, asal ada
> material
> organik yang dibawa dan diendapkan di cekungan. Mungkin
> akan lain
> ceritanya jika material yang digelontorkan ke dalam
> cekungan adalah
> konglomerat, lithic sandstones dan yang sejenisnya,
> misalnya berasal
> dari singkapan batuan metamorf dan vulkaniklastik
> (Gorontalo?).
> 
> Hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanya hydrocarbon
> charge dari
> cekungan rift walaupun ada potensi batuan induk adalah
> batuan induk
> tersebut sudah terlalu matang karena saat berada di fase
> rifting
> mereka sudah dimasak oleh arus panas yang terlalu tinggi
> dari
> astenosfer. Jadi, bukan karena tidak ada material organik,
> tapi
> overmature karena tertimpa overburden sediment yang tebal
> dan heat
> flow tinggi. Jika tidak ada early post-rift sequences
> seperti
> fluvio-deltaic atau marginal marine shales yang mulai
> terendapkan saat
> heat flow sudah menurun dan kemudian dimasak oleh tambahan
> heat flow
> seperti di back-arc basin atau oleh overburden sediment
> yang lebih
> tebal dan muda, maka kita tidak bisa mengandalkan batuan
> induk dari
> bagian synriftnya.
> 
> Demikian sumbangan komentar dari saya, semoga berkenan.
> 
> Salam
> mnw
> 
> 2011/8/25 Gadjah Eko Pireno <gadjah.pir...@krisenergy.com>
> >
> > Maaf kalau bikin bingung.....
> > Sebenarnya yang saya maksud adalah suplay sedimennya
> kedalam cekungannya.
> > Kalau supply sedimennya over tentunya tidak akan ada
> organik carbonnya karena pengaruh oksidasinya, tetapi kalau
> sediment rates nya imbang dengan penurunan cekungannya, maka
> akan berkembang cekungan danau tempat berkembangnya fresh
> water algal dan juga tempat pengendapan kerogen yang berasal
> dari hutan disekitar danaunya....
> >
> > Gadjah E. Pireno
> > New
> > ________________________________
> > From: Awang Satyana [awangsaty...@yahoo.com]
> > Sent: Thursday, August 25, 2011 9:56 AM
> > To: iagi-net@iagi.or.id;
> Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
> > Subject: [SPAM] - [iagi-net-l] Rate of Rifting &
> Organic Richness: Makassar Straits Case (was: Nyiragongo...)
> - Email found in subject
> >
> > Ferdi & rekan2,
> >
> > Iya memang terbalik antara Pak Gadjah dan saya;
> mungkin Pak Gadjah berpendapat lain atau salah tulis, tolong
> mas Gadjah klarifikasi; saya meyakini kalau rifting terlalu
> cepat tak ada kesempatan untuk calon source rocks punya
> kapasitas kekayaan organik yang baik. Karena rifting
> Makassar Strait utara lebih cepat (sebab dipicu sea-floor
> spreading Celebes/Sulawesi Sea) daripada Makassar Strait
> selatan, maka secara 'kasar' kekayaan organik sources di
> rifting-nya diasumsikan lebih kaya di Makassar Strait
> selatan. Tentu ini pernyataan awal yang harus diuji dan
> dibuktikan, tetapi alasannya saya terangkan di bawah ini.
> >
> > Sebenarnya, tingkat pembukaan rifting tak menyambung
> langsung ke kekayaan organik sedimen. Yang menyambung
> langsung ke kekayaan organik adalah rate of sedimentation
> (Johnson & Ibach, 1982). Dikatakan oleh mereka bahwa ada
> hubungan antara TOC (total organic carbon) dan sedimentation
> rate dalam m/my (meter/juta tahun). Setiap sedimen punya
> nilai terbaik TOC (optimum TOC) pada sedimentation rate
> tertentu. Bila sedimentation rate terlalu rendah, maka
> oksidasi terjadi yang akan merusak pengawetan organik, bila
> sedimentation rate terlalu tinggi maka kandungan organik pun
> akan rendah karena sedimentary dilution. Secara umum untuk
> shale silisiklastik, maka sedimentation rate terbaik agar
> TOC optimum adalah sekitar 21 m/juta tahun (Johnson &
> Ibach, 1982). Kurang atau lebih dari itu, TOC-nya menurun.
> Untuk sedimen gampingan (misalnya source napal),
> sedimentation rate terbaik untuk mencapai TOC optimum adalah
> sekitar 14 m/juta tahun.
> >
> > Hubungan dengan rifting. Rifting yang relatif cepat
> (Beta faktor tinggi) akan menyebabkan sedimentation rate
> terlalu tinggi, juga pembukaan yang terlalu cepat akan
> mengundang sirkulasi oxic dari open sea masuk. Akibatnya
> adalah kekayaan organik akan rendah. Tetapi rifting yang
> biasa saja, tak cepat, tak lambat, akan menghasilkan
> sedimentation rate yang biasa juga, dan mempertahankan
> kondisi rifting dalam lingkungan anoxic atau sub-oxic,
> sehingga pengawetan organic matters akan relatif lebih baik.
> Terhadap rendahnya kandungan organik, efek dilution karena
> too high sedimentation rate akan lebih memiskinkan kandungan
> organik, dibandingkan sedimentation rate yang too slow.
> Artinya, rifting yang membuka terlalu lambat, dengan
> sedimentation rate yang terlalu lambat juga akan lebih baik
> untuk pengawetan organik daripada di rifting yang terlalu
> cepat dengan efek sedimentary dilution yang tinggi.
> >
> > Kekayaan organik Makassar Strait utara dan Makassar
> Strait selatan tentu kompleks, masalah kecepatan rifting dan
> sedimentation rate hanyalah salah satu faktor saja. faktor
> lain adalah masalah lebar pembukaan Makassar Strait utara
> yang lebih lebar daripada Makassar Strait selatan. Ini akan
> berpengaruh kepada source facies in situ relatif terhadap
> sumber2 organik di onshore-onshore sebelah barat dan timur
> (Delta Mahakam, onshore western Sulawesi, Paparan
> Paternoster).
> >
> > 'Seruan' saya kepada para operator di West Sulawesi
> offshore (Exxon, Maratahon, COPI, Statoil, Pertamina,
> Talisman, PTTEP, dll) yang saya sampaikan di Jakarta
> Scout-Check Meeting Juni lalu adalah seperti yang saya
> sampaikan di atas. Mereka, seperti pada umumnya semua
> operator, kurang melihat 'yang tidak atau susah terlihat',
> yaitu masalah source rocks dan migrasi. Fokus terlalu besar
> kepada trap dan reservoir, yang memang 'terlihat' di
> seismik. Ketika trap dan reservoir ditemukan dan kualitasnya
> baik, tetapi kosong, sebenarnya problem ada di source dan
> migrasi.
> >
> > Harus diingat bahwa ketiadaan source akan menjadi
> pembunuh regional prospektivitas; yang akan membunuh
> beberapa WK sekaligus. Jadi, mulailah dari sekarang
> melakukan evaluasi yang seimbang atas
> geologti-geofisika-geokimia; atas semua unsur dan proses
> dalam petroleum system - jangan hanya melulu trap dan
> reservoir.
> >
> > salam,
> > Awang
> >
> 
> 
> --
> - when one teaches, two learn -
> http://www.geotutor.tk
> http://www.linkedin.com/in/minarwan
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak
> biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI,
> Sulawesi, 26-29
> September 2011
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> 
> For topics not directly related to Geology, users are
> advised to post the email to: o...@iagi.or.id
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be
> liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting from loss of use, data or profits, arising out of
> or in connection with the use of any information posted on
> IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
>

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke