Jangan gitu tan, alm.Soeharto juga meninggal benar-benar memikirkan
rakyatnya (yang kok menolak ku?)

2012/9/3 Nataniel Mangiwa <nataniel.mang...@gmail.com>

> Saya yakin, suatu hari nanti anak-anak kecil dan generasi muda RI bingung
> kalau di tanya siapa itu Soekarno? Siapa kah presiden RI yang pertama?
> Mereka akan bingung, apa pernah negara RI punya pemimpin yang berani mati
> demi rakyat dan benar-benar memikirkan rakyat.
>
> Salam,
> Natan
> On Sep 3, 2012 9:27 AM, "Hikmatulloh Geologist" <
> hikmat_geolog...@yahoo.com> wrote:
>
>>
>> "Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela,
>> ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup
>> pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang
>> cukup memberi sandang pangan kepadanya?" -Bung Karno
>> "Jangan Dengarkan Asing..!!"
>> Itulah yang diucapkan Bung Karno di tahun 1957 saat ia mulai melakukan
>> aksi atas politik kedaulatan modal. Aksi kedaulatan modal adalah sebuah
>> bentuk politik baru yang ditawarkan Sukarno sebagai alternatif ekonomi
>> dunia yang saling menghormati, sebuah dunia yang saling menyadari
>> keberadaan masing-masing, sebuah dunia co-operasi, "Elu ada, gue ada" kata
>> Bung Karno saat berpidato dengan dialek betawi di depan para mahasiswa
>> sepulangnya dari Amerika Serikat.
>> Pada tahun 1957, perlombaan pengaruh kekuasaan meningkat antara Sovjet
>> Uni dan Amerika Serikat, Sovjet Uni sudah berani masuk ke Asia pasca
>> meninggalnya Stalin, sementara Mao sudah ambil ancang-ancang untuk
>> menguasai seluruh wilayah perbatasan Sovjet Uni dengan RRC di utara Peking.
>> Bung Karno sudah menebak Amerika Serikat dan Sovjet Uni pasti akan rebutan
>> Asia Tenggara. "Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk
>> menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama
>> Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik,
>> kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politiek, tapi soal
>> bagaimana menjadiken manusia yang didalamnya hidup terhormat dan terjamin
>> kesejahteraannya" kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat
>> setelah pengunduran Hatta menjadi Wakil Presiden RI tahun 1956. Saat itu
>> Indonesia merobek-robek perjanjian KMB didorong oleh kelompok Murba, Bung
>> Karno berani menuntut pada dunia Internasional untuk mendesak Belanda
>> menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia "Kalau Belanda mau perang, kita
>> jawab dengan perang" teriak Bung Karno saat memerintahkan Subandrio untuk
>> melobi beberapa negara barat seperti Inggris dan Amerika Serikat.
>> "Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini
>> bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang" Ambisi
>> terbesar Sukarno adalah menjadikan energi sebagai puncak kedaulatan bangsa
>> Indonesia, pada peresmian pembelian kapal tanker oleh Ibnu Sutowo sekitar
>> tahun 1960, Bung Karno berkata "Dunia akan bertekuk lutut kepada siapa yang
>> punya minyak, heee....joullie (kalian =bahasa belanda) tau siapa yang punya
>> minyak paling banyak, siapa yang punya penduduk paling banyak...inilah
>> bangsa Indonesia, Indonesia punya minyak, punya pasar. Jadi minyak itu
>> dikuasai penuh oleh orang Indonesia untuk orang Indonesia, lalu dari minyak
>> kita ciptaken pasar-pasar dimana orang Indonesia menciptaken kemakmurannya
>> sendiri".
>> Jelas langkah Sukarno tak disukai Amerika Serikat, tapi Moskow cenderung
>> setuju pada Sukarno, ketimbang harus perang di Asia Tenggara dengan Amerika
>> Serikat, Moskow memutuskan bersekutu dengan Sukarno, tapi perpecahan Moskow
>> dengan Peking bikin bingung Sukarno. Akhirnya Sukarno memutuskan maju terus
>> tanpa Moskow, tanpa Peking untuk berhadapan dengan kolonialis barat.
>> Di tahun 1960, Sukarno bikin gempar perusahaan minyak asing, dia panggil
>> Djuanda, dan suruh bikin susunan soal konsesi minyak "Kamu tau, sejak 1932
>> aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? soal bagaimana
>> perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya
>> berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang
>> memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken,
>> dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku
>> harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita
>> punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam
>> pengelolaan minyak" urai Sukarno di depan Djuanda.
>> Lalu tak lama kemudian Djuanda menyusun surat yang kemudian ditandangani
>> Sukarno. Surat itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dari UU itu
>> amat luar biasa dan memukul MNC (Multi National Corporation). "Seluruh
>> Minyak dan Gas Alam dilakukan negara atau perusahaan negara". Inilah yang
>> kemudian menjadi titik pangkal kebencian kaum pemodal asing pada Sukarno,
>> Sukarno jadi sasaran pembunuhan dan orang yang paling diincar bunuh nomor
>> satu di Asia. Tapi Sukarno tak gentar, di sebuah pertemuan para
>> Jenderal-Jenderalnya Sukarno berkata "Buat apa memerdekakan bangsaku, bila
>> bangsaku hanya tetap jadi budak bagi asing, jangan dengarken asing, jangan
>> mau dicekoki Keynes, Indonesia untuk bangsa Indonesia". Ketika laporan
>> intelijen melapori bahwa Sukarno tidak disukai atas UU No. 44 tahun 1960
>> itu Sukarno malah memerintahkan ajudannya untuk membawa paksa seluruh
>> direktur perusahaan asing ke Istana. Mereka takut pada ancaman Sukarno. Dan
>> diam ketakutan.
>> Pada hari Senin, 14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang
>> lagi ke Istana, mereka dari perusahaan Stanvac, Caltex dan Shell. Mereka
>> meminta Sukarno membatalkan UU No.40 tahun 1960. UU lama sebelum tahun 1960
>> disebut sebagai "Let Alone Agreement" yang memustahilkan Indonesia
>> menasionalisasi perusahaan asing, ditangan Sukarno perjanjian itu diubah
>> agar ada celah bila asing macam-macam dan tidak memberiken kemakmuran pada
>> bangsa Indonesia atas investasinya di Indonesia maka perusahaannya
>> dinasionalisasikan. Para boss perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk
>> mengubah keputusannya, tapi inilah jawaban Sukarno "Undang-Undang itu aku
>> buat untuk membekukan UU lama dimana UU lama merupaken sebuah fait accomply
>> atas keputusan energi yang tidak bisa menasionalisasikan perusahaan asing.
>> UU 1960 itu kubuat agar mereka tau, bahwa mereka bekerja di negeri ini
>> harus membagi hasil yang adil kepada bangsaku, bangsa Indonesia" mereka
>> masih ngeyel juga, tapi bukan Bung Karno namanya ketika didesak bule dia
>> malah meradang, sambil memukul meja dan mengetuk-ngetukkan tongkat
>> komando-nya lalu mengarahkan telunjuk kepada bule-bule itu Sukarno berkata
>> dengan suara keras :"Aku kasih waktu pada kalian beberapa hari untuk
>> berpikir, kalau tidak mau aku berikan konsesi ini pada pihak lain
>> negara..!" waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan Permina
>> (sekarang Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di dunia, Sukarno
>> butuh investasi yang besar untuk mengembangkan Permina. Caltex disuruh
>> menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex
>> diperintahkan memberikan fasilitas pemasaran dan distribusi kepada
>> pemerintah, dan menyerahkan modal dalam bentuk dollar untuk menyuplai
>> kebutuhan investasi jangka panjang pada Permina.
>> Bung Karno tidak berhenti begitu saja, ia juga menggempur Belanda di
>> Irian Barat dan mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian
>> Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia
>> Pasifik, dan ini mengancam kedaulatan bangsa Indonesia yang baru tumbuh.
>> Kemenangan atas Irian Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal
>> terbesar Indonesia, di barat Indonesia punya lumbung minyak yang berada di
>> Sumatera, Jawa dan Kalimantan sementara di Irian Barat ada gas dan emas.
>> Indonesia bersiap menjadi negara paling kuat di Asia. Hitung-hitungan
>> Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah
>> Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia , maka obesesi
>> terbesar Sukarno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi
>> yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur
>> modal nasional. Modal Nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat
>> untuk mengakuisisi ekonomi dunia, di kalangan penggede saat itu struktur
>> modal itu diberi kode namanya sebagai 'Dana Revolusi Sukarno". Kelak empat
>> puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi,
>> Cina dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk apa
>> yang dinamakan Sovereign Wealth Fund (SWF) sebuah struktur modal nasional
>> yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah
>> satunya apa yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.
>> Sukarno sangat perhatian dengan seluruh tambang minyak di Indonesia, di
>> satu sudut Istana samping perpustakaannya ia memiliki maket khusus yang
>> menggambarkan posisi perusahaan minyak Indonesia, suatu hari saat Bung
>> Karno kedatangan Brigjen Sumitro, yang disuruh Letjen Yani untuk
>> menggantikan Brigjen Hario Ketjik menjadi Panglima Kalimantan Timur,
>> Sukarno sedang berada di ruang khusus itu, lalu ia keluar menemui Sumitro
>> yang diantar Yani untuk sarapan dengan Bung Karno, saat sarapan dengan roti
>> cane dengan madu dan beberapa obat untuk penyakit ginjal dan diabetesnya,
>> Sukarno berkata singkat pada Sumitro : "Generaal Sumitro saya titip
>> rafinerij (rafineij = tambang dalam bahasa Belanda) di Kalimantan, kamu
>> jaga baik-baik" begitu perhatiannya Sukarno pada politik minyak.
>> Kelabakan dengan keberhasilan Sukarno menguasai Irian Barat, Inggris
>> memprovokasi Sukarno untuk main di Asia Tenggara dan memancing Sukarno agar
>> ia dituduh sebagai negara agresor dengan mengakuisisi Kalimantan. Mainan
>> lama ini kemudian juga dilakukan dengan memancing Saddam Hussein untuk
>> mengakuisisi Kuwait sehingga melegitimasi penyerbuan pasukan Internasional
>> ke Baghdad. Sukarno panas dengan tingkah laku Malaysia, negara kecil yang
>> tak tau malu untuk dijadikan alat kolonialisme, namun Sukarno juga
>> terpancing karena bagaimanapun armada tempur Indonesia yang diborong lewat
>> agenda perang Irian Barat menganggur. Sukarno ingin mengetest Malaysia.
>> Tapi sial bagi Sukarno, ia justru digebuk Jenderalnya sendiri. Sukarno
>> akhirnya masuk perangkap Gestapu 1965, ia disiksa dan kemudian mati
>> mengenaskan, Sukarno adalah seorang pemimpi, yang ingin menjadikan
>> bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Sukarno
>> bangsa ini sepenuhnya diambil alih oleh modal asing, tak ada lagi
>> kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.
>> Sukarno menciptakan landasan politik kepemilikan modal minyak, inilah
>> yang harus diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia, kalian harus
>> berdaulat dalam modal, bangsa yang berdaulat dalam modal adalah bangsa yang
>> berdaulat dalam ekonomi dan kebudayaannya, ia menciptakan masyarakat yang
>> tumbuh dengan cara yang sehat.
>> Bung Karno tidak hanya mengeluh dan berpidato didepan publik tentang
>> ketakutannya seperti SBY, tapi ia menantang, ia menumbuhkan keberanian pada
>> setiap orang Indonesia, ia menumbuhkan kesadaran bahwa manusia Indonesia
>> berhak atas kedaulatan energinya. Andai Indonesia berdaulat energinya,
>> Pertamina menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia dan menjadi
>> perusahaan modal yang mengakusisi banyak perusahaan di dunia maka minyak
>> Indonesia tak akan semahal sekarang, rakyat yang dicekik terus menerus.
>> Pada Bung Karno, hendaknya jalannya sejarah Indonesia harus dikembalikan.
>>
>


-- 
Sent from my Computer®

Kirim email ke