Mbak Wulan dkk Salah satu tugas IAGI dan juga MGEI dalam hal ini adalah meyakinkan smua stake holder tentang keruwetan ini. Yang lebih penting adalah meyakinkan ke stake holder bahwa usaha atau pekerjaan yang kita lakukan akan menguntungkan semua. Ketika satu pihak merasa tidak untung (untungnya sdikit) maka akan terjadi diskusi yg bisa juga menjadi gejolak dan salah satu yang sering terjadi adalah stagnan atau terhentinya operasi. Mnurut hemat saya salah satu tugas IAGI (dan juga anggotanya) memberikan penjelasan kegeologian kepada stake holder, smua pihak, tentang fenomena atau kondisi geologisnya. Jadi hal hal tehnis geologi ini yang harus menjadi dasar berpijaknya IAGI. Tentusaja selalu didalamnya ada dinamisasi dan perkembangan ilmu geologi.
Apa yg perlu dilakukan IAGI dalam kerumitan tumpang tindih ini? Tentusaja salah satu yg terpenting memberikan penjelasan atau edukasi atau sosialisasi ttg kondisi geologinya. Dalam hal explorasi pertambangan tentusaja memberikan pengertian tentang langkah2 apa saja yang dilakukan geologist dalam proses dan operasi eksplorasi ini. Nah hari ini, siang ini, saya kebetulan menjadi nara sumber dalam lokakarta jurnalistik yg diselenggarakan Lembaga Pers Dr Soetomo, di Surabaya. Ini salah satu upaya IAGI dalam mensosialisasikan kepada Media tentang pengusahaan ekplorasi dan produksi migas. Tentunya suatu saat nanti juga perlu diisi rekan-rekan pertambangan, mitigasi kebencanaan dan kawan-kawan bidang lain. Upaya memberikan penjelasan dari sisi keilmuan geologi On Saturday, December 3, 2011, <wulandari.mandrad...@gmail.com> wrote: > > > Pak RDP ini senang sekali bercerita,,menarik sih pak,,tapi yang saya ingin tanyakan, kira2 Bapak sebagai KETUA IAGI TERPILIH, solusi real apa yang akan dilakukan untuk mencoba menembus sistem birokrasi yang rumit di negara ini?mungkin kalo share ide yang real,cerita di bawah akan lebih menarik Pak. > > > Cheers, > Wulan > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > ________________________________ > From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> > Sender: economicgeol...@yahoogroups.com > Date: Sat, 3 Dec 2011 05:42:59 +0700 > To: economicgeology<economicgeol...@yahoogroups.com>; IAGI< iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: economicgeol...@yahoogroups.com > Subject: [economicgeology] Perijinan dan birokrasi. > > > Quote "Hanya saja kata Prihatmoko, sebelum melakukan eksplorasi izinnya lebih dulu habis karena izin dari kehutanan agak belakangan dan lama diterbitkan. "Izin ekplorasi selama dua tahun. Cukup lama juga baru izin kehutanan terbit, kira-kira dua tahun. Nah, artinya sebelum izin eksplorasi digunakan, sudah harus diperpanjang lagi, karena habis masanya. Kami sangat berharap ada perhatian pemerintah dalam hal-hal seperti itu," katanya." > > Sepertinya tumpang tindih perijinan ini tidak hanya di migas dan pertambangan saja. Bahkan saya dengar utk industri dan pengusahaan lahan yg lain. Kalau seperti ini terjjadi tentunya stiap kegiatan akan tertunda. > > Dalam industri migas jeda waktu sejak diketemukan hingga produksi selama lebih dari 10 tahun bahkan bisa lebih dari 15 tahun. Dahulu bahkan bisa 30 tahun untuk mencapai peak production. Namun satu hal yg menarik jaman Orba yg membuktikan bahwa bisa kurang dari 7 tahun. Lapangan Arun diketemukan skitar 1969 tetapi produksi lng sudah bisa dimulai dikapalkan tahun 1976. Ternyata kalau mau dan niyat segalanya BISA dilakukan. Nah sekarang ini dimana handicap paling banyak, perijinan atau tehnologi ? > > Rdp > > -- > "Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari" > > __._,_.___ > Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic > Messages in this topic (2) > Recent Activity: > > Visit Your Group > MARKETPLACE > > Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now. > > Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use > . > __,_._,___ -- *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*