Abah,
 
Saya sepakat dengan isi email di bawah.... 
Contoh paling nyata adalah Venezuela (maaf buat para penggemar Cavez...:-). 
Semangat nasionalisme yang menggebu-gebu dari sang Presiden ternyata tidak 
dibarengi dengan manajemen pemerintahan yang bersih dan efisien...negara ini 
penduduknya cuman 10% Indonesia dengan produksi minyak harian lebih dari 3 kali 
Indonesia... proses nasionalisasi dan ganti kontrak sudah berkali-kali 
dilakukan...tapi nyatanya rakyat masih jauh dari sejahtera.....bahkan masih 
jauh di bawah rakyat Indonesia.
 
 
 
salam,
 

From: Yanto R. Sumantri <yrs_...@yahoo.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, September 3, 2012 11:03 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kedaulatan Energi...HARGA MATI..


Rekan IAGI

Yang harus dkembangkan adalah "jiwa" yang ada dalam setiap perkataan BK.
Sekarang bagaimana kita melaksanakan atau strategi apa yang akan dikembangkan , 
yang jelas adalah bahwa kita tetap akan memerlukan modal/kapital.
Persoalannya apakah dengan memanfaatkan modal/kapital (baca ASING) itu ekonomi 
nasional akan tersandera ???
Nah disinilah , penyusun kebijakan harus melkasanakan strategi yang jitu !!!

Persoalannya apakah ethos NASIONALISME bisa berdampingan dengan semanagat 
KORUPSI yang dimilki sebagian (besar??) birokrat kita ???

Heeem , rasanya miris saya memikirkan itu .!!!!

si Abah

From: Hikmatulloh Geologist <hikmat_geolog...@yahoo.com>
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Monday, September 3, 2012 9:26 AM
Subject: [iagi-net-l] Kedaulatan Energi...HARGA MATI..




"Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah 
yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, 
hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi 
sandang pangan kepadanya?" -Bung Karno
"Jangan Dengarkan Asing..!!"
Itulah yang diucapkan Bung Karno di tahun 1957 saat ia mulai melakukan aksi 
atas politik kedaulatan modal. Aksi kedaulatan modal adalah sebuah bentuk 
politik baru yang ditawarkan Sukarno sebagai alternatif ekonomi dunia yang 
saling menghormati, sebuah dunia yang saling menyadari keberadaan 
masing-masing, sebuah dunia co-operasi, "Elu ada, gue ada" kata Bung Karno saat 
berpidato dengan dialek betawi di depan para mahasiswa sepulangnya dari Amerika 
Serikat.
Pada tahun 1957, perlombaan pengaruh kekuasaan meningkat antara Sovjet Uni dan 
Amerika Serikat, Sovjet Uni sudah berani masuk ke Asia pasca meninggalnya 
Stalin, sementara Mao sudah ambil ancang-ancang untuk menguasai seluruh wilayah 
perbatasan Sovjet Uni dengan RRC di utara Peking. Bung Karno sudah menebak 
Amerika Serikat dan Sovjet Uni pasti akan rebutan Asia Tenggara. "Dulu Jepang 
ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai 
sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk 
penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal 
kemerdekaan politiek, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang didalamnya 
hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya" kata Bung Karno saat menerima 
beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Hatta menjadi Wakil Presiden RI 
tahun 1956. Saat itu Indonesia merobek-robek perjanjian KMB didorong oleh 
kelompok Murba, Bung Karno berani menuntut pada
 dunia Internasional untuk mendesak Belanda menyerahkan Irian Barat kepada 
Indonesia "Kalau Belanda mau perang, kita jawab dengan perang" teriak Bung 
Karno saat memerintahkan Subandrio untuk melobi beberapa negara barat seperti 
Inggris dan Amerika Serikat.
"Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini 
bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang" Ambisi 
terbesar Sukarno adalah menjadikan energi sebagai puncak kedaulatan bangsa 
Indonesia, pada peresmian pembelian kapal tanker oleh Ibnu Sutowo sekitar tahun 
1960, Bung Karno berkata "Dunia akan bertekuk lutut kepada siapa yang punya 
minyak, heee....joullie (kalian =bahasa belanda) tau siapa yang punya minyak 
paling banyak, siapa yang punya penduduk paling banyak...inilah bangsa 
Indonesia, Indonesia punya minyak, punya pasar. Jadi minyak itu dikuasai penuh 
oleh orang Indonesia untuk orang Indonesia, lalu dari minyak kita ciptaken 
pasar-pasar dimana orang Indonesia menciptaken kemakmurannya sendiri".
Jelas langkah Sukarno tak disukai Amerika Serikat, tapi Moskow cenderung setuju 
pada Sukarno, ketimbang harus perang di Asia Tenggara dengan Amerika Serikat, 
Moskow memutuskan bersekutu dengan Sukarno, tapi perpecahan Moskow dengan 
Peking bikin bingung Sukarno. Akhirnya Sukarno memutuskan maju terus tanpa 
Moskow, tanpa Peking untuk berhadapan dengan kolonialis barat.
Di tahun 1960, Sukarno bikin gempar perusahaan minyak asing, dia panggil 
Djuanda, dan suruh bikin susunan soal konsesi minyak "Kamu tau, sejak 1932 aku 
berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? soal bagaimana 
perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya 
berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang 
memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken, 
dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku 
harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita punya, 
coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan 
minyak" urai Sukarno di depan Djuanda.
Lalu tak lama kemudian Djuanda menyusun surat yang kemudian ditandangani 
Sukarno. Surat itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dari UU itu amat 
luar biasa dan memukul MNC (Multi National Corporation). "Seluruh Minyak dan 
Gas Alam dilakukan negara atau perusahaan negara". Inilah yang kemudian menjadi 
titik pangkal kebencian kaum pemodal asing pada Sukarno, Sukarno jadi sasaran 
pembunuhan dan orang yang paling diincar bunuh nomor satu di Asia. Tapi Sukarno 
tak gentar, di sebuah pertemuan para Jenderal-Jenderalnya Sukarno berkata "Buat 
apa memerdekakan bangsaku, bila bangsaku hanya tetap jadi budak bagi asing, 
jangan dengarken asing, jangan mau dicekoki Keynes, Indonesia untuk bangsa 
Indonesia". Ketika laporan intelijen melapori bahwa Sukarno tidak disukai atas 
UU No. 44 tahun 1960 itu Sukarno malah memerintahkan ajudannya untuk membawa 
paksa seluruh direktur perusahaan asing ke Istana. Mereka takut pada ancaman 
Sukarno. Dan diam ketakutan.
Pada hari Senin, 14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang lagi ke 
Istana, mereka dari perusahaan Stanvac, Caltex dan Shell. Mereka meminta 
Sukarno membatalkan UU No.40 tahun 1960. UU lama sebelum tahun 1960 disebut 
sebagai "Let Alone Agreement" yang memustahilkan Indonesia menasionalisasi 
perusahaan asing, ditangan Sukarno perjanjian itu diubah agar ada celah bila 
asing macam-macam dan tidak memberiken kemakmuran pada bangsa Indonesia atas 
investasinya di Indonesia maka perusahaannya dinasionalisasikan. Para boss 
perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk mengubah keputusannya, tapi inilah 
jawaban Sukarno "Undang-Undang itu aku buat untuk membekukan UU lama dimana UU 
lama merupaken sebuah fait accomply atas keputusan energi yang tidak bisa 
menasionalisasikan perusahaan asing. UU 1960 itu kubuat agar mereka tau, bahwa 
mereka bekerja di negeri ini harus membagi hasil yang adil kepada bangsaku, 
bangsa Indonesia" mereka masih ngeyel juga, tapi
 bukan Bung Karno namanya ketika didesak bule dia malah meradang, sambil 
memukul meja dan mengetuk-ngetukkan tongkat komando-nya lalu mengarahkan 
telunjuk kepada bule-bule itu Sukarno berkata dengan suara keras :"Aku kasih 
waktu pada kalian beberapa hari untuk berpikir, kalau tidak mau aku berikan 
konsesi ini pada pihak lain negara..!" waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah 
menjadikan Permina (sekarang Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di 
dunia, Sukarno butuh investasi yang besar untuk mengembangkan Permina. Caltex 
disuruh menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex 
diperintahkan memberikan fasilitas pemasaran dan distribusi kepada pemerintah, 
dan menyerahkan modal dalam bentuk dollar untuk menyuplai kebutuhan investasi 
jangka panjang pada Permina.
Bung Karno tidak berhenti begitu saja, ia juga menggempur Belanda di Irian 
Barat dan mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian Barat lepas 
maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, dan ini 
mengancam kedaulatan bangsa Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian 
Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia, di barat 
Indonesia punya lumbung minyak yang berada di Sumatera, Jawa dan Kalimantan 
sementara di Irian Barat ada gas dan emas. Indonesia bersiap menjadi negara 
paling kuat di Asia. Hitung-hitungan Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming 
minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di 
Asia , maka obesesi terbesar Sukarno adalah membangun Permina sebagai 
perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara 
lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal Nasional inilah yang kemudian 
bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi
 dunia, di kalangan penggede saat itu struktur modal itu diberi kode namanya 
sebagai 'Dana Revolusi Sukarno". Kelak empat puluh tahun kemudian banyak 
negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina dan Singapura menggunakan 
struktur modal nasional dan membentuk apa yang dinamakan Sovereign Wealth Fund 
(SWF) sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak 
perusahaan di negara asing, salah satunya apa yang dilakukan Temasek dengan 
menguasai saham Indosat.
Sukarno sangat perhatian dengan seluruh tambang minyak di Indonesia, di satu 
sudut Istana samping perpustakaannya ia memiliki maket khusus yang 
menggambarkan posisi perusahaan minyak Indonesia, suatu hari saat Bung Karno 
kedatangan Brigjen Sumitro, yang disuruh Letjen Yani untuk menggantikan Brigjen 
Hario Ketjik menjadi Panglima Kalimantan Timur, Sukarno sedang berada di ruang 
khusus itu, lalu ia keluar menemui Sumitro yang diantar Yani untuk sarapan 
dengan Bung Karno, saat sarapan dengan roti cane dengan madu dan beberapa obat 
untuk penyakit ginjal dan diabetesnya, Sukarno berkata singkat pada Sumitro : 
"Generaal Sumitro saya titip rafinerij (rafineij = tambang dalam bahasa 
Belanda) di Kalimantan, kamu jaga baik-baik" begitu perhatiannya Sukarno pada 
politik minyak.
Kelabakan dengan keberhasilan Sukarno menguasai Irian Barat, Inggris 
memprovokasi Sukarno untuk main di Asia Tenggara dan memancing Sukarno agar ia 
dituduh sebagai negara agresor dengan mengakuisisi Kalimantan. Mainan lama ini 
kemudian juga dilakukan dengan memancing Saddam Hussein untuk mengakuisisi 
Kuwait sehingga melegitimasi penyerbuan pasukan Internasional ke Baghdad. 
Sukarno panas dengan tingkah laku Malaysia, negara kecil yang tak tau malu 
untuk dijadikan alat kolonialisme, namun Sukarno juga terpancing karena 
bagaimanapun armada tempur Indonesia yang diborong lewat agenda perang Irian 
Barat menganggur. Sukarno ingin mengetest Malaysia.
Tapi sial bagi Sukarno, ia justru digebuk Jenderalnya sendiri. Sukarno akhirnya 
masuk perangkap Gestapu 1965, ia disiksa dan kemudian mati mengenaskan, Sukarno 
adalah seorang pemimpi, yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh 
oleh konspirasi. Dan sepeninggal Sukarno bangsa ini sepenuhnya diambil alih 
oleh modal asing, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.
Sukarno menciptakan landasan politik kepemilikan modal minyak, inilah yang 
harus diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia, kalian harus berdaulat dalam 
modal, bangsa yang berdaulat dalam modal adalah bangsa yang berdaulat dalam 
ekonomi dan kebudayaannya, ia menciptakan masyarakat yang tumbuh dengan cara 
yang sehat.
Bung Karno tidak hanya mengeluh dan berpidato didepan publik tentang 
ketakutannya seperti SBY, tapi ia menantang, ia menumbuhkan keberanian pada 
setiap orang Indonesia, ia menumbuhkan kesadaran bahwa manusia Indonesia berhak 
atas kedaulatan energinya. Andai Indonesia berdaulat energinya, Pertamina 
menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia dan menjadi perusahaan modal yang 
mengakusisi banyak perusahaan di dunia maka minyak Indonesia tak akan semahal 
sekarang, rakyat yang dicekik terus menerus.
Pada Bung Karno, hendaknya jalannya sejarah Indonesia harus dikembalikan.

Kirim email ke