Kita memang perlu menguasai bahasa asing untuk kepentingan ilmu,
perdagangan, pergaulan intenasional dll, demi kemajuan pribadi syukur-syukur
buat bangsa. Tapi untuk di dalam negeri kita harus meningkatkan kualitas
pemakaiannya dan keutamaan Bahasa Indonesia demi kesatuan bangsa ini, yang
di khawatirkan Ibu Wulandari memang benar adanya di masyarakat, tidak usah
jauh-jauh pada pertemuan resmi ataupun perkantoran, di pergaulan sehari-hari
pemakaian bahasa asing lebih populer di banding bahasa Indonesia yang benar.
 Seharusnya pemakaian bahasa Indoensia yang benar harus terus di dorong di
tengah bangsa ini, karena menurut saya pribadi  berbahasa Indonesia dengan
masyarakat beragam suku saja sering menjadi kendala. Rasanya gampang sekali
mendapatkan seseorang di pelosok Jawa sana yang tidak bisa berbicara bahasa
indonesia, atau kalaupun bisa sering susah di pahami karena campur aduk
dengan bahasa lokal dan ungkapan lokalnya. Malah berbahasa Indonesia dengan
penduduk lokal di Indonesia Timur terasa lebih baku dan benar rasanya, kosa
kata bahasa Indonesia yang tak pernah kita pakai dan dengar di pulau Jawa
ini malah masih sering digunakan oleh mereka.

Makanya aneh juga kalau seorang expatriat asing yang di sudah tahunan di
kantor indonesia dan berada di dominan komunitas Indonesia tidak bisa
berbahasa Indoensia, begitu pula di saat  meeting rutin hanya ada seorang
expatria, tapi kita malah memaksakan bahasa pengantarnya berbahasa asing,
semestinya expatriat tersebut yg sadar untuk berbahasa Indonesia.
Tindakan pemerintah dengan mengeluarkan aturannya dalam pemakaian bahasa
Indonesia di forum resmi sudah tepat, tinggal kemauan dan kesadaran kita
untuk menjalankan dan memanfaatkannya.


OK Taufik




2011/10/6 <wulandari.mandrad...@gmail.com>

> Ikut nimbrung sedikit bapak dan ibu,,
> Setuju dengan email Pak Adam dibawah,,kenapa selama ini semakin lama bahasa
> Inggris menjadi lebih populer dibanding bahasa Indonesia. Seharusnya expat
> yang bekerja di Indonesia yang belajar bahasa Indonesia,bukan kita yang
> harus selalu menyesuaikan dengan mereka. Saya yakin walau dalam event
> sebesar IAGI yang digunakan bahasa Indonesia tidak akan mengurangi pamor
> dari PIT IAGI. Dan penggunaan bahasa Indonesia di dalam event ini,bukan
> berarti para professional tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik dan
> benar.
> Dan saya yakin, dengan 'memaksa' para expat untuk belajar dan menggunakan
> bahasa Indonesia selama mereka bekerja di Indonesia akan membuat mereka
> lebih menghargai bangsa Indonesia.
>
>
> Cheers,
> Wulan
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ------------------------------
> *From: * rakhmadi.avia...@gmail.com
> *Date: *Thu, 6 Oct 2011 10:22:50 +0000
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] UU 24/2009 dan Bahasa Pengantar dalam PIT IAGI
> dan PIT HAGI
>
> Bro and sis
>
> Rasanya ga tepat kalo anda perwakilan apa aja di LN dan ga bisa bahasa
> Inggris
>
> Kalo anda president RI aku maklum
>
> Salam damai
> Avi NPA 0666 (nomor cantik)
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * M-Adam CEPI <m-adam.c...@total.com>
> *Date: *Thu, 6 Oct 2011 10:47:49 +0200
> *To: *iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] UU 24/2009 dan Bahasa Pengantar dalam PIT IAGI
> dan PIT HAGI
>
>  Rekan-rekan,****
>
> ** **
>
> Penggunaan bahasa Indonesia vs bahasa Inggris hemat saya bisa digunakan
> dalam dua perspektif yaitu ; ‘meng-internasional kan (orang) Indonesia’ dan
> ‘meng-Indonesia kan (teknologi) ilmu pengetahuan’. ****
>
> Dari perspektif pertama ini orang Indonesia hendaknya meningkatkan
> kemampuan berbahasa internasional baik itu percakapan dan tulisan sehingga
> menjadi lebih dikenal dan lebih bersaing dengan negara lain. Saya kira
> rekan-rekan yang rajin menghadiri konferensi dan rajin menulis makalah
> merasakan hal ini dan terutama mereka yang bekerja diluar negeri. ****
>
> Dari perspektif yang kedua, penting juga bahwa para ekspatriat yang bekerja
> di Indonesia untuk sedapat mungkin belajar bahasa Indonesia agar mereka
> menghargai negara dimana mereka bekerja dan pada saat mereka kembali ke
> negara mereka atau pindah ke negara lain, mereka bisa menjadi ‘duta’ untuk
> meng-internasional kan Indonesia. Saat ini saya ditempatkan di UK,
> teman-teman ekspat ‘alumni’ Balikpapan ( dimana mereka diwajibakan mengambil
> kelas bahasa) sekarang selalu berbahasa Indonesia dengan saya, mereka tidak
> ingin kehilangan kemampuan bahasanya. ****
>
> Saya kira tidak ada salahnya para ekspat ini didorong menggunakan bahasa
> pada saat presentasi IPA sementara orang Indonesia didorong untuk rajin
> menulis dan presentasi dalam bahasa internasional dalam pertemuan-pertemuan
> ilmiah (IPA, IAGI, HAGI, SPE dll)****
>
> ** **
>
> Teman-teman ekspat yang sekarang ‘fasih’ berbahasa, mereka merasakan bahwa
> bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari rata-rata mereka bisa berkomunikasi
> dengan baik setelah 3-4 bulan kelas reguler. Bandingkan saya yang kebetulan
> bekerja untuk Pertamina-nya Perancis butuh 3 tahun setelah di-cemplungin
> untuk bisa bilang *merdre* (maaf; artinya sialan) kepada mereka.****
>
> Bayangkan berapa banyak orang Indonesia yang bekerja diluar negeri dan para
> ekspat yang pernah bekerja di Indonesia bila mereka bisa berbahasa dengan
> baik akan menjadi keuntungan untuk kita. Mudah-mudahan dengan mudahnya
>  dipelajari, bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional yang
> digunakan banyak negara (mimpi mode on)****
>
> ** **
>
> Sedikit pengalaman anek dot dengan orang Pernacis, orang bilang mereka
> chauvinis sehingga lebih suka menggunakan bahasa mereka daripada bahasa
> Inggris. Padahal sebenarnya kemampuan Inggris mereka lah yang jelek. Dulu
> saya pernah wawancara dengan orang Perancis yang tidak fasih bahasa Inggris
> sementara saya belum bisa bahasa mereka, walhasil 2 jam wawancara hanya 3
> pertanyaan yang dia ajukan selebihnya tatap-tatapan alamak. Satu lagi teman
> Pernacis saya bilang bahwa dia bangga karena ada 200 juta penduduk di dunia
> yang berbahasa Perancis, saya bilang kalau begitu saya lebih bangga dari dia
> karena ada 230 juta penduduk di dunia (Indonesia) yang berbahasa Indonesia.
> ****
>
> ** **
>
> Mudah-mudahan kita bisa lebih menghargai bahasa kita sendiri ****
>
> ** **
>
> Salam****
>
> ** **
>
> CP****
>
> ** **
>
> *From:* Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
> *Sent:* 06 October 2011 03:45
> *To:* Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> *Cc:* IAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad
> *Subject:* [iagi-net-l] UU 24/2009 dan Bahasa Pengantar dalam PIT IAGI dan
> PIT HAGI****
>
> ** **
>
> Rekan-rekan,****
>
>  ****
>
> Saya ganti judul subjeknya karena beberapa rekan telah memasukkan UU
> 24/2009 sebagai dasar yang mungkin akan dijadikan kerangka berpikir dalam
> "memutuskan" bahasa pengantar dalam PIT IAGI & PIT HAGI masa mendatang.
> Menurut hemat saya, para pengurus IAGI dan HAGI atau panitia PIT kelak tak
> harus memutuskan masalah ini sebab selain dilematis juga dasar kerangka
> berpikirnya belum cukup, meskipun itu sebuah UU.****
>
>  ****
>
> Pertama-tama, saya tidak setuju dengan pemungutan suara (voting) tentang
> masalah ini, kemudian saya juga tidak setuju bahwa UU 24/2009 pasal 32 ayat
> 1 dijadikan dasar kerangka berpikir. Mengapa? ****
>
>  ****
>
> Pemungutan suara dalam pemahaman saya hanya cocok untuk pemilihan
> ketua/presiden dsb. Pemungutan suara di luar itu hanya mencerminkan suatu
> jalan buntu, padahal masalah pemilihan bahasa dalam PIT IAGI/HAGI sama
> sekali belum suatu jalan buntu, masih bisa kita analisis dengan baik, dengan
> kepala dingin, jangan dengan hati panas (termasuk jangan mencampuradukkannya
> dengan masalah nasionalisme). Berdebat boleh saja, sebab memang kita biasa
> berdebat to... ****
>
>  ****
>
> UU 24/2009 pasal 32 ayat 1 tidak cukup untuk saat ini dijadikan dasar
> kerangka berpikir untuk memutuskan masalah ini. Mengapa? Saya harapkan
> rekan-rekan yang telah menvantumkan UU ini melihatnya secara komprehensif,
> jangan sebagian-sebagian, sebab bila melihatnya sebagian-sebagian akan salah
> tafsir dan berbahaya. Apalagi kemudian dijadikan dasar untuk pemungutan
> suara atau memutuskan. Coba dilihat pasal 40 UU ini, yaitu bahwa semua
> aturan tentang berbahasa Indonesia yang muncul di pasal 26-pasal 39,
> termasuk pasal 32 yang dikutip di bawah, akan diatur lebih lanjut melalui
> Peraturan Presiden. Dan, setahu saya, sampai saat ini aturan lanjutannya
> (PerPres tersebut) belum ada. Jadi, jangan dengan satu kalimat di pasal 32
> UU 24/2009 maka kita memutuskan sesuatu yang dampaknya besar. Tunggu sampai
> PerPres-nya lahir.****
>
>  ****
>
> Hal lain adalah: menggunakan UU 24/2009 ini secara terburu2 akan membuat
> semua pertemuan internasional di Indonesia (misalnya pertemuan IPA) wajib
> dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dan, semua komunikasi di lingkungan
> pekerjaan di Indonesia, termasuk di perusahaan2 asing yang ada di Indonesia,
> termasuk dengan kawan2 ex-patnya, harus berbahasa Indonesia (pasal 33/1);
> dan mereka wajib belajar bahasa Indonesia bagi yang belum bisa berbahasa
> Indonesia (pasal 33/2). Tujuannya baik, tetapi apa memang semudah dan sesuai
> dengan amanat UU itu. Tunggu dulu PerPres-nya yang akan mengatur lebih
> lanjut.****
>
>  ****
>
> Juga, bahasa asing (c.q. bahasa Inggris) bukanlah sesuatu yang diharamkan
> dalam UU 24/2009 ini. Misalnya, pasal 35/2 yang mengatakan bahwa penulisan
> dan publikasi (publikasi di sini boleh saja diinterpretasikan sebagai
> presentasi, sebab penjelasan dalam UU ini pun tak membatasinya) karya ilmiah
> untuk tujuan atau bidang kajian khusus (petroleum, mining, geology, boleh
> saja dimasukkan dalam kajian khusus sebab profesinya  pun khusus) dapat
> menggunakan bahasa asing (c.q Inggris) atau bahasa daerah bila ingin
> mengembangkan bahasa daerah.  Lihat juga pasal 43 yang mengatakan bahwa
> Pemerintah dapat memfasilitasi warga negara Indonesia yang ingin memiliki
> kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing bangsa.****
>
>  ****
>
> Kemudian, UU 24/2009 ini bukan hanya mengatur soal bahasa, tetapi ia datang
> sebagai UU Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Coba
> baca secara komprehensif semua pasalnya (74 pasal) maka akan segera nampak
> kepada kita bahwa khusus soal bahasa bahwa UU ini tidak memuat bagian
> larangan (di bagian bendera, lambang negara dan lagu kebangsaan ada
> masing-masing larangannya). Juga lihat Bab VII UU ini tentang ketentuan
> pidana atas pelanggaran pasal-pasal ini. Karena tak ada bagian larangan
> dalam aturan berbahasa, maka tak ada pula pasal-pasal pidana bila kita
> menyalahi pasal-pasal ini.****
>
>  ****
>
> Tidak adanya larangan atau pidana dalam berbahasa jangan lalu diartikan
> kita boleh melanggarnya. Saya setuju dan akan selalu mendukung agar bahasa
> Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa utama semua dokumen resmi di
> wilayah RI termasuk kontrak
> -kontrak dengan pihak asing. Dan ketika terjadi perbedaan pendapat yang
> lalu diperkarakan, maka bahasa Indonesia menjadi dasar perkara. Bahwa
> kontrak2 migas sekarang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
> meskipun baru dua tahun berjalan, adalah sesuatu yang baik. Saya juga
> mendukung dan telah menunjukkan agar bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa
> ilmiah termasuk dalam pertemuan-pertemuan ilmiah tahunan. ****
>
>  ****
>
> Tetapi, saya tidak menafikan penggunaaan bahasa Inggris dalam penulisan dan
> publikasi makalah2 ilmiah. Penulisan publikasi2 dalam bahasa Inggris tentu
> ada tujuannya, yaitu agar ahli-ahli asing juga melihat dan menggunakan
> publikasi-publikasi kita orang Indonesia. Dan ini sangat sesuai dengan pasal
> 43 UU 24/2009, yaitu dalam rangka peningkatan daya saing bangsa. Geologi
> Indonesia sangat unik, menarik sekaligus rumit; selama ini konsep-konsep
> yang kita anut tentang geologi Indonesia kebanyakan dari para peneliti
> asing, itu harus kita akui. Mengapa ? Karena ahli-ahli kita kurang banyak
> menulis, dan ketika menulis mereka tidak menggunakan bahasa Inggris, yang
> dimengerti secara internasional. Bagaimana kita mau berdaulat atas
> penguasaan pengetahuan geologi Indonesia sendiri, bila media kita untuk
> bersaing pun tak mau kita tempuh (berbahasa Inggris)? Jadi, berbahasa
> Inggris dalam publikasi ilmiah dan mempresentasikannya dalam bahasa Inggris
> bukan dalam rangka bergaya, tetapi dalam rangka peningkatan daya saing
> bangsa. Istilah 'kasarnya': jangan hanya jago kandang ! Buktikan bahwa kita
> mampu bersaing secara internasional.****
>
>  ****
>
> Apakah peningkatan daya saing itu bisa melalui PIT IAGI atau PIT HAGI?
> Tentu saja. Saran dari Deni Rahayu atau Pak Koesoemadinata bagus untuk
> dipikirkan, juga pengalaman2 yang lalu-lalu bahwa IAGI pun pernah mengadakan
> pertemuan yang 100 % berbahasa Inggris (seperti FOSI regional seminars yang
> diprakarsai Herman Darman dan Hasan Sidi 1999, 2001; atau simposium
> Mesozoics 2010 yang diprakarsai Yudie Iskandar --semuanya adalah kolaborasi
> IAGI),  yaitu meramu komunikasi bahasa Inggris bersama bahasa Indonesia
> dalam PIT boleh-boleh saja. Bisa dalam setiap tahun PIT ada beberapa sesi
> berbahasa Inggris, atau misalnya setiap tiga tahun 100 % berbahasa Inggris.
> ****
>
>  ****
>
> Khusus penulisan makalah, bila penulisnya bertujuan agar itu mendapatkan
> perhatian internasional, tulislah dalam bahasa Inggris.****
>
>  ****
>
> Terakhir, saya inging mengutip kata-kata dari Ferguson, seorang ahli
> bahasa, dalam sebuah publikasi lama (1966) "On Sociologically Oriented
> Lanuage Surveys" (The Linguistic Reporter, Vol. VIII, No. 4), sbb.:****
>
>  ****
>
> "It must be recognized....that language policies....are not determined
> simply on the line of rational analysis. In fact, decision on language
> questions are notriously influenced by emotional issues..." (Ferguson, 1966,
> p. 24)****
>
>  ****
>
> Demikian, tidak perlu berdebat kusir soal berbahasa, tidak perlu emosional,
> tidak perlu melibatkan rasa nasionalisme dalam hal ini (sebab kita tak
> sedang membicarakan masalah nasionalisme, tetapi sedang membicarakan masalah
> peningkatan daya saing bangsa). Mari lihat secara komprehensif dan bernalar,
> Ferguson (1966) telah memperingatinya.****
>
>  ****
>
> Binalah terus kemampuan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan sebaik
> mungkin, agar kita dapat menjadi warga negara Indonesia yang baik sekaligus
> mampu bersaing secara internasional.****
>
>  ****
>
> salam,
> Awang****
>
>
> --- Pada *Rab, 5/10/11, Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>
> * menulis:****
>
>
> Dari: Muharram Jaya Panguriseng <muhar...@pertamina.com>
> Judul: [Forum-HAGI] FW: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
> di PIT IAGI & HAGI (?)
> Kepada: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (fo...@hagi.or.id)" <
> fo...@hagi.or.id>
> Tanggal: Rabu, 5 Oktober, 2011, 7:47 AM****
>
> FYI. Siapa tahu rekan-rekan HAGI ada yang ingin ikut voting juga he he he …
> ****
>
>  ****
>
>  ****
>
> *From:* Muharram Jaya Panguriseng
> *Sent:* Wednesday, October 05, 2011 7:46 AM
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT
> IAGI & HAGI (?)****
>
>  ****
>
> VOTING …usul yang super sekali (meminjam bahasa Mario Teguh) J …setuju
> dengan voting, minimal supaya debat kusir ini segera berakhir J …****
>
>  ****
>
> Daripada kebanyakan berargumentasi, kalau boleh usil mengusulkan konten
> voting sbb.:****
>
>  ****
>
> SETUJU / TIDAK SETUJU kah anda apabila : ****
>
> *Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
> Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan*, terutama Pasal 32,
> ayat-1 yang berbunyi “ *Bahasa Indonesia **WAJIB** digunakan dalam forum
> yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia
> *”. ****
>
> Digunakan sebagai acuan pelaksanaan PIT IAGI, PIT HAGI, Konferensi Bersama
> IAGI-HAGI ?****
>
>  ****
>
> Pak Moderator, mungkin sudah saatnya diskusi untuk subyek ini masuk ke
> milis OOT…****
>
>  ****
>
> Salam,****
>
> MJP****
>
>  ****
>
>  ****
>
> *From:* rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com]
> *Sent:* Tuesday, October 04, 2011 9:58 PM
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris di PIT
> IAGI & HAGI (?)****
>
>  ****
>
> Ini debat mengenai "kum" ini bisa ngarah ke debat kusir lho, apalagi di
> komen seolah2 industri itu nulis untuk sharing knowledge dan tak bernilai,
> apa bener begitu?
>
> Subject pokoknya pak Awang punya usul untuk IAGI di Inggriskan, ada yg
> setuju ada yg tidak, nah kalo kepepet ya di voting aja.
>
> Kalau menurut saya, penggunaan bhs Inggris di forum ilmiyah itu penting
> kenapa karena untuk dapat kerja dg gaji yg bagus basic bahasa Inggris ini
> perlu, apa lagi lokal market sudah mulai saturated, shg lulusan geologi
> perlu melongok ke SEA, ME Eropa, US dan Latin America. Dan fakatanya sudah
> banyak alumnus Univ Indonesia yg melanglang buana spt itu, sebelum GO
> International ga ada salahnya IAGI sbg wadah / training ground untuk ber
> Inggris ria, Nah UUD khan (ujung2e duwit)
>
> Sebagai tambahan yg pertama mengkonsep Seq.Strat adalah dari Industri bukan
> dari kampus, ya orang industri kan lulusan kampus juga toh, gah usah repot
> lah yg gini2 ini kok arahnya gengsi2 an antara kampus dan industri, sebenere
> kampus dan industri itu sangat erat hubungannya melebihi saudara
>
> Agak aneh kalo ada seorang peneliti yg ngga paham bahasa Inggris rasanya
> ngga ada, itu setau saya, lha kalau memang tidak ada handicap ya monggo kita
> pake bahasa Inggris di IAGI.
>
> Suwun
> Avi NPA 0666****
>
> 2011/10/4 Fajar Lubis 
> <fajardich...@yahoo.com<http://id.mc773.mail.yahoo.com/mc/compose?to=fajardich...@yahoo.com>
> >****
>
> Jangan salah paham dulu mas..****
>
>  ****
>
> Penilaian Kum di pemerintahan (institusi penelitian atau pendidikan) adalah
> berdasarkan makalah yang disajikan itu di"review" atau tidak, serta
> ditampilkan dalam seminar atau makalah yang memiliki dampak ("citation
> impact") yang tinggi atau bukan.****
>
>  ****
>
> Jadi dalam kasus PIT IAGI atau IPA, makalah ini akan memiliki nilai kum
> yang sama (nilai kumnya akan lebih kecil kalau prosidingnya tidak
> di"review", bersifat nasional dan diterbitkan pada saat pertemuan
> berlangsung).****
>
>  ****
>
> Berbeda untuk kalangan industri, makalah yang ditampilkan akan dipilih
> dalam forum dengan minatan dan komunitas tertentu. Sehingga diharapkan dapat
> menjadi ajang promosi, sharing informasi atau keperluan perusahaan lainnya.
> Tidak ada unsur kum dalam hal ini, karena memang tidak dihitung.****
>
>  ****
>
> Untuk soal gengsi, lebih baik mari kita bersama-sama menuliskan hasil
> terbaik kita dan publikasikan dalam PIT IAGI. Sejalan dengan waktu, itu akan
> terus meningkatkan kualitas PIT IAGI kita ini.****
>
>  ****
>
>  ****
>
> Salam,****
>
> Fajar (2448)****
>
>  ****
>
>  ****
>    ------------------------------
>
> *Mas Minarwan* 
> <minarw...@gmail.com<http://id.mc773.mail.yahoo.com/mc/compose?to=minarw...@gmail.com>>
> sampun nyerat****
>
>
> Saya jadi tergelitik untuk berkomentar. Dari berbagai diskusi yang
> saya pantau di topik ini, fakta yang muncul adalah:
>
> 1. Kum untuk makalah yang dipresentasikan di IPA lebih tinggi daripada
> kum makalah yang dipresentasikan di PIT IAGI. Kalau memang demikian
> faktanya, ternyata pemerintah memang menganggap PIT IAGI tidak lebih
> penting daripada IPA Convention.
>
> 2. Jika kita mencari kum, mengirimkan makalah ke IPA Convention tentu
> lebih menguntungkan daripada mengirimkan makalah ke PIT IAGI. Sayang
> sekali, IPA Convention hanya untuk orang-orang yang bermain di bidang
> migas, kalau mereka berasal dari bidang Tata Lingkungan, mereka tidak
> memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan nilai kum yang sama
> sehingga saya pikir kok kurang adil. Maaf, bukan hendak memanas-manasi
> lho.
>
> Jadi, kita memang perlu mencari jalan keluar untuk meningkatkan gengsi
> PIT IAGI, minimal di mata pemerintah dulu sehingga nanti makalah
> terbaik dari bidang migas juga akan dikirimkan ke PIT IAGI.
>
> Salam
> Minarwan
> NPA 1590****
>
>  ****
>
> ***** This message may contain confidential and/or privileged information.
> If you are not the addressee or authorized to receive this for the
> addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this
> message or any information herein. If you have received this communication
> in error, please notify us immediately by responding to this email and then
> delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the
> proper and complete transmission of the information contained in this
> communication nor for any delay in its receipt. ***** ****
>
>
> -----Berikut adalah Lampiran dalam Pesan-----****
>
> ______________________________________________
> Pembayaran iuran tahunan keanggotaan HAGI dapat ditujukan melalui :
> Bank BNI Cab. Menteng Jakarta
> No. Rek: 0010740147
> Atas nama: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> Iuran tahunan Rp. 100.000,- (profesional) dan Rp. 50.000,- (mahasiswa)
> Info lebih lanjut silahkan mengunjungi http://www.hagi.or.id/keanggotaan/
>
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
> http://www.jcm2011.com/
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id<http://id.mc773.mail.yahoo.com/mc/compose?to=fo...@hagi.or.id>|
> www.hagi.or.id
> ---*** for administrative query please send your email to
> itweb.supp...@hagi.or.id<http://id.mc773.mail.yahoo.com/mc/compose?to=itweb.supp...@hagi.or.id>
>
>
> ****
>
> ** **
>
> ------------------------------
> Registered in England and Wales No.811900
> Registered Office 33 Cavendish Square, London W1G 0PW
> This e-mail and any attachments are intended only for the addressee. It is
> to be treated as confidential and may not be used other than for the purpose
> for which
> it has been sent. If you are not the addressee any use of this
> communication is strictly prohibited. In this case please delete it and
> notify the sender immediately.
> Any communication of a defamatory or illegal nature is contrary to company
> policy and outside the scope of the employment of the individual. The
> company will
> not accept liability arising in respect of such communication and the
> employee will be personally liable.
> It is the responsibility of the addressee to scan this email and any
> attachments for computer viruses or other defects. The sender does not
> accept liability for any
> loss or damage of any nature, however caused, which may result directly or
> indirectly from this email or any file attached.
>



-- 
Sent from my Computer®

Kirim email ke